(IV) Egois

Selepas dari rumah pohonnya Zinnia, mereka bertiga memutuskan untuk pulang. Namun tentu saja Jenggala ingat janji kepada maminya untuk membawa mereka bertemu dengan maminya Jenggala.

“Eh, tunggu,”

Airy, Arva dan Zinnia menoleh bersama, “kenapa Gal?” tanya Airy

“kalian bisa kerumah gue gak? Tadi gue sempet bilang sama mami gue buat bawa kalian ke rumah, bisa?” sepertinya ini adalah sebuah permohonan terdalam dari Jenggala

Airy memandang kearah Arva, meminta persetujuan darinya, “oke, tapi sebentar aja ya” ujar Arva

“Gue si ikut aja” diikuti oleh Zinnia

“Guys daripada kita lewat darat, mending kita lewat langit gak si” seru Airy kemudian kembali memandang Arva

“tapi gue kan bawa motor” sahut Jenggala

“Buat Arva mah itu urusan gampang, ya kan Va” ucap Airy sembari tersenyum manja kepada adiknya itu

“hm,”

Zinnia hanya terkekeh melihat temannya yang satu itu sangat penurut kepada kakaknya, kemudian Arva menggunakan kekuatannya untuk bisa menerbangkan dirinya, Airy, Jenggala dan Zinnia. Dalam hitungan detik, mereka benar benar ada di atas langit, “wih baru kali ini gue terbang!” seru Zinnia

Tentu hal ini adalah biasa bagi Airy, dirinya sering membujuk Arva untuk mengajaknya terbang , terutama saat terlambat berangkat sekolah.

Mereka menikmati perjalanan itu, sampai tiba tiba ada petir yang muncul dan membuat mereka terjatuh, “aduh sakit” rintih Airy

Arva yang melihat saudaranya merintih itu segera menghampirinya, “Ry, Lo gak papa?”

“kok ada petir sih? Perasaan kaga mendung sama sekali dah” ujar Zinnia,

“Apa ini ada hubungannya sama anak yang punya mata petir itu?” tanya Jenggala yang kemudian ketiga temannya menatap dirinya bersamaan.

“udah gue duga ini bakal bahaya!” seru Arva

“mau sekalipun kita berhenti pun gak akan bisa, kita udah setengah jalan kan. Mungkin emang ini saatnya kita keluar dari zona kita” jelas Airy

“Ry-“

“Kenapa? Lo mau larang larang lagi Va, iyakan? Sekalipun Lo larang, gue akan tetep lanjut buat cari tau, karena ini badan gue, jadinya hanya gue yang berhak untuk ngatur kemana gue pergi” tegas Airy

Jenggala dan Zinnia hanya memandang kedua saudara itu bertengkar, mereka berdua juga bingung harus membela siapa? Karena mereka juga tau keduanya ada benar dan salahnya.

“Gala pulang..” ujar Jenggala saat sampainya dirumah dengan sedikit menyesal,

“loh anak mami kenapa ini? Kok murung si” tanya Dewi khawatir melihat anaknya datang dengan keadaan murung

“Gala gak papa Mi” Gala berbohong, dan Dewi mengetahui itu.

Dewi menghela nafasnya pelan dan mencoba berbicara dengan lembut agar Gala bisa jujur dengannya, “Gala yakin gak mau cerita sama mami nih?” tanya Dewi sekali lagi,

“sebenarnya ada mi, tapi Gala bingung harus mulai dari mana. Mi, Gala minta maaf ya gak bawa mereka kemari, soalnya tadi Airy sama Arva berantem” jelas Jenggala

“Kenapa sama mereka?” tanya Dewi yang semakin penasaran

“Kita berniat untuk cari tau soal mata petir mi, tapi- Arva saudara kembarnya Airy nolak, ya dia ada alasan untuk itu. Dan saat itu Airy marah, dia gak suka di atur atur sama Arva. Gala tau mi, rasa penasaran Airy itu tinggi, sama kayak Gala” jelas Jenggala kembali

Dewi mencoba mencerna dan mencari solusi yang terbaik, “mami setuju sama Arva Gal, mungkin memang terlalu bahaya jika mencari tau hal yang seperti itu, Airy itu hanya terbalut dengan rasa penasarannya saja Gal, mungkin besok dia akan b rubah pikirannya itu. Udah ya, mending kamu mandi abis itu istirahat di kamar, mami masih ada kerjaan soalnya”

“iya mi”

“Ry, bisa kan jangan egois begini!” seru Arva

Ternyata pertengkaran mereka masih berlanjut saat sesampainya di rumah, “gue, egois? Lo kali yang egois Va. Lo larang larang kayak Lo ada hak untuk itu, padahal nyatanya gue itu kakak Lo!”

