" Bi.. ikut... Bi ikut kak..kak..! Teriak Bina.
" Masyaallah, badannya masih panas, ngigau kamu sayang" kata Mama yang terkejut mendengar triakan Bina.
Beni dan Papa nya, masuk kekamar Bina setelah dengar teriakan Bina.
" Iya ma, Mama sabar tunggu om Adit datang ya" ucap Beni.
Sekitar lima belas menit, Dokter datang dan segera periksa Bina.
" Bina tidak apa, dia hanya Demam biasa dan mingkin dia lagi kangen, dengan orang yang ia panggil-panggil, makanya Bina ngigau begitu ini ada resep dari ku.
" Terima kasih Dit" Kata Mama.
" Gimana ma, keadaan Bina?" Tanya Papanya, saat Bina diperiksa Papanya mengangkat telpon.
" Tidak apa- apa kata Adit, hanya Demam biasa'" ucap Mama.
" Kasihan kamu sayang, terlalu terpukul dan sampai sekarang, belum bisa lupakannya" Kata Papanya dengan mengecup kening Bina.
" Ma, Papa ke kamar dulu, Papa mau mandi dulu" Kata Papa
"Iya Pa" ucap mama yang masih dikamar Bina.
Hari semakin larut, setelah makan malam Mama pergi ke kamar Bina untuk menyuapi Bina, dengan bubur dan memberi obat penurun panasnya, Mama tidur dikamar Bina malam ini Mama tidur bersama Bina, Pukul 02.00 malam Bina ngigau nangis.
" Sayang kamu mimpi buruk sayang" Kata mama yang terkejut mendengar Bina menanggis, Bina bangun dan peluk Mamanya.
" Kamu kangen ya sama dia sayang?" Tanya Mama dan hanya mendapatkan menganggukan kepala.
" Yah sudah tidur lagi ya, Yuk Mama temani kamu disini sayang" Ucap mama.
Paginya, Bina bangun masih pusing, tapi berusaha untuk bangun, mandi pakai air hangat dan rebahan lagi.
" Gimana sudah enakan sayang?" Ucap Mama, yang masuk kekamarnya.
" Sudah ma, sudah enakan kok Ma" jawab Bina.
" Sebentar, Mama ambil sarapan dulu" Ucap Mama.
Mama turun menuju Dapur ta tanpa sepengetahuan Mama, Ardan sudah berada didalam sejak tadi setelah Art Bina mempersilakan masuk
" Maaf tante, Boleh saya yang bawakan kekamar Bina?" Tanya Ardan yang baru saja masuk rumah, Mama Sekar tersenyum dan memberikannya ke Ardan.
" Boleh nak" Kata Mama sambil tersrnyum renyah.
Ardan pun membawa bubur Rabu, kesukaan Bina dan mengantakan kekamar Bina, Sampai di pintu Kamar.
Tok.tok..!!
Ardan langsung membuka pintu, karena pintu tidak dikunci.
" Hai" sapa Ardan dengan datar.
" Ka..kak kok disini?" Tanya Bina.
" Melihat anggota yang sakit" Dengan datar.
" Oh.. terima kasih kak" Kata Bina.
" Sudah enakan?" Tanya Ardan.
" Sudah" Jawabnya.
" Cepat sembuh, nih makan dulu sarapannya" ucap Ardan yang memberikan sarapan ke Bina.
" Terima kasih kak". Ucapnya lagi Ardan hanya mengangguk.
" Saya permisi dulu" Ucap Ardan kaku begitu pula Bina yang hanya memberi senyuman dinginnya.
Ardan keluar kamar DlNina ternyata dipintu sudah Beni, yang tadi ingin mssuk ia urungkan.
" Ard, Bisa bicara empat mata, di kamar gue?" Kata Beni.
Beni yang memang melihat Ardan keluar dari kamar Bina dan menutup pintu kamar Bina kembali, Ardan menganggukan kepalanya, Ardan mengikuti Beni kekamarnya.
" Lo sudah tau, cerita Bina, apakah lo tertarik atau hanya simpati? Tanya Beni.
" Ard juga tidak tau kak, emang kenapa kak?" tanya Ardan yang masih bingung dengan pertanyaan Beni.
" Apa Lo, mau coba bantu lupakan, masa lalu yang kelam hingga saat ini seperti yang lo lihat" Tanya Beni dengan wajah serius.
" Ard belum tau ,apa bisa lakuin itu" Ucapnya datar.
" Gue harap lo bisa bantu dia lupakan masa lalunya itu yang sulit digapai" Kata Beni.
Ard diam belum tau jawaban apa yang akan diberi.
