Perjalanan rumah tangga Milen akan di mulai di rumah besar milik Andra yang dulu ditempati oleh sang kakak tercinta. Kini dirinya yang menempati hanya sebagian dari tempat itu. Karena Milen tahu semua kenangan Andra dan Milea serta kedua anaknya ada di rumah tiga lantai tersebut.
"Kamu harus selalu ingat dengan apa yang menjadi kesepakatan kita" bisik Andra karena ada kedua anaknya di sana sebelum mereka masuk ke dalam rumah tersebut.
"Iya" sahut Milen pelan yang tidak sendiri datang ke rumah itu. Melainkan ada kucing kesayangannya dan Bibi Tar yang akan membantu Milen di sana. Namun, ternyata Bibi Tar datang ikut ke sana atas permintaan kedua orang tua Milen dan kedua orang tua Andra.
Rumah besar dan megah berlantai tiga yang pernah beberapa kali saja dikunjungi oleh Milen semenjak kakak tercinta dan Andra menikah. Tidak mengalami perubahan sedikit pun. Milen selalu marasa rumah itu tidak menerimanya, sehingga Milen jarang sekali datang. Untuk bertemu dengan sang kakak Milen lebih memilih di cafe atau tempat makan atau pun ke rumah Mama Mayang atau Milea sendiri yang datang butik Milen.
"Aku boleh menggunakan lift itu untuk sampai ke tempat ku?."
"Menurut mu?."
"Seharusnya boleh kalau Kak Andra memiliki hati. Tapi, setahu ku kan Kak Andra enggak punya hati, Ups..." Milen menutup mulutnya rapat namun dengan mata yang mengejek.
"Baik, karena kata mu aku tidak memiliki hati. Jadi kamu harus naik tangga untuk sampai di lantai tiga. Khansa dan Khalisa naik lift, kalian tunggu Mama Milen di sana" ucap Andra pada Milen yang dilanjutkan meminta kedua anaknya untuk segera menaiki lift.
"Kenapa Mama tidak ikut naik lift bersama kami?" tanya Khalisa menahan pintu lift yang akan tertutup.
"Tidak sayang, nanti kita bertemu di atas aja. Mama mau tahu isi rumah ini dulu" jawab Milen mendahului Andra yang hendak buka suara.
"Iya Ma, kami tunggu di sana" balas Khalisa.
Milen hanya mengangguk sambil melambaikan tangan pada Khansa dan Khalisa. Lalu segera pergi dari sana setelah pintu lift tertutup tanpa berpamitan pada Andra. Meninggalkan pria itu dengan mulut yang sudah terbuka hendak bicara pada Milen. Tapi, Milen tidak ingin mendengarnya lebih baik Milen menyimpan tenaganya untuk menaiki tangga.
"Bagaikan langit dan bumi" gumam Andra sambil berjalan menuju ruang kerjanya. Andra ingin melihat apa yang dilakukan Milen selama menaiki anak tangga yang cukup banyak itu.
Baru juga Andra membuka layar laptopnya yang terhubung dengan CCTV, Andra dibuat tidak percaya dengan kecepatan jalan yang dimiliki Milen. Wanita yang telah menjadi istrinya itu sudah sampai di lantai tiga tanpa kelelahan sedikit pun.
"Kalau kakak mu pasti merengek minta naik lift, berbeda sama kamu yang sangat mandiri" gumam Andra sambil menutup layar laptopnya. Sebab pintu itu sudah tertutup rapat.
Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 wib. Waktunya makan malam di rumah Andra dan ini untuk pertama kalinya sebagai istri namun untuk kedua anaknya saja.
Tanpa ingin berdrama, Milen meminta Khansa dan Khalisa untuk turun lebih dulu dengan alasan dirinya belum shalat isya. Padahal itu sudah dilakukannya lima belas menit setelah adzan. Milen kembali menggunakan tangga untuk bisa sampai di lantai bawah. Milen tidak ingin menggunakan fasilitas tanpa seizin dari pemiliknya.
Andra yang sudah duduk di meja makan bersama kedua putrinya, menunggu kedatangan Milen yang kembali membuat Andra menggelengkan kepalanya berulang kali. Dimana wanita berhijab pasmina lebar dan celana jeans bolong kebesaran itu datang dari arah tangga.