“gue larang Lo ya karena itu bahaya Airy, ya emang Lo itu kakak. Tapi Ry, gue itu laki laki yang harus bisa jaga Lo sebagai saudara gue. Apa Lo gak mikir sama hal yang bakal terjadi nantinya? Kita tuh tadi jatuh Ry, tangan Lo aja masih memar kan. Bisa aja besok bukan cuman jatuh Ry, tapi hal yang lebih besar, gue sayang Lo Ry, gue gak pengen Lo kenapa kenapa, tapi seterah kalo Lo anggap gue egois” jelas Arva, kini Arva yang terlihat tidak pernah menangis untuk pertama kalinya lagi dia menangis, kemudian angin pun bertiup sangat kencang.

Airy masih berdiri mematung ditempat yang sama, apa benar jika dia sendiri lah yang egois. Melihat Arva yang menangis air mata Airy juga ikut menetes. Sejauh apapun mereka, tetap saja mereka itu kembar, jika salah satunya merasakan sakit, maka yang satunya akan menangis. Begitupun sebaliknya.

“gue kok jadi khawatir sama Arva ya, kira kira dia bisa kontrol emosinya gak ya” gumam Zinnia dalam hati

Tiba tiba jendela kamar Zinnia terbuka, bersamaan dengan angin yang bertiup sangat amat kencang, “Arva..”

Segera dirinya keluar untuk mencari seseorang yang sedang ada dalam pikirannya itu, walaupun angin diluar begitu tidak bersahabat, tetap dirinya lawan untuk sampai disana.

Dengan badan yang sudah cukup basah dan menggigil, Zinnia akhirnya menemukan sosok itu, dia berdiri di tengah hujan dan angin yang seperti terbalut untuk dirinya, “apa sebegitu menyakitkannya Va?” gumam Zinnia

“Va..”

Arva diam dan perlahan menoleh ke arah Zinnia, “ngapain kesini? Lo-basah kuyup”

“gak papa, Lo kenapa Va? Cerita sama gue“ tanpa menjawab pertanyaan dari Zinnia, Arva langsung memeluk Zinnia dengan erat, entah kenapa pelukan itu terasa hangat untuk Zinnia.

“Apa gue egois Zi?” tanya Arva yang masih dalam pelukannya Zinnia

“Gak Va, Lo udah melakukan itu sebagai bentuk sayang Lo ke Airy, dia butuh waktu untuk ngerti. Lo juga harus kasih waktu untuk Airy ya” ujar Zinnia mencoba memberi pengertian

“Zi, maaf gue buat Lo jadi basah begini” seru Arva saat melihat seluruh tubuh Zinnia basah karena hujan dan angin

Zinnia menggeleng dan tersenyum, kemudian dia menghapus air mata Arva, “gue gak papa kok”

“Va..” Arva dan Zinnia menoleh, mereka berdua mendapati Airy yang berdiri tidak jauh dari mereka, perempuan itu pun menghampiri Arva dan Zinnia, “maaf” ucap Airy dan langsung memeluk Arva.

Zinnia yang melihat itu tersenyum, “syukur deh kalian baikan”

“Zi, Lo basah?” tanya Airy saat melihat Zinnia

“hehe, iya nih Ry. Abisnya saudara Lo buat gue khawatir si,” jujur Zinnia dan hal itu membuat Arva tersenyum

“maaf ya Zi, karena gue juga Lo jadi basah gini”

“Gak papa Ry, gue seneng kok main hujan tadi” kali ini sebenarnya Zinnia berbohong, karena tidak lama dirinya bersin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!