KABUR

Kembali ke sekolah dengan menyandang status baru, bukanlah hal yang mudah bagi Arumi. Kakinya melangkah gontai melewati pintu gerbang, berjalan setengah hati.

"Tumben mukanya kucel begitu. Kan baru liburan," tanya satpam sekolah, menatap aneh pada Arumi.

"PMS!" jawab Arumi ketus, berjalan melewati gerbang menuju bangunan kelas.

"Rumi ....!" Stella, sahabat Arumi melompat memeluk pundak Arumi saat melihat gadis itu berjalan lemas ke bangkunya. Arumi memaksakan senyum lebarnya, menjitak kening Stella yang bergelayut di belakangnya.

"Bagaimana liburanmu?" tanya Stella menggosok-gosok kening.

"Parah," jawab Arumi singkat, melempar tas ke atas meja dan mengeluarkan novel yang bekum selesai dibacanya. Arumi menarik nafas panjang, matanya memejam meski tangannya bergerak membuka halaman novel.

Maafkan aku, Stella. Aku harus berbohong pada kalian, batin Arumi menyesal. Ingin sekali Arumi menceritakan pernikahannya dengan Arga pada kedua sahabatnya, tetapi ia malu. Arumi takut ia nanti akan dijauhi atau bahkan ditinggalkan oleh kedua sahabatnya jika mereka tahu dirinya telah menikah, terlebih dengan guru yang paling mereka benci di sekolah.

"Kau kenapa sih, Rumi? Sepertinya wajahmu kusut dan kau lebih pendiam." Yosi menepuk pundak Arumi yang duduk menunduk sembari membaca novel di pangkuannya saat istirahat pertama mereka.

"Tidak. Entahlah, rasanya aku kurang semangat. Kabur yuk," usul Arumi, malas sekali melihat Arga yang berkali-kali lewat di depannya. Entah disengaja atau tidak, tetapi sepertinya sepanjang jam istirahat pria itu sudah lebih sari tiga kali lewat di hadapan Arumi.

"Nanti saja istirahat kedua. Kalau sekarang, setelah ini pelajaran Pak Kuncoro. Serem ah bolos di jam mata pelajarannya," Stella menggeleng tegas.

"Aku juga tidak mengajakmu sekarang. Nanti setelah jam istirahat kedua, pak Jono biasanya masuk untuk makan siang."

Stella dan Yosi mengangguk setuju.

Kelas terakhir sebelum istirahat kedua mereka lalui dengan bersemangat. Rencana membolos dan melarikan diri selalu membuat ketiga bersahabat itu berapi-api, karena esoknya mereka pasti akan dihadapkan dengan kemurkaan guru tata tertib galak yang sangat mereka benci.

Bel berbunyi usai jam istirahat ke dua. Stella, Yosi dan Arumi tidak menuju kelas berikutnya, melainkan menyelinap ke balik kelas ibadah, muncul di sudut ruang UKS. Dari sana mereka bisa mengamati satpam tambun yang berdiri tegak di tengah pagar, mengamati anak-anak yang berjalan kembali ke kelas mereka masing-masing.

"Sial! Kenapa dia malah masuk ke dalam pos satpam?" desis Yosi, berbisik pelan.

Arumi melirik jam tangannya. "Keburu Pak Darso masuk kelas, nih," katanya.

"Kenapa sih dia tidak pergi ke kantin. Apa sudah makan?" bisik Stella, menatap jendela rendah pos satpam yang memperlihatkan puncak kepala pak Jono.

Arumi menurunkan tas dari punggung, membukanya dan mengaduk-aduk isinya mencari sesuatu.

"Biar aku mengatasinya!" pekiknya tertahan, tangannya melambaikan kertas putih lusuh yang ia keluarkan dari dalam tasnya.

"Rum ...!" Yosi ingin menahan sahabatnya, tetapi terlambat. Arumi sudah melompat keluar dari persembunyiannya dan berjalan melenggang menuju pos satpam.

"Kamu! Kenapa belum berada di kelas?!" tanya pak Jono kaget, saat melihat Arumi berdiri di pintu pos jaga.