Andra berpura-pura tidak tahu dengan cepat menundukkan pandangannya.
"Maaf terlambat, terima kasih sudah menunggu" ucap Milen lalu duduk di sebelah anak-anak.
"Hem" jawab Andra sambil mengangkat kepalanya.
"Iya Ma tidak apa-apa. Biasanya aku dan Khansa yang menunggu Papa, tapi sekarang aku senang banget karena bisa menunggu Mama makan bersama kami di sini" sahut Khalisa sambil tersenyum lebar.
Kebiasaan sebelumnya, memang tidak ada yang boleh bersuara saat sedang makan. Begitu juga malam ini, hening dan sunyi.
Setelah makan selesai, ternyata Khansa dan Khalisa mengajak Andra dan Milen menonton film yang sudah beberapa hari tayang.
"Ayo Pa, Ma, kita nonton film di lantai dua dengan judul yang tadi aku bilang" rengek Khansa dengan manja.
"Betul itu, teman-teman di sekolah sudah nonton semua. Hanya kami saja yang belum" Khalisa ikut menimpali.
Milen menarik nafas pelan, lantai dua adalah teritorial Andra. Wilayah yang tidak mungkin dirinya masuki, terlebih ada hukuman yang sudah menanti. Jadi, lebih baik Milen mencari alasan lain untuk tidak ikut menonton bersama mereka.
"Tapi, sepertinya Mama enggak bisa sayang. Mama harus menyiapkan beberapa gambar yang sudah diminta oleh pelanggan. Biar Papa aja ya yang menemani kalian?."
Khansa dan Khalisa menggeleng dengan kompak.
"Aku tidak mau salah satu kalau ada berdua. Aku sudah lama merindukan Mama dan Papa bersama kami untuk hal apapun. Masa nonton bareng di rumah aja engak bisa?" Khansa langsung menghapus air matanya yang turun. Khalisa dengan spontan langsung memeluk Khansa.
Andra menatap kedua anaknya yang benar-benar menginginkan kehangatan sebuah keluarga. Namun, baru juga dirinya melarang Milen memasuki area privasi nya, justru dirinya juga yang melanggar.
Pria tampan itu langsung mengusap tengkuknya lalu menatap Milen. Mulutnya rasanya berat untuk meminta dan mengajak Milen ke lantai dua. Ada begitu banyak kenangan yang indah bersama Milea dan tidak ingin ada orang lain yang mengusiknya.
"Bagaimana kalau hari libur saja kita nonton langsung di bioskop? Pastikan lebih seru!" Milen mencoba memberikan pilihan lain. Wanita cantik itu melihat Andra yang memang tidak mau wilayahnya diganggu.
Namun, lagi-lagi Khansa dan Khalisa menggeleng.
"Kalau Mama tidak bisa tidak apa-apa, aku akan meminta teman ku besok bercerita tentang mereka yang menonton bersama Mommy Daddy nya. Mendengar mereka bercerita seperti itu saja aku sudah senang, aku serasa merasakannya juga" ucap Khansa terdengar sangat pilu.
Khansa dan Khalisa yang hendak pergi di tahan oleh suara lembut Papa Andra.
"Baiklah, kita nonton di lantai atas. Kalian siapkan dulu cemilan dan minumannya, biar Papa sama Mama yang menyiapkan film nya."
"Hore!!!" Khansa dan Khalisa yang bersedih seketika langsung bersorak senang dan berjingkrak sambil berpelukan.
"Memang enak menjilat ludah sendiri, ha..ha..ha.." batin Milen tertawa.
"Siap Papa sayang, laksanakan!" Khansa dan Khalisa langsung berlari ke arah dapur dan menuju kulkas empat pintu. Sedangkan Andra yang sangat terpaksa, membawa Milen naik lift untuk sampai di lantai dua.
"Pria yang kamu sebut tidak memiliki hati itu, mengizinkan kamu untuk menggunakan lift untuk keperluan apapun" ucap Andra saat mereka di dalam lift.
"Terima kasih" singkat, padat dan sangat jelas yang sarat akan makna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments