Bab 5
Pov ryan
Hari ini neira kembali ada jadwal penerbangan ke kuala lumpur malaysia, biasanya jika ada jadwal flight pagi maka neira akan segera bersiap sedari subuh selesai sholat.
Semalam aku sempat meminta hakku kepadanya, dan kami pun larut dalam madu cinta. Ku akui neira tidak pernah mengecewakanku baik itu urusan rumah tangga, maupun urusan kamar, neira selalu telaten melayani setiap kebutuhanku. Aku pun selalu puas terhadap dirinya oleh sebab itu bagaimanapun godaan di luar sana tak mampu menggoyahkanku untuk berpaling darinya. Justru aku yang merasa takut jika suatu saat dia meninggalkanku.
Neira hanya gadis biasa, dari keluarga yang cukup mapan namun bukan juga yang terbilang kaya raya, neira hanya memiliki 1 saudara yaitu mbak mela kakak iparku, orang tua neira juga sederhana mereka berasal dari kampung, meski terbilang cukup mapan di antara semua warga di kampungnya, keluarga neira adalah panutan semua orang, neira dan mbak mela di didik dengan keras sejak kecil, mereka terbiasa untuk berusaha keras jika ingin mencapai sesuatu yang diinginkan, ibu dan bapak mertuaku itu tidak pernah memanjakan anak2nya, hasilnya neira dan mbak mela menjadi wanita mandiri mereka berdua sama2 memiliki karir yang bagus, membanggakan kedua orang tuanya.
Mbak mela sendiri kini mempunyai usaha butik di pusat kota makassar, mbak mela bersuamikan seorang tentara, hubungan antara kami terjalin sangat baik, antara aku dan mbak mela begitupun antara neira dan mas anton suami dari mbak mela.
Pagi ini aku sengaja berpura-pura malas bangun, biasanya jika begini neira akan menghampiriku dengan gemas, membujukku layaknya anak kecil, dengan belaian dan suara lembutnya, itu yang membuatku candu terhadapnya.
Hatikku hangat, bibirku tak henti tersenyum sesaat sebelum ku dengar neira mengatakan bahwa hari ini jadwalnya kembali bersamaan dengan Amar, begitu mendengar nama Amar, senyumku menghilang berganti rasa kesal, ku layangkan kalimat protes meskipun lirih, bibirku mencebik berjalan gontai menuju kamar mandi.
""Kenapa sih selalu harus bareng amar, apa tak bisa kamu berangkat sendiri. "
Kalimat itu lolos begitu saja dari bibirku, meskipun pelan namun dapat ku pastikan neira mendengarnya.
"Hanya kebetulan kami satu jadwal abang, jadi Amar menawarkan untuk nei berangkat bersamanya, lagipun nei dengan Amar sudah kenal semenjak kami masih kecil, bahkan Amar sudah nei anggap seperti abang kandung nei, tak perlu lah abang risau. "
Kan benar saja dugaanku neira mendengarnya, dan sudah bisa ku pastikan jawabannya tentu saja pernyataan yang sama, yang terus terulang dia ucapkan selama 5 tahun kami bersama.
Tak ku hiraukan lagi neira yang masih berkutat dengan kopernya segera ku sambar handuk pada gantungan dan masuk kedalam kamar mandi.
Tak lama pintu kamar mandi di ketuk, dari luar ku dengar neir a berkata akan menungguku di meja makan, tak ku jawab teriakan neira hingga ku dengar suara pintu kamar tertutup.
Ku hembuskan nafas perlahan berusaha bersikap biasa aja, aku tak ingin pagi ini di awali dengan emosi. Segera ku tuntaskan urusan membersihkan diri, kemudian ku susul neira yang telah lebih dulu menunggu di meja makan setelah ku lihat tampilanku di cermin sudah rapi.
Pakaian yang kugunakan semua telah di persiapkan oleh neira, warna yang selalu matching, tak ada sedikitpun yang kusut, karna sesempurna itu neira melayani semua kebutuhanku meski dia sendiri harus bekerja. Hanya satu yang belum bisa neira berikan yaitu anak.
Sesampainya di meja makan neira tersenyum kepadaku menawarkan opsi sarapan untukku. Aku yang kadung kesal terhadapnya ku jawab saja dengan kalimat singkat namun tetap tersemat panggilan sayang untuknya.
Kami makan tanpa obrolan, tiba saat setelah makan neira melirik jam di pergelangan tangannya kemudian buru buru membereskan sisa makanan yang ada di meja, setelahnya meraih tanganku untuk dicium dan berpamitan padaku.
Ku ikuti langkahnya yang terburu-buru menuju pintu luar, sesampainya di depan pintu ku lihat ternyata sudah ada mobil Amar di depan gerbang, hatiku kembali memanas, ingin rasanya ku usir Amar jauh2 dari hadapanku dan neira, namun urung ku lakukan mengingat tak ingin merusak perasaan istri tercintaku itu.
Ku pandangi terus hingga mobil yang di bawa oleh Amar tersebut telah hilang di belokan depan komplek, barulah aku berjalan masuk. Aku masuk ke kamar mengambil tas kerjaku, kemudian turun kembali menuju pintu luar, setelah ku pastikan pintu terkunci aku pun berlalu menuju mobil yang terparkir di garasi.gegas aku berangkat menuju kantor tempatku bekerja.
"Hei bro, kenapa lagi nih kusut amat tuh muka,"
Tepukan adnan di pundakku seketika membuatku terlonjak kaget, lamunanku yang jauh tertuju pada neira buyar seketika.
"Ah lo bisa ga sih ga usah ngagetin, hampir jantung gue lepas tergelinding masuk ke paret di depan tuh tau"
Ucapanku barusan mampu membuat adnan teman kerja sekaligus teman curhatku itu tertawa terbahak bahak.
"Kenapa lo, galau mulu gua liatin udah sebulanan ini muka lo di tekuk mulu kalo di kantor"
Kini adnan bertanya dengan nada serius setelah melihatku kembali melamun.
"Neira..? "
Ucapan yang merupakan pertanyaan adnan itu ku jawab hanya dengan anggukan kecil.
Tanpa menjelaskan bagaimana adnan memang sudah tau, adnan tempat satu2 nya aku berkeluh kesah tentang neira, jadi bukan hal baru bagi adnan jika melihatku murung.
"Again..? "
Adnan bertanya kembali, dan aku juga kembali hanya mengangguk.
"Sudah mencoba berbicara dari hati ke hati, bukan dalam situasi tegang, em maksudku tatap matanya dalam dalam jangan biarkan dia berpaling, sentuh hatinya dengan tatapanmu, coba juga sedikit membahas tentang perasaan orang tua kalian siapa tau neira bisa tersentuh. "
Panjang lebar adnan memberiku pencerahan,aku kembali memikirkan saran dari adnan, dan ku rasa ada benarnya, selama ini aku hanya membahas sekilas tak pernah hingga berbicara banyak di karenakan setiap neira menghindar akupun berhenti bertanya.
Ku anggukan kepala meyakinkan diri setelah nanti neira pulang aku harus membicarakan ini dengan serius kepadanya, siapa tahu itu bisa menggerakkan sedikit hatinya.
Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 5 sore waktunya untuk pulang kerja. Segera ku berkemas kemudian buru2 berlalu keluar kantor menuju mobilku, dengan semangat dan hati yang berbunga bunga ku lajukan mobilku ke arah rumah setelah sempat mampir sebentar untuk membeli setangkai bunga mawar untuk ku berikan pada neira nanti ketika dia pulang.
Sesampainya di rumah gegas ku masuk membersihkan diri, ku lihat masih sisa setengah jam sebelum jam 7 malam ku pesan makanan melalu ******** ***** di ponselku, segera ku tata makanan di atas meja sesaat setelah abang kurirnya datang. Tak lupa ku taruh 2 buah lilin di tengah2 meja,ku buat makan malam ini seindah mungkin, berharap nanti neira akan tersentuh dengan perlakuanku dan mau membuka hati untuk memiliki seorang anak.
Aku berjalan menuju sofa ruang tamu kusandarkan kepalaku ke punggung sofa, rasa lelah setelah bekerja seharian dan juga lelah akibat fikiran yang terus melayang2 membuatku tak sadar akhirnya tertidur di sofa.
Tiba2 ponselku berdering, seketika aku terlonjak kaget. Kulihat jam pada dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam, ya ampun aku tertidur hampir 2 jam setengah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments