bab 2 perjodohan

Enam bulan kemudian...

"Apa menikah dengan kak Rama?!" Kejut Nabila.

"Kenapa aku harus menikah dengan kak Rama? Kak Rama itu suami kak Naura sekaligus kakak ipar ku, bagaimana bisa ibu menjodohkan aku dengan nya?" Tak habis pikir bagi Nabila dengan pikiran kedua orang tuanya.

"Apa kamu mau jika Nurma memiliki ibu tiri?" Ujar sang ibu.

"Ya tidak apa-apa, asalkan perempuan yang menjadi ibu sambung Nurma harus yang baik dan menyayangi Nurma dengan tulus." Jawab Nabila.

"Kalau tidak, bagaimana? Apa kamu akan rela begitu saja, jika Nurma memiliki ibu tiri yang jahat?" Tekan ibu yang membuat Nabila terdiam.

"Ya aku akan bicara pada kak Rama agar mencarikan ibu sambung yang sayang kepada Nurma." Kembali Nabila mencari alasan agar terbebas dari perjodohan gila menurut nya itu.

"Jika Rama cinta buta pada istri barunya lalu dia lebih sayang pada istrinya dari pada Nurma, bagaimana?" Kembali ibu bertanya yang membuat Nabila merasa terpojok.

"Ya kita bisa ambil alih hak asuh anak pada kak Rama, dan Nurma bisa tinggal di sini bersama kita selamanya." Kembali Nabila menjawab.

"Jika Rama tidak mengijinkan Nurma tinggal bersama kita bagaimana? Nurma itu anak yang sangat di inginkan oleh Rama dan juga kakakmu, jadi ibu yakin kita tidak akan semudah itu mengambil alih hak asuh atas Nurma." Ibu dengan kekehannya.

"Tapi kenapa aku harus menikah dengan kak Rama, sekarang saja Nurma tinggal bersama kita, dan aku yang mengurus segala kebutuhan Nurma." Ucap Nabila merasa tidak perlu ia harus menikah dengan Rama, toh tanpa ia menikah dengan Rama pun bayi mungil yang kini sudah merangkak itu pun ia urus dengan baik, ya walaupun bayi itu harus di gilir dalam mengasuh nya, tapi jika Rama tengah bertugas Nabila lah yang menjaganya bahkan tidur pun mereka satu kamar.

"Justru itu, kamu yang lebih pantas menjadi ibu Nurma dari pada perempuan lain, Nurma keponakan asli mu, yang ibu yakin kamu bisa menjaga Nurma dengan baik, lagi pula kedua orang tua Rama juga sudah menyetujui perjodohan antara kamu dan juga Rama." Terang ibu merasa lebih tenang jika Nabila yang akan mengurus Nurma cucu pertama nya itu.

"Apa? Jadi kalian sudah membicarakan hal ini sebelum memberi tahu ku?" Tak percaya dengan apa yang dia dengar saat ini.

"Ya, kami sudah membicarakan hal ini, dan besan ibu cukup senang mendengar hal ini. Ibu dan ayah tidak mau mendengar penolakan kamu, mau tidak mau kamu harus setuju." Tekan ibu yang membuat Nabila sedikit frustasi.

"Bu, jangan paksa aku seperti itu, aku memang menyayangi Nurma seperti anakku sendiri, tapi jika harus menikah dengan kak Rama, aku tidak mau!" Nabila menolak dengan tegas. "Lagi pula kenapa harus kak Rama, apa tidak ada laki-laki lain yang ingin ibu jodohkan dengan ku." Protes Nabila.

"Rama itu laki-laki yang baik, dia saja sangat mencintai Naura kakakmu, dia begitu menghormati perempuan, selain tampan dia juga sopan, ibu sangat menyayangi Rama sebagai menantu yang baik dan suami idaman bagi perempuan." Puji ibu kepada Rama.

"Tapi Bu... Aku..."

Mendengar perdebatan istri dan anak perempuannya membuat ayah ikut bicara.

"Sudahlah Bila, terima saja perjodohan ini, kamu itu sudah dewasa sudah pantas menikah dan memiliki anak." Sambung ayah seraya menutup koran yang ia baca menatap wajah sang putri yang terlihat di tekuk.

"Tapi tidak harus dengan kak Rama, ayah!" Protes Nabila. "Aku bisa mencari calon suami sendiri." Lanjut Nabila sebal.

"Calon suami yang mana? Bahkan kamu tidak pernah mengenali seorang laki-laki pada ayah dan juga ibu." Celetuk ibu yang membuat Nabila ternganga membenarkan ucapan ibunya itu.

Jika Naura kakaknya langsung menemukan tambatan hati setelah lulus sekolah dan berlanjut sampai jenjang pernikahan, sedangkan Nabila ia selalu gagal dalam kisah asmaranya dengan beberapa laki-laki, yang itu membuat Nabila malas jika harus memperkenalkan laki-laki yang dekat dengannya kepada kedua orang tuanya.

