"Aku menyuruhmu untuk memijit kakiku" Ucap Dara sedikit menaikan intonasi suaranya.
Barra menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Oh. Aku pikir di suruh melakukan itu"
Wajah Dara seketika merona menahan malu, "Bagaimana bisa dia berpikir sejauh itu. Dasar mesum!" Gerutu Dara kesal di dalam hatinya.
Barra berjalan mendekati Dara. Lalu membantu wanita itu melepaskan sepatu.
Dara duduk bersandar di kasurnya sembari memainkan handphone. Sementara Barra masih duduk dengan kedua kaki Dara diletakan di atas pahanya sembari memijit kaki wanita itu dengan sangat baik.
Bahkan Dara malah keenakan dipijit oleh Barra.
"Aku kok seperti mencium bau-bau gitu?" Dara mengendus mencari sumber bau tersebut. Setelah hidungnya sedikit mendekati tubuh Barra, dia langsung memukul pria itu.
"Bau apa ini? Kamu kok bau? Gak pakai parfum ya?" Tanya Dara marah.
Barra sedikit mengendus-endus setelah mendengar perkataan Dara, "Gak bau kok!" Jawab Barra sekenanya.
"Cepat mandi sana. Dasar jorok banget!" Kesal Dara, lalu mendorong tubuh Barra hingga membuat pria itu terjatuh dari kasur.
Barra pun hanya menuruti saja, lalu dia berdiri, "Kamar mandinya dimana?" Tanya Barra bingung. Dia tidak mengerti rumah orang kaya. Di dalam kamar saja begitu banyak pintu. Entah itu pintu untuk apa? Semuanya terlihat sama.
"Pintu sebelah kiri mu itu!" Tunjuk Dara.
Barra pun pergi menuju pintu yang di tunjuk oleh Dara tanpa bertanya lagi. Dan dia pun mandi disana.
Setelah selesai mandi. Barra pun keluar dengan bertelanjang dada. Dada bidang yang aduhai dengan bentuk seperti roti sobek serta sisa-sisa air yang masih menetes dari tubuhnya membuat pria itu terlihat sangat menggoda.
Dara bersusah payah menelan ludahnya yang terasa mencekik. Bagaimana pun Dia adalah wanita normal. Yang mungkin memiliki ketertarikan kepada seorang laki-laki setampan dan segagah Bara.
"Bajuku dimana?" Tanya Barra tiba-tiba.
Seketika Dara tersadar, "Apa? Baju?"
"Iya bajuku? Masak aku pakai baju pengantin lagi?" Tanya Barra kesal.
Dara baru ingat. Bahwa dirinya lupa membawa baju untuk Barra.
Niat awalnya setelah menikah akan tinggal di Apartemen milik Dara, kini malah berubah ke rumah orang tuanya karena permintaan kedua orang tua Dara. Sebab itulah Dara tidak menyiapkan apapun di rumah kedua orang tuanya.
"Tunggu sebentar! Aku akan menelpon Rian untuk membawakan baju untukmu kesini!" Ujar Dara.
Barra pun mendengus, lalu duduk di sebuah kursi dengan melipat kedua tangannya didepan dadanya. Dia sebenarnya cukup kesal karena harus menunggu lagi. Apalagi dia samasekali tidak memakai apapun selain handuk yang menutupi tubuhnya.
Setengah jam berlalu. Namun Rian belum juga datang.
Dara dan Barra terlihat sangat acuh. Dan fokus dengan handphonenya masing-masing.
Malam ini adalah malam pertama pernikahan mereka. Namun keduanya bersikap saling acuh dan seperti orang asing.
Bahkan mereka melupakan permintaan kedua orang tua Dara untuk segera di berikan seorang cucu.
Tok.
Tok.
Tok.
Terdengar suara pintu di ketuk. Barra segera beranjak dari duduknya. Lalu sedikit berlari ke arah pintu.
Dia sangat yakin bahwa yang datang adalah Rian.
Barra membuka pintu, namun hanya menampakan kepala dan dadanya keluar. Sementara tubuhnya disembunyikan di balik pintu.
Rian yang melihat Barra hanya memakai handuk dengan rambut yang acak-acakan. Membuat Rian salah menduga, "Apa Nona melakukannya dengan pria asing ini?" Batin Rian curiga.
"Mana bajunya?" Tanya Barra. Membuat Rian tersadar, lalu memberikan paper bag yang berisi baju dan celana, lengkap dengan celana dalamnya juga.
Setelah dia menerima paperbag itu. Barra menutup pintu begitu saja. Rian yang masih berada di depan pintu merasa sangat jengkel.
"Berani sekali dia melakukan itu!" Gerutu Rian kesal. Jika bukan menantu dari keluarga Wirasta. Mungkin Barra akan cidera oleh pukulan Rian. Tanpa berkepanjangan, Rian pun pergi meninggalkan pintu kamar Nonanya itu.
Masih di dalam kamar. Barra kembali masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.
Setelah selesai. Barra pun langsung keluar, "Boleh juga pilihan Rian ini. Bajunya sangat pas untukku!" Puji Barra dengan memutar tubuhnya di depan cermin.
Dara yang melihat itu hanya memutar bola mata malas, "Ya. Rian memang pintar dalam segala hal. Tidak seperti dirimu! Kenapa berganti pakaian di dalam toilet? Sementara ruang ganti baju ada di depanmu"
Barra menganga, "Jadi ini ruang ganti baju?" Tanya Barra tidak percaya. Ternyata rumah orang kaya sekeren ini. Memiliki banyak ruangan lain selain kamar utama.
Sementara itu di ruangan lain. Terlihat sepasang suami-istri sedang berbincang di depan ruang TV. Keduanya sangat serius, bahkan lebih serius dari sebelumnya.
"Pa! Mama penasaran. Apa ya yang di lakuin Dara sama Barra di dalam kamar?" Tanyanya.
"Iis mama. Kayak gak tau aja malam pertama lagi ngapain?" Dengus Pak Wirasta.
"Ya kali-kali lagi ngapa gitu. Mama kan penasaran juga Pa!" Balas Bu Shopia yang sengaja memanyunkan bibirnya.
"Pa!" Seru Bu Shopia lagi. Membuat Suaminya yang sedang asyik menonton bola kini semakin terganggu.
"Apa sih ma?" Tanyanya dengan nada kesal.
"Kita ngintip yuk!" Ajak Bu Shopia tersenyum memberi ide dengan menaik turunkan kedua alisnya.
"Emang mama penasaran banget ya?" Tanya pak Wirasta memastikan.
"Tentu dong Pa. Mama ingin Dara cepat-cepat punya anak. Terus kita punya cucu dong, dan mama ingin banget bisa gendong bayi lagi"
Mendengat itu. Pak Wirasta mau tidak mau harus mengikuti keinginan sang istri.
Keduanya pun bangun dari duduknya dan berjalan ke lantai atas. Karena kamar Dara memang berada di lantai atas. Berbeda dengan mereka yang sudah tua. Bahkan untuk naik tangga saja sudah tidak mampu lagi.
Beruntung di rumah mereka memang tersedia sebuah Lip. Dan itu memudahkannya untuk sampai di atas tanpa harus bersusah payah menaiki tangga.
Sesampainya di depan pintu kamar anaknya. Kedua orang tua itu berjalan mengendap-endap sambil menguping.
Di dalam kamar. Dan di saat yang sama, seekor tikus muncul entah dari mana asalnya yang membuat Dara spontan menjerit dan melompat memeluk Barra dengan kaki tergantung dan melingkar di pinggang suaminya. Hal itu pun sontak Membuat kedua orang tua itu saling melempar pandangan bingung.
"Akhhhhhhhh"
Dara kembali menjerit ketika tikus itu mendekat ke arah kaki Barra.
Barra kesulitan mengusir tikus itu dengan kakinya. Sementara tanganya memegang tubuh Dara layaknya menggendong seorang anak kecil.
"Sudah. Cepat turun!" Kata Barra. Setelah mengusir tikus itu.
"Aku gak mau. Aku maunya di atas kasur saja!" Terlihat Dara masih memindai tempat tidurnya dengan sangat teliti. Takut jika tikus itu kembali masuk.
Ya beginilah jika kamar di tinggalkan cukup lama. Dan ini kali pertamanya dia kembali tidur di rumah setelah enam bulan pindah ke apartemen.
Barra pun mendengus, "Ahh tubuhmu sangat berat!" Keluh Barra sambil berjalan ke arah kasur dengan menggendong bayi besar di tubuhnya.
Dara spontan langsung memukul lengan pria itu dengan wajah cemberut.
Plakk!
"Awwwww"
Barra yang juga kesal pun meletakan tubuh Dara dengan kasar di atas kasur.
Bruakkkkkk.
"Ahh sakit!"
Kedua orang tua itu pun kembali tersenyum senang, "Apa mereka sedang melakukannya?" Bisik Bu Shopia kepada suaminya.
"Gak tau. Sepertinya sih iya!" Ujar Pak Wirasta ragu.
"Sebaiknya kita pergi saja ma. Nanti ganggu malam pertama anak kita lagi!"
Bu Shopia mengangguk, lalu menggandeng lengan suaminya dan pergi dari sana.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂
kok bisa ya rumh sultan ada tikus'y 😂
2023-12-10
1
Chacha Nunuy Chasanah
pertama-tama az pda cuek...ntar lma" jg pda kangen klu slah satunya pergi
2023-12-09
2
Yunia Afida
ati ati tar bucin lo dar
2023-12-07
1