Bab 3

"Saya terima Nikah dan Kawinnya Milen Agatha binti Hermawan dengan mahar tersebut di bayar tunai."

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah...."

"Alhamdulillah."

Satu jam lalu Milen dan Andra sudah resmi menjadi pasangan suami istri yang halal baik secara agama dan negara. Setelah dua minggu mempersiapkan segala dokumen pernikahan, serta hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan keduanya walau diselenggarakan secara sederhana di rumah kedua orang tua Milen, tetap saja memakan waktu, tenaga dan pikiran.

Bukan tanpa alasan baik Andra atau Milen mau menikah tanpa cinta. Keduanya memiliki alasan yang sangat kuat menurut mereka. Jangan kan cinta, suka aja enggak. Jangan kan suka, tertarik juga enggak.

Namun, keduanya berusaha berjalan di jalan dengan tujuan yang sama yaitu Khansa dan Khalisa.

Acara pernikahan sudah saja selesai, jangan ditanya kedua anak Andra dan almarhumah kakaknya sangat bahagia. Dan tentunya juga ada keluarga kedua belah pihak.

Khansa dan Khalisa tidak pergi jauh dari Mama baru mereka, tanpa mereka lupa dengan Mama yang telah melahirkan mereka ke dunia ini. Keduanya tanpa segan dan ragu langsung memanggil Milen dengan sebutan Mama, bukan Tante lagi.

"Nanti malam aku dan Khansa boleh tidur sama Mama enggak?" tanya Khalisa pada Milen yang terlihat sangat cantik dalam balutan kebaya sederhana dengan balutan hijab kesukaannya.

Milen tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Khalisa, "Boleh sayang."

"Hore..." Khansa dan Khalisa bersorak bahagia sampai jingkrak-jingkrak kegirangan. Sehingga mengundang perhatian kedua nenek dan kakeknya serta Papa Andra yang sedang menyapa beberapa tamu undangan yang merupakan teman-temannya yang terlambat datang.

"Ada apa sayang? Seperti kalian sangat bahagia" tanya Mama Mayang datang menghampiri.

"Kami akan tidur bersama Mama, Nek! Aku dan Khansa" jawab Khalisa kembali jingkrak-jingkrak.

"Khalisa senang?."

"Tentu saja."

"Aku senang juga Nek" sahut Khansa dengan suara yang cukup kencang.

Siang sudah berganti malam, namun suasana di rumah Mama Mayang masih ramai dengan berkumpulnya dua keluarga. Bahkan mereka sudah berencana untuk menginap di sana, masih ada banyak kamar kosong yang bisa ditempati.

Milen dan Andra telah berada di kamar yang sama setelah berhasil membujuk Khansa dan Khalisa tidur bersama kedua neneknya. Sebuah kamar pengantin yang sangat cantik dan indah. Mama Vivi dan Mama Mayang yang telah bekerja keras menghiasnya. Tapi mungkin tidak akan digunakan dengan semestinya.

"Apa ini Kak Andra?" tanya Milan mengerutkan keningnya sambil menatap kertas putih yang sudah ada ditanganya.

"Baca dengan teliti lalu tanda tangan di sana!" perintahnya pada Milen tegas.

Milen membaca poin demi poin dengan sangat teliti yang sudah dipersiapkan secara matang oleh Andra.

Lantai tiga akan menjadi teritorial Milen, Khansa dan Khalisa.

Lantai dua dan satu menjadi teritorial Andra, kecuali area dapur dan meja makan. Dan kecuali Khansa serta Khalisa.

Wajib sarapan dan makan malam bersama.

Wajib hadir di setiap kegiatan Khansa dan Khalisa tanpa kecuali.

Wajib hadir di setiap acara kantor Andra tanpa kecuali.

Wajib sudah ada di rumah sebelum Andra pulang bekerja.

Uang belanja, uang nafkah dan uang untuk keperluan anak-anak akan di kirim setiap awal bulan pada Bank yang sudah ditentukan oleh Andra.

Mengurus diri masing-masing tanpa mencampuri urusan pribadi.

Dilarang kepo terhadap urusan pribadi masing-masing.

Dilarang membuka aib atau bercerita pada orang lain termasuk kedua orang tua dari kedua belah pihak dan wajib berprilaku harmonis di depan kedua orang tua mereka dan khalayak ramai.

Dilarang merubah, mengganti dan menaruh apapun di rumah tersebut kecuali di lantai yang menjadi teritorial Milen.

Dilarang memberitahu siapa pun adanya kesepakatan antara Andra dan Milen. Dan Tidak akan pernah ada sentuhan fisik apapun.

