Bab 2
(Hallo abang, nei minta maaf sepertinya malam ini nei akan menginap di KL dahulu, flight yang seharusnya berangkat pukul 7 malam harus delay dan entah untuk berapa jam, jadi nei terpaksa harus menginap abang.)
Neira memutuskan menghubungi ryan setelah mendapatkan pemberitahuan bahwa jadwal terbangnya harus delay minimal 6 jam kedepan. Namun pihak maskapai belum memastikan lagi lebih tepatnya jam berapa mereka akan kembali terbang ke tanah air.
Neira yang merasa sudah lelah memilih menginap di salah satu hotel yang terdekat dari bandara internasional kuala lumpur.
Neira tidak mengira bahwa ini akan berdampak terhadap ryan, ia mengira ryan akan mengerti seperti biasanya karena hal hal seperti ini sudah sering terjadi selama ia menjadi pramugari.
(Bagaimana mungkin kamu harus menginap nei, apakah kamu akan menginap bersama Amar? Atau sebenarnya kamu hanya mengarang tentang penerbangan mu yang delay padahal kamu hanya ingin bersenang-senang bersama Amar disana tanpa sepengetahuan ku)
Seketika amarah ryan memuncak, nafasnya memburu, ia melontarkan rentetan kalimat tuduhan terhadap neira, tangannya mengepal kuat hingga terlihat buku buku tangannya memutih.tak dapat lagi ia menahan amarahnya hingga tanpa sadar kalimat yang keluar dari mulutnya telah sangat menyakiti hati neira.
(Bukankan hal seperti ini sudah sangat sering terjadi abang, ini kan bukan yang pertama kalinya aku harus terpaksa menginap di luar sebab penerbangan yang delay, lantas mengapa sekarang abang terdengar sangat marah?)
Neira bertanya dari seberang telepon, terdengar suaranya mulai parau khas suara orang yang sedang menahan tangis. Ia hanya heran mengapa setelah beberapa tahun ia bekerja baru sekarang sang suami mempermasalahkan hal yang sebenarnya bukan atas kendali dirinya. Mengingat neira hanya karyawan yang wajib mengikuti aturan dari tempatnya bekerja.
(Semenjak aku tahu bahwa kamu dan Amar sangat dekat, dengan dalih dia sahabatmu dan juga pekerjaan kalian yang sama seolah mendukung kalian untuk melakukan hal menyimpang dari pernikahan kita, aku yakin sebenarnya alasanmu sampai saat ini menunda untuk hamil karna kamu masih mengharapkan Amar kan nei. Jujurlah aku sudah muak terhadap semua alasanmu itu.)
Tut
Tut
Tut
Belum juga sempat neira menjawab tuduhan demi tuduhan yang di lontarkan oleh suaminya, telepon telah di matikan sepihak oleh sang suami. Ryan yang telah buta di jilati emosi oleh dugaan dugaan tentang istrinya, tak kuasa menahan diri lagi, dengan lantang terucap dari mulutnya uneg uneg yang selama ini ia pendam, rasa cemburunya yang tidak beralasan. Juga pilihan sang istri yang ingin menunda dulu untuk memiliki keturunan dengan alasan belum siap meninggalkan karirnya yang sedang di atas seolah tambah memperkuat rasa curiga ryan terhadap neira.
"Astaghfirullah, mengapa suamiku sampai menuduh macam macam begini, bukankah ia tahu bahwa delay dalam penerbangan tidak bisa dengan sengaja aku mengaturnya. Dan mengapa kata katanya tadi seolah menuduhku berselingkuh dengan Amar. "
Neira menghembuskan nafas pelan, rasa lelah yang sedari tadi ia rasakan seketika menguar entah kemana,netranya memanas, pandangannya memudar terhalang bulir bening yang seolah memaksa mengalir, hatinya sakit,pikirannya jauh tertuju pada setiap perkataan yang tadi di ucapkan oleh suaminya.
"Apakah hingga saat ini abang ryan masih tak percaya kepadaku,padahal sudah berulang kali ku katakan bahwa aku tak memiliki hubungan apapun dengan Amar selain sebatas sahabat.mengapa ia sampai harus membawa bawa persoalan anak"
Batin neira terus berguman, menimang setiap ucapan yang merupakan tuduhan tak berdasar dari suaminya,ia merasa heran di karenakan belum pernah suaminya bersikap seperti ini hanya karena masalah sepele.
"Aku harus bicara lagi dengan abang ryan,ini tidak bisa di biarkan tuduhannya padaku sama skali tak masuk akal, bagaimana mungkin ia menganggap aku dengan sengaja ingin bersenang-senang dengan seseorang yang bukan suamiku. "
Neira membaringkan diri di atas tempat tidurnya mencoba memejamkan mata mengusir lelah yang sedari pagi menggerogotinya.
Tepat pukul 4 pagi terdengar suara pintu kamarnya di ketuk, neira terbangun kemudian beringsut mengambil posisi duduk di atas ranjang, setelah di rasa tubuhnya sudah kembali sadar ia pun bangkit menuju kamar mandi kemudian mencuci muka.
Terdengar lagi suara ketukan pintu, neira berjalan menuju pintu dan membukanya, setelah pintu terbuka terlihat Amar sudah dengan keadaan rapi, rupanya dari setengah jam yang lalu ia telah menghubungi neira melalui telepon untuk memberitahukan bawha penerbangannya sudah akan berangkat hanya saja neira sama skali tak mendengar deringan teleponnya.
"Ayo, buruan waktunya kurang lebih setengah jam lagi, jangan sampai kita tak jadi jadi kembali. "
Setelah Amar menjelaskan kepada neira tujuannya membangunkan neira, neira seketika terlonjak buru buru menutup pintu guna membersihkan diri dan bersiap siap.
Pintu kembali terbuka setelahnya neira dan Amar pun segera bergegas berjalan keluar hotel dan menuju bandara.
Setelah terbang sekitar 3 jam lebih akhirnya neira tiba di BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN. ia bersama dengan beberapa pramugari lain tak terkecuali Amar sudah berjalan menuju pintu luar bandara. Setelahnya neira meraih ponsel yang sedari berangkat tadi sengaja ia matikan, ia menghidupkan nya kemudian mengotak atik mencari kontak sang suami.
Awalnya neira ingin meminta sang suami untuk menjemput namun setelah beberapa panggilan ia lakukan tak kunjung di jawab oleh ryan. Amar yang melihat gerak gerik neira pun menawarkan untuk mengantarkan neira pulang mengingat jalan menuju rumah mereka memang searah.
Sempat terbesit keraguan di hati neira, mengingat semalam ia sempat bertengkar melalui sambungan telpon dengan ryan dan inti pertengkaran mereka pun tak jauh dari nama Amar, namun setelah beberapa kali Amar bertanya akhirnya neira memilih menerima tawaran dari Amar tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments