bab Sk 4

Bab 4

Pov ryan

Pagi ini kulihat neira istriku sudah bersiap siap dengan seragam kerjanya. Ya, neira istriku seorang wanita karir, ia bekerja sebagai pramugari di salah satu maskapai penerbangan. Jadwal flight yang tidak menentu mengharuskan istriku harus siap di jam berapapun untuh terbang.

Neira sudah menjadi pramugari bahkan sebelum kami menikah, sempat aku bertanya mengapa dia memilih karir sebagai pramugari, dia dengan sungguh-sungguh menjawab bahwa impiannya adalah bisa terbang mengelilingi dunia. Waktu itu ku lihat kesungguhan dimata beningnya impian besar yang sangat di idamkannya membuatku tak mampu untuk mengutarakan niatku.

Sesungguhnya nya aku berniat melarangnya untuk bekerja lagi setelah nanti kami menikah, aku teringin sangat memiliki keturunan tanpa menunda-nunda.inginku ketika kami menikah dan di beri keturunan dia hanya dirumah menjaga dan mendidik anak kami.

Namun nyatanya kini aku harus mengalah, menyampingkan egoku demi impian yang selama ini dia harapkan, 5 tahun sudah kami menikah namun neira masih belum siap untuk melepas karirnya, setiap aku bertanya tentang kesiapannya untuk memiliki anak, dia hanya bergeming lalu segera mengalihkan pembicaraan seolah enggan untuk membahas hal hal yang menyangkut kehamilan dan melahirkan. Dengan dalih sayang pada karirnya yang saat ini sedang berada di atas, selalu saja neira memiliki jawaban untuk mematahkan harapanku terhadapnya.

Di tambah dengan adanya sosok Amar, orang yang di perkenalkan neira kepada ku seminggu setelah kami menikah, orang yang katanya sahabat neira dari semenjak mereka kecil, orang yang juga selalu ada di tengah-tengah antara aku dan neira selama 5 tahun ini.

Awalnya aku memang tidak begitu menyukai Amar, hanya saja akupun tidak membencinya, namun setelah hari itu dia dengan sombongnya datang dan menceramahiku soal caraku bersikap terhadap neira, seolah olah dia orang paling berhak atas diri neira seketika itupun aku menjadi sangat membencinya.

"Maaf jika ucapanku terkesan seperti mengaturmu, namun aku tidak tega jika melihat wajah neira bersedih,sepanjang hari neira terus saja murung, dan setelah ku tanyakan alasannya ternyata itu karena kau yang terus2an merongrong neira dengan keinginan untuk memiliki anak,"

Tiba tiba saja siang itu Amar menghampiriku yang sedang makan siang di cafe dekat kantorku bekerja. Entah ada angin apa dia tiba-tiba saja berceramah tentang sikapku yang di anggap telah membuat neira bersedih.

"Neira itu istriku,aku punya hak untuk melakukan apa saja terhadap nya, siapa kamu yang sok mau mengaturku harus bersikap bagaimana terhadap istriku hah! "

Tak ayal saat itu juga emosiku naik, ku tarik kerah bajunya,nafasku memburu menahan amarah.

"Aku orang yang sangat perduli kepadanya, kamu harus ingat, akulah orang yang lebih dulu mengenalnya,aku tahu betul bagaimana neira begitu memipikan pekerjaan nya saat ini, ia selalu berkata bahwa suatu saat dia akan mengelilingi dunia,lalu setelah belum lama ia mencapai impian nya kamu datang dan ingin segera menghentikan langkahnya? Harus kamu tahu ryan,aku orang pertama yang akan menentang mu, meskipun aku tahu adalah hakmu untuk meminta neira melakukan apa saja keinginanmu!"

Panjang lebar Amar menceramahiku tentang rasa perdulinya terhadap neira, Amar sama skali tak terpancing emosi saat aku membentaknya bahkan dengan segera di tepisnya tanganku hingga terlepas dari kerah bajunya. Ia bangkit memperbaiki posisi bajunya kemudian berlalu meninggalkanku sebelum aku sempat membalas semua ucapannya.

Aku terduduk kembali di kursi cafe, mengapa setelah mendengar ucapan Amar barusan membuatku merasa takut, aku takut dia berniat merebut neira dariku, aku takut neira akan lebih memilih Amar yang jelas akan lebih mendukung karirnya, itulah ketakutan yang terus menggerogotiku 3 tahun belakang ini.

Sejak saat itu aku tak pernah lagi membahas persoalan anak kepada neira, namun perasaan cemburuku malah justru bertambah, dimulai dari jadwal flight neira yang sudah mulai merambah keluar negeri apalagi jadwal neira dan juga Amar selalu saja bersamaan. Hatiku geram setiap kali neira meminta izin untuk berangkat bersama Amar,pikiran buruk terus saja menghantuiku.hingga puncaknya pada hari ini, ketika terucap perjanjian bodoh dari mulutku sendiri, perjanjian yang menjadi penyesalan ku bertahun tahun lamanya.

Satu bulan yang lalu...

Aku mulai kembali membicarakan perihal keinginanku untuk memiliki anak kepada neira, berharap ia bisa merasakan kegelisahan ku,aku berfikir cukup sudah selama 5 tahun ini aku mengalah, memberi ruang dan waktu untuk neira mengenyam impiannya, rasanya aku pun sudah mulai jengah dengan sikap neira yang masih kekeh mempertahankan karirnya.

Aku merasa yakin di balik sikap neira yang terus bersikeras menunda kehamilan pasti di karena kan Amar yang telah mempengaruhi nya.

"Nei, abang kemarin bertemu dengan haziq, dia adalah teman abang semasa kuliah, waktu pernikahan kita dan dia hampir sama nei, namun dia sudah miliki 2 orang anak, anak yang pertama berusia 3 tahun dan yang kedua berusia 4 bulan. "

Ku mulai pembicaraan kepada neira dengan awal membahas rumah tangga temanku, pelan pelan ku teruskan hingga pada int pembicaraanku yaitu bertanya perihal perasaannya kini, aku sangat berharap dia sudah mulai membuka hatinya untuk memenuhi permintaanku.

"Abang juga teringin sangat sudah menggendong sosok bayi mungil nei, buah cinta kita berdua, tidakkah kamu maulai berfikir tentang ini nei, 5 tahun sudah abang menunggu nei."

"Beri nei waktu abang, nei masih belum siap untuk berhenti dari pekerjaan ini,karir nei sedang di atas, kini nei sudah memiliki jadwal flight keluar negeri,"

Neira menjawab sembari menunduk, kulihat tangannya terus memilin ujung bajunya.

Ku hembuskan nafas kasar, ingin sekali ku berteriak membentaknya,seketika kepalaku sakit,kutahan amarah yang sedari tadi kian memuncak, kuputuskan pergi keluar rumah, berjalan entah kemana, menikmati angin malam berharap ketika pulang emosiku sudah mereda, aku takut jika berlama-lama di kamar, akan terjadi sesuatu yang tidak ku inginkan, memukul neira misalnya.sungguh aku tak ingin itu sampai terjadi.

Segera ku berjalan keluar kamar, ku sambar kunci mobil yang berada di atas rak tv, ku langkah kan kaki keluar rumah, meninggalkan neira yang sesaat terlihat terkejut melihatku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!