Hawa dingin masih terasa. Kalimat yang terucap, raut wajah Rafa yang canggung. Serta air mata Aiyue yang tidak terlihat akibat bercampur air hujan.
Gadis yang tahu bagaimana menempatkan posisinya. Dirinya sudah dari lahir mendampingi Rafa. Jadi agar majikannya tidak canggung maka."Tidak apa-apa! Lagipula itu juga bukan ciuman pertamaku!" Dustanya terkekeh.
"Bukan ciuman pertamamu!? Siapa anak taipan (pengusaha kaya) yang berani---" Kalimat Rafa terhenti. Aiyue mengecup bibirnya.
"Ini namanya ciuman persahabatan. Budaya barat, sudah tau bukan?" Wanita yang tersenyum, tidak terlihat duka sedikitpun di wajahnya.
Tangannya gemetar, tapi senyuman itu masih menyungging. Jujur saja, dirinya tidak pernah menangis di hadapan Rafa, kecuali dalam situasi seperti tadi. Dirinya harus tetap menjadi boneka ceria, sebagai rasa terimakasihnya pada pemuda ini. Terikat pada rantai berkarat seumur hidupnya.
"Pintar! Ini memang hanya ciuman persahabatan. Tapi sahabat terlalu mewah bagimu, peliharaanku..." Senyuman menyungging di wajah pemuda itu, menarik jemari tangan Aiyue menuju pondok kecil tempat berteduh.
Dua orang yang saling melirik kemudian tersenyum."Tengah malam berada di makam begini. Kira-kira apa yang orang fikirkan tentang kita ya?" tanya Aiyue mencairkan suasana.
"Sudah pasti pesugihan." Jawab Rafa tertawa kecil.
"Bagaimana jika kita sekalian pesugihan? Aku dapat menikah dengan pangeran siluman yang ketampanannya mengalahkan artis Korea, setidaknya menyerupai Jack di film Titanic. Tidur setiap bulan purnama. Aku akan kaya mendadak tidak perlu membaca laporan menyulitkan lagi!" Aiyue tertawa dengan pemikiran gilanya.
"Pangeran siluman tidak begitu kaya. Jika begitu kaya, maka orang terkaya di dunia adalah salah satu gundiknya. Lagipula tidur dengan orang yang tidak kamu cintai hanya karena uang? Hal yang konyol---" Rafa menghela napas berkali-kali.
"Kalau begitu pernikahan berdasarkan aliansi bisnis juga merupakan hal yang konyol? Bukannya tidur dengan orang yang tidak dicintai juga, menghasilkan lebih banyak uang. Berhubungan ranjang dengan orang yang baru dikenal." Tatapan mata wanita itu kosong. Dirinya memerlukan kekasih, agar tidak mengharapkan Rafa lagi. Tembok tinggi benar-benar telah terbangun diantara mereka.
"Itu berbeda dengan pesugihan." Rafa tersenyum padanya.
"Apa bedanya?" tanya Aiyue.
"Bedanya, kita dapat membuat kehidupan bahagia dengan manusia. Tapi dengan siluman tidak! Fikirkan lebih realistis, wanita karier cantik, setara dengan posisiku. Anak-anak jenius yang akan terlahir." Jawab Rafa.
"Kalau aku lebih berfikiran seperti romance fantasi. Kisah cinta siluman ular putih begitu romantis dan murni. Tidak memandang status, rasa cinta membawa kerinduan ribuan tahun yang dibawa hingga mati. Itu lebih indah." Pendapat yang diutarakan Aiyue, mereka terdiam sejenak.
Rafa tersenyum bahagia. Tidak begitu memikirkan kata-kata Aiyue. Ini hanya perbedaan pandangan dalam berpendapat. Namun, tetap saja Aiyue, peliharaan yang akan menemaninya hingga masa tua nanti. Seseorang yang paling memahaminya di dunia ini. Namun, Rafa tidak pernah memikirkan satu hal, dirinya tidak pernah berusaha memahami Aiyue.
Bahkan apa makanan kesukaannya? Apa warna kesukaannya? Apa yang membuat Aiyue bahagia?
Dalam fikiran Rafa, Aiyue sudah cukup bahagia disisinya.
"Mau bermain hujan?" Tanya Rafa berlari di tengah hujan.
Tubuh wanita itu menggigil, dirinya mungkin sedikit demam. Namun, harus tetap tersenyum di hadapan pemuda ini."Iya! Akan menyenangkan!"
Merasakan dirinya tertawa, kala Rafa melemparnya menggunakan lumpur. Dirinya membalas, semakin dingin saja. Mungkin demamnya akan semakin parah setelah ini.
Retakan bertambah besar pada sang boneka porselin yang terus tersenyum. Mungkin akan ada saatnya, boneka porselin itu hancur, bergerak bagaikan manusia yang tidak akan dimiliki dan dikendalikan lagi.