"Ard.. permisi kak" Ardan keluar dan meninggalkan Beni di dalam kamarnya.
Setelah tadi pergi kerumah Bina, untuk menjenguknya, Ardan saat ini berada dirumahnya sebuah Villa kecil, dan nyaman untuknya, Dia pergi ke kolam renang, hanya sekedar duduk-duduk malasan, merenung setiap kata-kata Beni tadi.
{ Baik la, Kalau itu yang buat bahagia, Niat baik pasti baik pula, aku kan coba } dalam hati Ardan.
Ardan nelpon Papanya, agar segera datang ke rumah keluarga Sander, untuk bicarakan hal ini di rumah, ia segera pulang untuk makan siang dirumah.
Sesampainya dirumah, ia naik keatas dan bersikan diri, sebelum ia turun menemui Mama dan Papanya, setelah itu ia turun dan tak lama Papanya datang.
" Sayang, ada apa tadi Papa cerita kamu suruh Papa pulang" Kata Papanya.
" Begini Pa ,Ma," Ardan menceritakan keinginannya lalu menceritakan keadaan Bina.
" Baik la, Papa akan coba menemuinya nanti di kantor" Ucap Papa.
" Sayang jangan dipaksain, Mama kemarin hanya bercanda, tidak sungguhan, jadi kalau kamu tidak setuju juga tidak Papa" jelas Mama.
" Tidak apa, Ma Ardan setuju" Ucapnya.
Selesai makan siang, Ardan kembali ke kamar dan siap-siap ke kampus, sementara Papanya Ardan, pak Tama Alexander, menuju kantor Papanya Bina, yang sebelumnya sudah buat janji, Sesampainya dikantor, mereka bertemu di ruang Papanya Bina.
" Begini, kalau boleh minta nih, anak gadismu untuk anak laki-laki ku, menjadi mantuku" Ucap pak Tama.
" Loh kok tiba-tiba mas"
" Iya Bari kamu tau sendiri, Ardan dinginnya seperti apa, tapi tadi dia minta sendiri untuk hal ini" Jelas pak Tama.
" Oh gitu.. , aku setuju mas karena Bina juga terlalu dingin, aku takut tak ada yang berani dekatinya, tapi aku tanya Sekar dulu mas" Ucap Pak Bari.
" Tapi ini bukan perjodohan, loh ini pinagan anak laki- laki ku".ucap Pak tama yang rak ingin disalah artikan.
" Iya mas, aku paham" Ucap pak Bari dengan senyuman bahagia.
" Yah sudah kalau begitu, minggu depan aku akan berkunjung ke Rumahmu, setelah aku siapkan urusanku Di luar" Kata Papanya Ardan, Pak Tama.
" Iya mas, ditunggu" Kata Papa Bina Pak Bari.
" Kalau gitu aku permisi dulu " ucap Pak Tama.
🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻
Bina merasa masih letih, karena kemarin seharian nanggis dan kehujanan, Mama menghapiri anak gadisnya.
" Sayang" Panggil Mamanya.
" Iya ma" Ucap Bina
" Sudah enakan?" Tanya Mama
" Sudah ma" Jawab Bina.
" Mama mau bicara boleh? tanya Mama lagi.
" Ya ma" ucap Bina.
" Kamu sayang gak sama kak Zio" ucap mama dengan hati-hati.
" Mama kan tau sayang banget Bi " ucap Bina
" Kamu mau dia bahagia disana"
" Iya la ma"
" Terus mau gak, liiat dia tersenyum"
" Ih apaan si, kok gitu nanyanya" kesel Bina.
" Mama kan tanya sayang?"
" Terus kenapa...?"
" Lepaskan sayang..., sudah bertahun- tahun sayang, sudah waktunya sayang, Dia berhak bahagia disana , kalau kamu seperti ini , dia disana pasti sedih dia juga menanggis, dia tidak tenang sayang,
dia berhak bahagia disana " Jelas Mama.
" Bina mengeluarkan air matanya"
" Sayang, dia juga ingin kamu bahagia, dia juga ingin kamu gak cengeng kaya sekarang, sayang, mau ya untuk Mama dan Papa" Pinta Mama.
" Mama tidak melarang kamu kok, rindui kak Zionya, tapi rindunya dengan kirim doa sayang, kamu mau kan sayang, tangisan Bina pecah ia menangis sejadinya dalam pelukan mamanya"
" Kamu coba ya sayang, lawan ya sayang kamu pasti bisa" .
" Mama keluar dulu" mama pun kecup pipi dan kening Bina dan keluar kamar.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Rozh
🌹🌹
2021-02-17
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
asisten dadakan hadir lagi kaka
semangat ya💪💪💪
2020-12-28
0