"Kenapa ibu begitu khawatir, padahal kak Rama sendiri terlihat enggan untuk memiliki kembali seorang istri." Heran padahal ia tak pernah melihat kakak iparnya itu membawa seorang perempuan ataupun memperkenalkan perempuan untuk menjadi ibu sambung Nurma.

"Dengar Bila, ibu hanya tidak ingin Nurma di asuh oleh perempuan lain selain kamu, kedua orang tua Rama pun sama seperti itu, laki-laki itu pasti butuh seorang istri apalagi Rama yang masih muda dan seorang prajurit, dia butuh seorang pendamping." Jelas ibu menggebu-gebu.

*

*

*

Nabila yang protes dan menolak dengan perjodohan yang kedua orang tuanya lakukan, berbeda dengan Rama, ia menerima perjodohan itu dengan syarat mereka harus tinggal berdua di rumah yang dulu ia tempati bersama sang istri.

Alasan nya simpel, Rama membutuhkan seorang pengasuh bagi bayi kecil nya bernama Nurma, karena memang benar kata ibunya jika Nurma tak bisa tinggal bersamanya karena tugas negara yang tak bisa ia tinggalkan, sedangkan Nurma masih membutuhkan seorang pengasuh, ingat hanya pengasuh, pikir Rama.

"Baiklah mah, Rama bersedia menikah dengan Nabila." Ucap Rama dengan ekspresi seriusnya.

"Benarkah? Ini kabar menggembirakan, kalau begitu mamah akan menelpon ibu mertua mu dan memberi tahu mereka jika kita akan melamar Nabila untuk kamu nikahi secepatnya." Ucap mama dengan riang.

* * *

"Dengar Bila, Rama menerima perjodohan ini." Terang ibu memberitahukan kepada Nabila yang sedang mengajak bermain Nurma.

"Apa Bu? Kak Rama menerima perjodohan ini?" Tak percaya Nabila, hingga ia sampai geleng-geleng kepala dengan sikap kakak iparnya itu. Ibu Nabila mengangguk dengan semangat.

"Bagaimana bisa?" Gumam Bila, mengingat bagaimana Rama begitu sedih atas kehilangan Naura istrinya. Namun hanya dengan hitungan bulan Rama tak sanggup hidup sendiri, laki-laki macam apa dia? Pikir Nabila.

"Ya bagus dong nak, itu artinya Nurma sebentar lagi punya bunda baru." Balas ibu menggoda Nabila.

"Bu!" Sebal Nabila. "Ibu pikir aku mau menerima nya? No way aku tidak mau! Aku akan langsung menolak lamaran kak Rama jika mereka nanti datang kemari." Ancam Nabila bersungguh-sungguh.

"Bila!" Marah ibu Nabila. "Kamu mau membuat keluarga kita malu dengan penolakan mu itu?!" Kesal nya. "Kamu ini tega sekali." Lanjut nya.

"Ibu yang tega, di jaman modern seperti ini masih ada jodoh-jodohan!" Balas kesal Nabila.

"Ini demi Nurma, Bila... Kasihan Nurma, apa kamu tega melihat Nurma yang tidak memiliki seorang ibu, bagaimana nanti jika dia sudah besar, pasti akan menanyakan keberadaan ibunya." Ujar ibu merayu dengan kata-kata memelas nya.

"Bu, kita bisa memberi tahu Nurma tentang ibunya secara perlahan, jika dia sudah besar nanti pasti Nurma akan mengerti." Nabila mencoba memberi pengertian. "Ya kan Nurma sayang."  Tatap Nabila pada Nurma yang di balas dengan senyuman oleh bayi mungil itu.

"Ya ampun Nurma... Kamu seperti ibu mu, mirip sekali, cantik." Gemas Nabila mencubit pipi gembul Nurma.

"Justru anak kecil lebih sering mencari ibunya di bandingkan anak yang sudah dewasa. Jadi kita tidak bisa menjelaskan pada Nurma jika Nurma belum mengerti kemana ibu nya sedangkan ia pasti akan menanyakan keberadaan ibunya." Kembali sang ibu mengeluarkan jurus mautnya yaitu merayu Nabila agar merasa kasihan pada cucu kesayangannya.

"Aku tidak tahu, aku pusing." Balas Nabila tak ingin mendengar. Walaupun hatinya memang merasa kasihan pada Nurma.

Terpopuler

Comments

marryam

marryam

lanjut baca

2024-03-21

0

Deasy Dahlan

Deasy Dahlan

Penasaran thor

2024-02-29

1

Koesianingsih Ing

Koesianingsih Ing

untuk sementara bagus alur ceritanya

2024-02-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!