"Saya dsri ruangan Pak Arga." Arumi melambaikan kertas di tangannya, yang langsung dikenali Pak Jono sebagai surat panggilan siswa.

"Lalu?"

"Saya mau kembali ke kelas, tetapi pak Arga meminta saya memanggil Bapak untuk menemuinya di ruangannya."

"Ada perlu apa?"

"Ya masa saya mau tanya, Pak Arga ada perlu apa memanggil pak Jono?" Arumi menjawab dengan nada suara yang di buat-buat. "Kalau pak Arga bilang 'Kepo!', bagaimana?" tanya Arumi, membelalak kesal.

Satpam tambun di depannya menyeringai, tangannya menggaruk kepala.

"Ya sudah. Kamu kembali ke kelas dulu."

"Terima kasih!" kata Arumi, melengos pergi.

"Ya, ya. Terima kasih sudah memberi tahuku."

"Sama-sama!" teriak Arumi, menjawab malas sembari melangkah pergi.

Tepat di tangga turun menuju kelas bawah, Arumi berlari ke ujung kiri setelah memastikan mata jeli pak Jono tidak mengikutinya, dan ia kembali pada Yosi dan Stella.

"Apa yang kamu lakukan?" desis Stella, wajahnya tampak cemas.

"Ssst. Lihat, dia pergi. Tetapi kita harus cepat karena dia tidak akan lama."

"Apa yang ...."

"Ayo!" Arumi memotong pertanyaan Stella, memimpin pelarian, menyelinap ke balik pos satpam dan dengan gesit melompati pagar. Asal pak satpam tidak berada di tempat, pos satpam itu bisa menjadi penghalang praktis bagi anak-anak yang ingin kabur, dari pandangan langsung ruang guru.

Mendarat di luar pagar, ketiganya berlari ke tempat parkir sekolah di luar area bangunan. Melambaikan selembar uang berwarna merah pada penjaga parkir, Yosi, Stella dan Arumi bisa dengan mudah mengeluarkan mobil dari areka parkir dan meluncur ke jalan.

"Rumi! Itu Pak Arga dan Pak Jono." Pekik Stella, menunjuk dua sosok pria yang berdiri di depan gerbang uatma sekolah dengan tatapan marah.

Arumi tersenyum sinis melihat ekspresi marah di wajah Arga, dan bersiap mengerjainya agar lebih parah.

Di depan gerbang sekolah, Arumi sengaja menurunkan kaca mobil sembari mengurangi kecepatan, lalu membungkuk sopan pada Arga dan Pak Jono yang menatap murka.

"Permisi, Pak. Saya duluan," katanya tenang dengan senyum miring menjengkelkan, lalu mengedipkan sebelah matanya pada Arga sebelum meluncur pergi dengan deruman kencang.

"Rumiii ...." Stella merengek, keluar dari persembunyiannya di balik kursi.

Arumi terbahak keras, disusul Yosi yang duduk di sampingnya.

"Kau berani sekali, Rumi. Kita pasti akan dijemur seperti kerupuk udang besok," kata Yosi, masih tergelak.

"Kalian ini ... bagaimana kalau Pak Arga benar-benar marah, besok," cicit Stella dengan suara bergetar.

"Bukankah dia memang sudah terbiasa arah setiap hari. Masa kamu bekum terbiasa menghadapi kemarahannya sih, Stell." Yosi melirik ke belakang.

"Dihukum mah ya kita jalani aja, Stella. Kenapa mesti merengek seperti itu. Tenang saja, kita tidak akan dikeluarkan." Arumi menatap stella dari kaca spion, tertawa geli melihat ekspresi ketakutan Stella.

"Kalian ini benar-benar deh!" gerutu Stella kesal.

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

arga sangat marah arumi telah membohonginya pura ijin ambil buku dimobil ternyata kabuuuuuur arumi bersama teman2nya,,,
tunggu aja dirumah dikasih hukuman yg enak arumi sm suamimu🤣🤣🤣

2024-01-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!