Bab 5

Milen yang tidak terbiasa tidur larut malam pun harus tertidur di ruangan bioskop mini yang ada di lantai 2. Sedangkan Khansa dan Khalisa begitu menikmati film yang sudah beberapa hari ingin mereka tonton.

Andra melirik Milen yang sudah terlelap, sangat berbeda dengan kehidupannya bersama Milea yang bisa ngobrol sampai pagi atau sekedar untuk melakukan banyak hal yang mereka sukai. Sekarang pun Khansa dan Khalisa bisa menemani kebiasaan Andra, namun hanya sesekali saja Andra membiarkannya. Karena Khansa dan Khalisa harus banyak istirahat supaya bisa fokus saat di sekolah.

"Yahhh...Mama malah tidur, padahal film nya sangat seru" seru Khalisa saat film sudah berakhir. Menatap wajah Milen yang begitu tenang. Sedetik kemudian mengusap pipi lembut Milen sambil tersenyum. "Mama sangat cantik."

"Iya, Mama Milen kita memang sangat cantik. Rambutnya panjang, kulitnya sangat putih, bulu matanya lentik, hidungnya mancung sama ada lesung pipi" Khansa menambahkan deskripsi sosok seorang Milen secara fisik.

"Sama satu lagi" ucap Khalisa.

"Apa?" tanya Khansa penasaran.

"Rajin shalat sama ngaji sama pakai hijab pashmina" jawab Khalisa.

"Iya bener" sahut Khansa manggut-manggut.

Andra hanya menyimak apa yang dikatakan kedua anaknya tentang Mama baru mereka sambil menatap lekat Milen yang memang sangat cantik. Tidak kalah cantik dari sang istri. Hanya saja mungkin Milen lebih mengenal agama dan Tuhan nya ketimbang istrinya. Karena Andra sendiri tidak pernah mengajak apalagi mengajarkan ilmu-ilmu tersebut.

"Papa..ini Mama gimana?" cicit Khansa yang tidak tega harus meninggalkan sang Mama saat Papa Andra sudah menyalakan lampu.

"Mama biar Papa yang gendong. Kalian bisa ke atas duluan, jangan lupa langsung tidur" suruh Papa Andra.

"Iya Papa, selamat malam."

"Selamat malam sayangnya Papa."

Kemudian Khansa dan Khalisa keluar dari sana.

Bukan perkara tidak mau atau tidak kuat menggendong Milen. Hanya saja Andra sangat hafal dengan isi kesepakatan, jadi tidak mungkin Andra melanggarnya lagi.

Setelah lima belas menit berpikir keras, pada akhirnya Andra lebih memilih membiarkan Milen tidur di sana. Lalu Andra segera keluar dari ruangan tersebut setelah meredupkan lampunya.

Sekitar pukul 02.00 dini hari Milen langsung terbangun. Wanita berhijab itu langsung bangkit setelah mengetahui masih di bioskop mini tersebut.

Andra yang masih terjaga hanya menatap layar laptopnya tanpa berkedip sampai Milen menaiki lift.

Keesokan paginya...

Milen dan kedua anaknya sudah berada di meja makan, pagi ini mereka yang menunggu kedatangan Andra.

"Maaf Papa terlambat sayang" ucap Papa yang baru bergabung lalu mengecup pucuk kepala Khansa dan Khalisa. Kemudian duduk di kursi miliknya. Sedangkan Milen hanya diam saja karena permintaan maaf itu ditujukan pada Khansa dan Khalisa.

"Iya Papa" sahut kedua anaknya.

Milen menoleh ke arah Bibi Tar yang datang dari arah luar menghampirinya.

"Bekal untuk anak-anak sama Non Milen sudah masuk ke mobil" Bibi Tar bicara pelan di sebelah Milen.

"Terima masih" balas Milen sambil tersenyum.

"Sama-sama Non" Bibi Tar langsung kembali ke dapur.

Seperti biasa makan pagi mereka juga tanpa ada yang bicara.

.....

Milen langsung ke butik setelah mengantar kedua anaknya. Milen langsung disibukkan dengan banyaknya pekerjaan yang tertunda. Hingga mengabaikan panggilan telepon dari Mama Mayang.

Selang beberapa lama setelah pekerjaan Milen selesai, Milen bangkit dan hendak menjemput Khansa dan Khalisa yang sudah harus di jemput. Pandangannya tertuju pada ponselnya dimana nama Mama yang tertera pada layar ponselnya.

"Assalamualaikum Ma..."

"Papa ada apa?."

"Iya nanti aku datang ke sana sekalian bawa anak-anak."

"Iya Pa."

Milen mengambil tas lalu berpamitan pada pegawai butik yang merupakan orang kepercayaannya.

Sampai di sekolah Milen sudah ditunggu oleh kedua anaknya. Khalisa dan Khansa berlari ke arah Milen yang keluar dari mobil.

"Mama..." panggil keduanya langsung memeluk Milen lalu bergantian menyalami tangan Milen.

"Maaf ya Mama telat sayang."

"Enggak apa-apa Ma, cuma sebentar kok, kita juga baru keluar kelas" jawab Khalisa.

Ketiganya masuk ke mobil dan sudah berada pada posisi masing-masing.

"Kita langsung pulang ke rumah Mama ya, Nenek baru pulang dari rumah sakit. Kata Kakek, Nenek jatuh" mobil yang dikendarai Milen sudah melaju meninggalkan area sekolah.

"Nenek jatuh dimana, Ma?" tanya Khansa dengan wajah serius.

"Belum tahu sayang" Milen menggeleng.

"Kasihan Nenek" sahut Khalisa memasang wajah sedih. Seolah ikut merasakan apa yang dialami oleh Nenek nya.

Hening untuk beberapa waktu, namun tidak lama kemudian di dalam mobil itu terdengar lagi celotehan dua orang anak yang menceritakan hari mereka di sekolah pada sang Mama tanpa ada yang ditutupi. Hingga tanpa terasa mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di rumah Mama Mayang.

"Assalamualaikum Pa..." Milen mengucap salam sambil membuka pintu yang sudah tidak dikunci. Papa Hermawan menyambut kedatangan tiga perempuan itu dengan sebuah senyum yang sangat hangat.

"Waalaikumsalam...Ayo masuk!" Papa Hermawan menjawab salam Milen sambil meminta anak dan cucu-cucunya masuk. Milen menutup pintu lalu bersalaman dengan sang Papa setelah kedua anaknya.

"Nenek jatuh dimana Kek?" tanya Khansa saat mereka menuju kamar Nenek Mayang.

"Di kebun belakang sayang, sebenarnya Nenek hanya kesandung. Tapi, jatuhnya meniban batu besar yang ada di bawahnya" jawab Kakek menjelaskan.

Seketika Khansa dan Khalisa meringis seakan mereka tahu rasa sakit dan ngilu nya. Sedangkan Milen beristighfar.

Kakek membuka pintu kamar untuk kedua cucunya masuk terlebih dulu menghampiri sang Nenek yang terbaring lemas setelah dari Dokter.

"Nenek.... Ma..." panggil Khansa, Khalisa dan Milen bersamaan.

"Cucu-cucu kesayangan Nenek, Milen sayang" sahut Nenek dengan suara yang lemah. Sebab kalau bicara kencang seperti ada urat yang ketarik dan rasanya itu sangat sakit.

"Nenek cepat sembuh ya, nanti kita main lagi" ucap Khansa yang mengambil posisi duduk di atas kasur dekat sang Kakek. Sedangkan Khalisa dan Milen di tepi tempat tidur.

"Iya sayang, aamiin. Terima kasih atas doa nya" lagi-lagi sahut Nenek pelan sambil tersenyum. Berusaha menyembunyikan rasa sakit yang menyerang tukang bagian belakang yang hasil pemeriksaannya besok baru keluar.

Milen menatap sang Mama yang sangat berbeda dari biasanya. Mungkin karena sekarang lagi sakit dan pasti itu sangat sekali.

"Mama Vivian sama Papa Angkasa sedang menuju ke sini. Papa juga baru mengabari mereka, karena Mama selalu melarang" Papa menatap Milen yang sedang menyeka sudut matanya.

Hampir tiga jam lamanya mereka di rumah Nenek Mayang. Kini Milen berpamitan karena ada kedua mertuanya yang akan menginap dan menemani sang Mama. Jadi, Milen merasa tenang meninggalkan sang Mama. Lagi pula Mama Mayang sendiri meminta Milen dan anak-anak pulang.

Di tengah perjalanan karena Milen terlalu buru-buru membawa mobilnya hingga tanpa sengaja menabrak kucing yang tiba-tiba saja melintas di depan mobil.

"Astagfirullah..."

"Mama kucing nya mati!" seru Khansa yang sudah mengira hewan itu akan mati.

Dengan wajah pucat Milen menatap kedua putri nya lalu turun dari mobil guna melihat keadaan kucing tersebut. Dan benar saja dugaan Khansa terbukti.

"Kucing nya mati" ucap Milen sambil mengelap keringat yang tiba-tiba memenuhi wajahnya.

Terpopuler

Comments

bpjs

bpjs

bagus cerita nya

2024-10-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!