*
Tepat pada pukul 2 pagi, dirinya baru usai membersihkan diri. Meminum beberapa butir obat, kemudian menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut.
Mengukur suhu tubuhnya sendiri, 39,6 derajat Celcius. Dirinya mulai terbatuk-batuk, Rafa tidak mengetahuinya sama sekali. Memang tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Aiyue.
"Kakak..." panggilnya, merindukan Hidan."Ibu, ayah..." lirihnya lagi sebelum terlelap. Tidak pernah memanggil nama Rafanda Airen. Seseorang yang bahkan bagaikan selalu memintanya untuk tersenyum dalam kondisi apapun.
Terkadang tangisan lebih baik, daripada sebuah senyuman palsu. Terlelap dalam mimpi yang lebih indah dibandingkan dengan kenyataan.
*
Hari ini hari minggu, pemuda itu enggan membangunkan Aiyue. Meraba bibirnya sendiri, ini benar-benar ciuman pertama untuknya.
Menelan ludahnya kasar."Rafanda Airen, kamu benar-benar sampah! B*jinngan yang melecehkan peliharaanmu sendiri!" Menghela napas berkali-kali."Tapi enak..." Ucap Rafa menatap ke arah cermin.
Kala dirinya baru keluar dari kamar mandi, matanya menelisik berdoa dalam hatinya agar Aiyue tidak berada di kamarnya, menyiapkan pakaian gantinya. Menelan ludah kasar, ingat! Dirinya tidak mungkin jatuh cinta pada gadis yang dibesarkan olehnya. Dirinya hanya menyukai wanita dewasa yang berkelas. Wanita yang dapat mengalihkan perhatian semua pria.
Dan benar saja, Aiyue tidak ada disana. Ada perasaan kekecewaan dalam dirinya.
"Dia, mengabaikan tugasnya?" Geram Rafa, namun sedetik kemudian dirinya yang hanya memakai handuk putih di pinggangnya memasukkan diri ke dalam selimut. Mengacak-acak rambutnya frustasi."Lebih baik tidak bertemu dulu kan? Jika bertemu akan terasa canggung. Apalagi lidahku sempat memasuki mulutnya..." gumam pemuda itu terdiam sesaat.
Kembali mengingat segalanya, betapa dingin, hangat, lembut, hal yang membuatmu bahagia semalam. Jemari tangannya terangkat, meraih berkas cahaya matahari pagi yang melewati jendela.
Perasaannya kembali berdebar. Ini sesuatu yang tidak logis baginya. Benar-benar tidak logis, bagaimana berbagi liur dapat begitu nikmat dan hangat? Bagaimana dirinya dapat segelisah ini?
"Ini hanya napsu, aku dapat bernapsu pada semua wanita. Dapat mencintai wanita mana saja, asalkan lebih cantik, pintar, dan berkelas." Gumamnya dengan tatapan kosong.
Tidak pernah terfikirkan dalam hidupnya, Aiyue tidak ada. Bahkan hingga saat ini, dirinya tidak membayangkan, lebih tepatnya tidak mau membayangkan, jika ada waktu yang dilaluinya tanpa wanita yang paling memahaminya.
*
Tepat pukul 9 pagi dirinya sudah usai berolahraga dengan mengantar koran. Membuat sarapan untuk dua orang, tapi berakhir memakannya sendiri.
Sandwich milik Aiyue ditinggalkannya di atas meja dengan catatan.
'Gajimu dipotong! Karena tidak melakukan tugas hari ini!'
Pemuda itu menata meja sedemikian rupa, bahkan meletakkan bunga mawar yang didapatkannya dari kebun orang. Bagaikan ini sarapan yang dibuatnya untuk kekasih.
Tanpa sadar Rafa melakukannya. Akan terasa menyenangkan melakukan hal untuk orang yang paling berarti dalam hidupnya.
Dengan dalil kebaikan pada pelayan, asisten, sekaligus sekretarisnya, setidaknya itulah dalam anggapannya.
Pemuda yang mengambil kunci mobil, hendak bertemu dengan adiknya Rury Aito yang baru kemarin datang dari Jepang. Membawa seseorang yang akan diperkenalkan padanya.
Salah satu wanita dalam profil yang dipilih oleh dirinya dan Aiyue. Titania, itulah namanya. Mungkin jika memiliki istri, kewarasannya akan kembali. Pemikiran bodoh tapi menggunakan kecerdasan tinggi.
Secara logika seharusnya benar bukan? Tapi mengapa Rafa tidak mengijinkan Aiyue memiliki pasangan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Bzaa
Rafa nggak peka, dominan kayak mamak Jeni..😁
2024-06-26
0
Putri Nunggal
mulai ketagihan ya bos
2024-01-11
0
Putri Nunggal
kirain aiyue bakal pingsan di pemakaman karna bermain hujan larut malam
2024-01-11
0