Khansa dan Khalisa kebagian tugas untuk membujuk Andra dan Milen. Yang disponsori langsung oleh kedua nenek dan kakek mereka.
Pembagian tugas yang sangat adil, Khalisa serta Mama dan Papa Milen tentu saja untuk membujuk Milen. Sedangkan Khansa serta kedua orang tua Andra untuk membujuk Andra.
Di mulai dari Khalisa yang saat itu mendatangi Papa Andra di ruang kerja. Pria dewasa itu selalu menyibukkan dirinya di sana, menenggelamkan ingatannya dengan banyak pekerjaan hingga terkadang melupakan ada dua bidadari yang sangat membutuhkan waktu, perhatian dan kasih sayang darinya. Namun, Andra sangat abai akan hal itu.
"Ada apa sayangnya Papa?" tanya Papa Andra setelah Khansa masuk dan duduk di depan sang Papa setelah sebelumnya mengetuk pintu.
Anak kecil itu memainkan kuku-kuku semua jarinya sebelum berani bicara dengan Papa Andra. Sebab Khansa melihat ada banyak tumpukan kertas yang berserakan di atas meja.
"Papa tidak sedang sibuk sayang, ini hanya beberapa pekerjaan yang sudah selesai tapi belum sempat Papa rapikan" sambil tersenyum Papa Andra seakan mengerti dengan tatapan sang putri. Pria itu merapikan sebentar kertas-kertas tersebut lalu diletakkan di sisi kanan.
Baik Khalisa ataupun Khansa selalu tahu dan tidak ingin menganggu jika Papa Andra sedang banyak pekerjaan. Sebab, pernah satu kali mereka berdua terkena bentakan kecil dari Andra. Maka dari kejadian itu, Khansa dan Khalisa berusaha mengerti keadaan dan posisi sang Papa.
"Papa..."
"Ada apa sayang?."
"Khansa mau punya Mama! Apa boleh?" tanya gadis kecil itu pelan dengan wajah sangat polos tapi sangat jujur sekali.
Deg
Hati Andra seperti teriris ketika putri kecilnya meminta seorang Mama . Apa Khalisa sudah tidak menyayangi Milea lagi? Kenapa begitu cepat tergantikan dengan orang lain? Tapi, kira-kira siapa?.
Andra bangkit dan berjalan mendekati Khansa lalu berjongkok di hadapan sang putri. Mensejajarkan tubuh besarnya dengan tubuh mungil sang anak.
"Bukannya Khansa sudah memiliki Mama dan itu Mama Milea?" Andra memejamkan mata seraya mengusap pucuk kepala Khansa.
Khansa menggeleng lemah sambil memegang kuat tangan Papa Andra.
"Mama Milea sudah tidak bersama Khansa lagi Pa. Khansa maunya Mama yang selalu ada di samping Khansa, menemani Khansa bermain, mengantar dan menjemput Khansa ke sekolah, makan bersama di meja makan, membacakan Khansa dongeng sebelum tidur dan ada banyak lagi yang mau Khansa lakukan bersama Mama" begitu panjang kalimat yang dituturkan oleh Khansa yang menggambarkan mengenai sosok Mama yang diinginkannya.
Deg
Lagi-lagi ada sebuah batu besar yang menghimpitnya hingga Papa Andra kesulitan untuk bernafas. Pria dewasa itu berdiri sejenak lalu menarik nafas panjang, mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Kemudian kembali berjongkok di depan Khansa.
Pasti Khansa dan Khalisa sangat kesepian tanpa adanya Milea disisi mereka. Ternyata Papa Andra begitu egois, hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa melihat kedua putrinya.
"Siapa yang mau Khansa jadikan sebagai Mama?" tanya Papa Andra begitu lembut. Tapi, dengan hati yang sangat was-was atas permintaan Khansa.
"Tante Milen."
Jedddaarrrr
"Milen?" gumam Papa Andra lirih. Kemudian Khansa mengangguk dengan sangat cepat dan sorot mata berbinar serta penuh harap.
Khansa sangat bersemangat. Anak kecil itu tidak bisa menutupi rasa ingin memiliki dan berdekatan terus dengan Milen. Tapi, Papa Andra menyadari sesuatu, pasti kaitannya sangat erat dengan permintaan kedua orang tuanya beberapa minggu lalu. Ya, walau pun sangat tidak bisa dipungkiri kalau Khansa dan Khalisa selalu membicarakan dan sangat sayang dengan sosok Milan.
