Waktu berjalan sangat cepat hingga sampai pada waktu yang ditunggu-tunggu, yaitu hari dimana Kalea melakukan transplantasi organ untuk sang ibu mertua.
Kini gadis itu sudah berada di ruang operasi. Memakai pakaian khusus operasi, dan diterangi satu cahaya di atas tubuhnya.
“Kami akan suntikan biusnya.”
“Hitung mundur sampai 10, ya,” ucap seorang dokter bedah yang bersiap untuk melakukan operasi.
Kalea yang gugup merasa cemas itu hanya bisa memejamkan matanya seraya berdoa untuk keselamatan dan kelancaran semuanya. Hingga efek dari bius itu membuatnya tertidur.
Alex yang sedang lari terbirit-birit meninggalkan rumah sakit Aluna dan menuju ruang operasi di rumah sakit Pratama, karena jarak dari rumah sakit Aluna dimana tempat Kalea istrinya sedang di operasi lumayan sangat jauh.
“Apakah operasinya sudah dimulai?” tanya Alex pada perawat disana. Nafasnya tersengal-sengal akibat lari menuju ruangan itu.
“Betul, apa bapak walinya?”
“Iya, saya walinya,” balas Alex cemas.
“Sebentar ya. Atas nama… ibu Carlin?” tanya perawat mengecek buku yang ia pegang.
“Iya, benar.”
“Baik, operasinya baru saja dimulai. Bapak jika ingin menemani pasien bisa memakai pakaian yang sudah disediakan, ya.”
Alex pun pergi menemani Carlin di dalam ruang operasi, sedangkan Kalea yang sendirian tidak ditemani sepanjang waktu operasi oleh suaminya itu, bahkan tidak tahu bahwa suaminya menemani pacarnya untuk melahirkan seorang anak.
Karena di waktu yang bersamaan anak dari Carlin akan lahir ke dunia. Alex menemani Carlin untuk melahirkan anaknya, tetapi membiarkan Kalea istrinya sendirian di kamar operasi yang sedang melawan rasa sakit. Apakah dia sakit jiwa?
Ketika sang istri berjuang untuk mengeluarkan ginjalnya, dan sang pacar kekasih melahirkan anaknya, sudah dipastikan Alex lebih memilih pacarnya yang akan memberikan dirinya gelar seorang ayah di masa depan. Namun, berbeda dengan Kalea yang dirinya belum hamil ketika hampir satu tahun pernikahan.
“Ibu, ibu …” gumam Kalea, matanya sedikit terbuka.
“Operasinya berjalan dengan baik, sekarang ibu akan kami pindahkan ke ruangan,” ucap seorang perawat padanya.
“Ibu saya…”
“Ibu Melinda sedang dalam pemulihan, jangan khawatir,” pesan perawat agar Kalea tidak khawatir.
‘Syukurlah, aku mau bertemu suamiku,’ umpatnya dalam hati, lalu tertidur kembali.
Keesokan harinya, Kalea yang siuman mendapati suaminya sudah berada di hadapannya dan memegang tangannya dalam waktu yang cukup lama. Kalea yang sudah memberikan harapan baru untuk ibu suaminya itu, Alex menjadi semakin banyak memberikan perhatian padanya dan akan merawat istrinya sebaik mungkin.
Beberapa saat di sana, Alex yang sudah lama menunggu istrinya untuk bangun. Kini ia sudah akan pergi lagi tanpa menjelaskan akan pergi kemana pada Kalea, “Istirahatlah, nanti aku datang lagi, ya,” bisik Alex lalu mengecup pipi istrinya. Dia pun pergi keluar meninggalkan Kalea yang sedang sendirian di sana.
Di depan rumah sakit, Friska adik dari Alex yang sudah menunggu kakaknya itu kembali. Mereka mengobrol dengan santai di sana.
“Bagaimana? Operasinya lancar?” tanya Friska pada kakaknya.
“Iya dia baik-baik saja, anak perempuanku sangat cantik, mirip sepertimu,” ucap Alexandra merasa senang memiliki seorang putri.
“Ah, jadi tidak sabar, mau aku ketemu keponakan pertamaku!”
“Mohon jaga dia dengan baik, ya. Dia perempuan yang pengertian, kok,” sambung Alexandra menitipkan kekasihnya pada adiknya itu ketika sudah dinikahi nanti.
“Kalau begitu syukurlah. Lalu, bagaimana dengan perempuan itu?” tanya Friska dengan wajah yang sinis.
“Dia? Akan aku usir dia saat waktunya tepat, tenang saja,” balas Alexandra tersenyum jahat.
***
Setelah beberapa hari di rumah sakit, Alexandra yang biasanya menemani Kalea, tetapi akhir-akhir ini sudah jarang sekali menjenguknya. Kalea yang tubuhnya terkapar lemas dan hanya ada semangkuk bubur hambar di ruangannya, dan juga merasa sepi karena tidak ada yang menemani.
Melinda, Ibu mertua Kalea yang beberapa belakangan ini sudah pindah ruangan sendiri yang dimana ruangan itu adalah kamar VIP, berbeda dengan Kalea yang hanya sekelas ekonomi.
Friska yang memperlihatkan foto anak Carlin pada ibunya itu ingin sekali segera menggendongnya, sampai tak memikirkan dirinya harus pulih terlebih dahulu. Mereka tidak sama sekali memikirkan menantunya yang sudah rela berkorban memberikan ginjal padanya. Memang kacang lupa pada kulit.
Bukan hanya Melinda dan Friska yang mengagumi anak Carlin, melainkan Ayahnya juga. Ternyata Alexandra belakangan ini sudah jarang sekali menemui istrinya karena selalu sibuk menemani Carlin, pacarnya.
“Wah, anakku cantik sekali ya. Ciluk ba!”
“Kamu ini, ya. Lalu bagaimana dengan perempuan itu?” tanya Carlin pada Alexandra.
“Apa? Si pendonor ginjal?”
“Tenang saja, aku akan membereskan dia selama kamu masa pemulihan, jadi jangan khawatir,” sambung Alexandra mencium kening Carlin.
Tak lama, setelah menghabiskan waktu bersama Carlin dan putrinya di rumah sakit yang berbeda dengan Kalea, pada sore hari akhirnya Alexandra menemui istrinya, Kalea.
Kalea yang sudah lama menunggu kedatangan suaminya, saat mendengar Alexandra memanggilnya gadis itu terbangun dari jaga tidurnya dan tersenyum lebar.
“Kamu akhir-akhir ini sedang sibuk, ya? Telepon dariku tidak diangkat, dan sepertinya kamu juga jarang kesini,” keluh Kalea merasa khawatir pada kekasihnya, tidak seperti biasanya suaminya itu pergi terlalu lama dan meninggalkannya sendirian.
“Maaf, ya sayang. Belakangan ini pekerjaanku agak banyak. Kamu kesepian, ya?” tanya Alexandra mengacak-acak rambut istrinya.
“Sejujurnya, iya. Tidak ada kamu disini aku merasa kesepian.”
“Kalau begitu, aku akan membuat istriku senang hari ini,” ujar pria itu tersenyum, ia membuka kancing pakaian istrinya yang tangannya masih dalam keadaan diinfus. Pria itu meraba bagian sensitif istrinya, lalu Kalea merasa terpancing.
Kalea yang menolak ajakan suaminya untuk berhubungan itu karena dirinya masih belum pulih. Tetapi, Alex yang tak memikirkan keadaan Kalea memaksanya. Di ruang pasien yang hanya ada mereka berdua saja sedang melakukan hal dewasa tanpa memikirkan akan ada yang datang. Hingga pada akhirnya Alexandra menitipkan benih untuk kesekian kalinya lagi pada istrinya, yang setelah sekian lama sudah tak bermain lagi karena Kalea harus melakukan operasi dan masa pemulihan.
Kini pasangan itu melepaskan gairah bersama-sama, gadis itu menangis karena sudah lama tidak merasakan cinta di atas ranjang bersama suaminya lagi.
“Jangan menangis sayang, jika kamu pulih nanti, aku akan memberikan lebih banyak cinta lagi,” bisik Alex mengecup kening istrinya. Kalea tersenyum dan terharu, betapa bahagianya merasakan kehangatan dan kenikmatan surga dunia itu. Kini harapannya adalah ingin segera lekas sembuh dan keluar dari rumah sakit agar bisa berkumpul kembali seperti dulu.
*
*
*
~Support terus cerita ini ya. Boleh dibantu like, komen, dan subscribe nya.
~Dilarang meloncat bab dan menumpuk bab, karena akan berpengaruh pada cerita author dan gagal gajian:(
~Semoga hari-hari kalian menyenangkan^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Wirda Lubis
lanjut
2024-02-12
0
Ratu Kalinyamat
kake kalea kasian se x kmu y. blm tau. betapa bejadnya suami kmu itu. saking polosnya ,/Grin//Grin//Grin//Grin/
2023-12-22
0
Tangsan Tangsan
good luck Thor🔥
2023-12-03
2