Wajib mengikuti semua aturan Andra tanpa kecuali selama 2 sampai 5 tahun ke depan. Sampai Khansa dan Khalisa mengerti tentang keadaan sebenarnya hubungan pernikahan mereka yang hanya di atas kertas saja.

Kalau salah satu ada yang melanggar harus siap menanggung risiko apapun yang diberikan oleh pasangan.

Milen menarik nafas panjang lalu menatap Andra yang berdiri tegak di depan Milen dengan tangan yang dilipat di dada.

"Aku rasa ini sangat adil untuk kita berdua dan satu hal lagi yang tidak tertulis aku tidak akan memberikan nafkah batin jadi kamu jangan pernah memintanya. Karena tubuh ini hanya milik Milea."

Setelah mengucap bismillah Milen segera membubuhkan tanda tangan di sebelah kanan lalu diikuti oleh Andra di sebelah kiri.

"Aku sudah bilang sama Mama kalau besok aku akan langsung membawa mu ke rumah ku." Milen langsung mengangguk.

Wanita yang masih mengenakan hijab itu segara merapikan sofa untuk Andra tidur, karena tempat tidur itu adalah miliknya. Kedua orang yang tidak saling suka itu langsung mengambil posisi masing-masing di kamar besar itu.

Mata Milen susah sekali terpejam karena keberadaan pria asing yang telah menjadi suaminya berada di kamar miliknya. Bukan masalah kalau Milen harus tidur hijab yang membalut kepalanya. Namun, menyadari seseorang yang sangat memilik arti penting bagi almarhumah sang kakak cukup membuat Milen susah bernafas. Rasanya berbagai oksigen saja Milen tidak mau.

Sampai terdengar suara adzan subuh baru lah Milen merasa sangat ngantuk. Tapi, wanita itu tidak ingin lalai dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim yang baru banyak belajar tentang agama. Milen berusaha melawan rasa kantuknya untuk melaksanakan shalat empat rakaat, dua rakaat shalat sunah dan dua rakaat lagi shalat wajib.

Selesai menengadahkan tangannya ke atas langit, Milen menatap Andra yang memunggunginya. Pria itu tidak mendengar suara adzan yang berkumandang dengan sangat kencang, padahal jarak masjid dari rumahnya sangat dekat.

"Mengingatkan dalam kebiakan itu sangat dianjurkan dan insyaAllah kita akan mendapatkan pahala."

Tangan Milen terulur menyentuh punggung Andra lalu memanggil nama pria itu dengan suara yang begitu merdu.

"Kak Andra bangun! Shalat subuh!."

"Kak Andra bangun! Shalat subuh!."

Sayup sayup terdengar suara istrinya yang memanggil. Tapi, selama ini tidak pernah memintanya untuk shalat.

Andra terkesiap saat membalik tubuhnya dan menemukan wajah cantik Milen dalam balutan mukena polos berwarna putih.

"Kamu lupa kesepakatan kita? Apa perlu aku tempel di jidat mu supaya kamu ingat terus?" decak Andra memasang wajah kesal sambil kembali membalik tubuhnya membelakangi Milen.

"Aku tidak lupa, hanya saja aku mengingatkan Kak Andra untuk melaksanakan shalat di awal waktu."

"Cukup! Untuk kali ini aku maafkan, tapi tidak dengan besok-besok. Apapun yang aku lakukan jangan pernah mengomentarinya."

"Ajal tidak menunggu Kak Andra, jadi sampai Kak Andra menyesalinya."

"Cukup Milen! Jangan menggurui ku!" hardik Andra sangat kencang sambil bangkit dan langsung berjalan ke kamar mandi. Sehingga Milen memegangi kuat mukenanya sambil beristighfar.

"Terkadang niat baik kita tidak diterima dengan baik oleh orang lain. Namun, tetap bersabar dan terus lah tebarkan kebijakan."

Milen yang tidak mempedulikan bentakan Andra langsung ke bawah. Karena biasanya sang Mama sudah menunggunya di meja makan.

"Ma, Khansa dan Khalisa belum bangun?" tanya Milen pada sang Mama yang sedang menyeduh teh panas untuk Papa Hermawan serta kedua besannya.

"Tadi udah bangun tapi mungkin tidur lagi karena enggak terbiasa bangun subuh" hal seperti ini yang sangat disayangkan Milen dari sang kakak. Tidak melatih anak-anak dari sedari kecil untuk taat melaksanakan kewajibannya.

"Iya Ma" sahut Milen sambil tersenyum pada Mama Mayang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!