Selang beberapa hari dari Khansa yang bicara pada Papa Andra yang belum mendapatkan keputusan akhir seperti apa. Hal serupa juga terjadi pada Milen siang ini, ketika salah satu anak kembar almarhumah kakaknya datang ke butik dan secara langsung memintanya untuk menjadi Mama mereka. Milen juga berpikiran sama jika itu pasti kerjaan kedua orang tuanya setelah gagal membujuknya. Kini mendatangkan peri cantik yang sangat kesepian dan sangat butuh sosok hangat seorang Mama.
Milen sangat menyadari banyak hal, ada banyak perbedaan prinsip antaranya dirinya dan almarhumah sang kakak tercinta. Apa Milen sanggup untuk meneruskan prinsip-prinsip yang sangat bertolak belakang dengan prinsip-prinsipnya?. Atau justru Milen yang akan menerapkan prinsip-prinsipnya pada mereka?. Di sini kedua anak perempuan yang sangat cantik-cantik yang sangat membutuhkan dirinya. Karena pada Andra, Milen sangat tidak peduli dan tidak mau tahu atau ikut campur.
"Tante Milen enggak mau ya jadi Mama ku dan Khansa?" tanyanya dengan mata yang sudah mengembun.
Air matanya langsung terjun bebas saat pandangan matanya beradu dengan mata milik Milen.
"Bukan begitu sayang!, Tante hanya..."
"Jadilah Mama untuk ku dan Khansa, Tante?" ucap gadis kecil itu lagi sembari memeluk Milen yang sedang duduk di sofa.
Milen terdiam sejenak sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh kecil Khalisa. Mulutnya terasa terkunci dengan permintaan ponakannya yang sangat mustahil untuk dikabulkan.
Hening untuk beberapa lama setelah tangisan Khalisa reda, Milen melerai pelukannya dan meminta Khalisa untuk ikut pulang bersamanya. Milen belum bisa memberikan jawaban yang diharapkan oleh Khalisa. Sebab, Milen harus berpikir keras dan melakukan sesuatu sebelum menerima atau menolak permintaan ponakannya tersebut.
.....
Milen dan Andra sama-sama duduk di sebuah cafe setelah dua minggu berpikir, mencoba meluruskan hati dan pikirannya sebelum memberikan keputusannya pada kedua orang tua masing-masing yang sedang dalam perjalanan menuju cafe tersebut.
Sebelum itu, Andra sudah memesan kopi panas namun sedikit pahit untuk dirinya. Sedangkan jus jeruk untuk Milen, jus yang biasanya disukai oleh banyak perempuan. Karena Andra sendiri tidak tahu minuman kesukaan Milen.
"Kenapa tidak di minum jus nya?" tanya Andra setelah setengah jam jus itu ada di meja sambil menyesap kopi yang masih terlihat ada uap panasnya. Sementara ini sudah kopi kedua yang Andra pesan.
"Aku tidak minum jus jeruk!" jawab Milen menggeleng.
"Bukannya di minum sebagai bentuk menghargai orang yang sudah memesannya, ini malah dianggurin. Mana bisa model begini jadi Mama untuk Khansa dan Khalisa?" ejek Andra memandang remeh pada Milen.
Lalu sedetik kemudian Milen membawa jus jeruk tersebut ke seorang pelayan dan meminta untuk membungkusnya beserta beberapa potong roti. Tidak berselang lama, Milen sudah membawa jus jeruk ditanganya dan satu bungkus berisi roti ke luar cafe lalu menghampiri anak yang sedang duduk dengan pakaian lusuh. Kemudian Milen memberikan pada anak tersebut, terbitlah senyum dari bibir anak itu sambil mengucapkan terima kasih pada Milen.
Hal tersebut tidak lepas dari pengamatan Andra tapi tetap saja Andra tidak respek pada Milen karena tidak menghargainya.
"Jus jeruk itu akan lebih berharga jika diberikan pada orang yang tepat dan sangat membutuhkannya, ketimbang aku paksakan minum yang akan membuat alergi ku kambuh" ucap Milen sambil duduk lagi di depan Andra. Pria itu diam tidak mendebat, hanya menatap wajah Milen yang sedang sedikit tertunduk.
Beberapa menit telah berlalu, kini kedua orang tua Milen dan kedua orang tua Andra sudah duduk satu meja. Mereka tetap menujukkan kehangatan sebagai satu keluarga besar.
"Di sini Papa yang akan bicara mewakili, kami tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Mari kita bicara pada inti saja! Milen, Andra, bagaimana dengan keputusan kalian tentang rencana perjodohan ini?" tanya Papa Hermawan pada kedua orang yang duduk di depan mereka.
"Iya Pa, aku mau..." Andra Milen saling bersitatap setelah memberikan jawaban sama pada Papa Hermawan.
"Alhamdulillah..." ucap kedua pasang suami istri itu sambil mengusap wajah yang berseri-seri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments