...Rantai yang mengekang mu, kurungan indah yang aku buat....
...Semuanya terbuka, kamu tidak ada disini lagi....
..."Aku tidak mencintaimu," itulah yang egoku katakan, kala melihatmu terbang terlepas....
...Bodoh bukan......
...Tidak ada waktu untuk segalanya. Ribuan pisau menikam aliran darah. Bahkan hingga ke tulang. Rasa sakit ini tidak juga meruntuhkan egoku....
...Kala hujan turun, menatap jejakmu yang menghilang. Maka, aku menyerah......
..."Aku mencintaimu..."...
Rafanda Airen.
Mobil kembali melaju, seperti biasanya, toko grosir eceran adalah tujuan mereka. Jangan fikir mobil yang mereka kendarai adalah mobil sport. Hanya mobil biasa dengan budget bensin yang tidak boros.
Membeli semua keperluan di toko grosir yang akan tutup ini. Hingga mobil kembali melaju, ke tempat kedua orang ini tinggal.
Rafanda Airen, kakeknya memiliki perusahaan di Jepang perusahaan yang nantinya akan diwariskan pada adiknya. Sedangkan ayahnya pemilik JH Corporation, perusahaan yang kini mulai diambil alih olehnya. Setelah sang ayah lebih memilih menetap di Singapura, meraih pendidikan yang lebih tinggi. Kemudian menjadi pengajar sekaligus pemilik sebuah universitas ternama.
Ibunya sendiri memiliki beberapa usaha waralaba. Tinggal dengan sang ayah di Singapura.
Masalah aset, pria berusia 30 tahun itu memilih cukup banyak aset. Namun, seperti kata pepatah hemat pangkal kaya, itulah moto hidupnya.
Mobil yang pada akhirnya berhenti di area parkir apartemen. Aiyue membukakan pintu untuknya, sembari membawa apa saja yang baru mereka beli.
Tidak membantu pekerjaan sekretaris, asisten, pelayan. Tidak! Semua julukan itu tidak benar, Aiyue lebih terlihat seperti...
"Kacung! Aku memang kacungmu! Dasar bos gila!" Batinnya berusaha mengangkat belanjaan, serta tas yang dipakainya.
"Apa berat?" tanya Rafa, sembari menatap smartphone-nya.
"Lumayan." Itulah jawaban Aiyue, berharap mendapatkan pertolongan.
"Kalau begitu, semangat lah!" Senyuman menyungging di wajah pria yang sedikit memiliki darah Australia, China, walaupun darah Indonesianya terlihat lebih kental. Namun benar-benar tampan bagaikan pahatan malaikat.
"Aku tidak akan sekuat Saitama, seberapa banyak pun kamu tersenyum." Itulah isi otaknya, berusaha keras tersenyum bagaikan boneka keramik.
"Terimakasih dukungannya tuan." Ucapnya bagaikan menghargai.
Berjalan menelusuri lorong, setelah keluar dari dalam lift. Kode akses apartemen ditekan Rafa. Rumah miliknya tengah disewakan untuk pembuatan film, sedangkan apartemen-apartemen elite yang merupakan asetnya juga disewakan. Mereka tinggal di apartemen kelas menengah.
Aiyue meletakkan belanjaan mereka di atas meja, menyusunnya ke dalam rak khusus. Mereka hanya tinggal berdua di tempat ini. Mengerjakan segalanya sendiri, matanya melirik ke arah Rafa yang segera memasuki kamar guna membersihkan dirinya.
Cekatan? Begitulah dirinya dididik. Memakai apron dan pisau setelah mencuci tangannya. Segera mencuci dan memotong sayuran yang ada dalam lemari pendingin. Wanita cantik yang serba bisa, itulah dirinya dididik untuk mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai majikannya.
"Kurang garam..." gumamnya tengah membuat tempe dengan barbeque sauce, serta sayur sup. Tidak ada yang istimewa, setelahnya meletakkan cake yang diambilnya dari pesta ke dalam piring.
Bau nasi hangat yang matang, hidangan selesai tepat saat Rafa keluar dari kamarnya. Pemuda itu tersenyum antusias duduk di samping Aiyue, menunjukkan beberapa profil kandidat yang akan menjadi calon istrinya nanti.
"Cantik, pintar, dan yang terpenting dari kalangan atas." Ucap Rafa antusias.
Aiyue mengangguk, menatap wanita-wanita yang mungkin akan menjadi majikannya. Membayangkan dirinya harus tinggal di tempat ini dengan dua orang keparat. Rasa sakit di dadanya kala dirinya yang tidak diperbolehkan memiliki pasangan melihat dua orang itu bercumbu setiap hari.
"Menurutku, ini tiga besar kandidat terbaik." Aiyue menyeleksinya dengan cepat, melihat dari aset, wajah dan kekuasaan.
"Pintar!" Rafa tersenyum, senyuman ya benar-benar manis. Mengacak-acak rambut Aiyue.
Aiyue baginya? Mungkin merupakan bagian tidak berarti di hidupnya. Namun, melekat, dirinya yang mendidik anak ini untuk menjadi sempurna mendampinginya. Bagaikan boneka yang diukir diwarnai bahkan didesain olehnya.
Wanita itu hanya terdiam bagaikan boneka tanpa hati. Tidak menolak atau berkata apapun, memakan nasi dan lauk di hadapannya.
"Omong-ngomong kenapa kamu tiba-tiba ingin menikah?" tanya Rafa.
"Tidak, bukan apa-apa. Menikah bukan kebutuhan berarti, jika kamu tidak menyukainya. Aku tidak akan pernah menikah." Jawab Aiyue, tersenyum pada sang pemuda.
"Baguslah kamu mengerti, hidupmu dan kakakmu dari lahir ditanggung oleh keluarga kami. Aku juga melunasi hutang yang ditinggalkan kakakmu. Seharusnya kamu berterimakasih padaku." Ucapnya dengan mulut penuh.
"Seharusnya titipkan aku di panti asuhan saja. Tidak boleh memiliki teman, tidak boleh memiliki kekasih. Semua hidupku hanya tentangmu. Jika aku tinggal di panti asuhan, mungkin aku akan dapat memiliki setidaknya satu teman..." Kalimat yang tersimpan dalam hatinya.
"Bagaimana jika aku berhenti, dan mencari pekerjaan lain?" tanya wanita itu, membuat gerakan tangan pemuda yang tengah menikmati makanannya itu terhenti.
Senyuman menyungging di wajah Rafa, bibirnya bergetar terlihat ketakutan."Tidak boleh, jika kamu berhenti maka namamu akan diblacklist dari semua perusahaan. Rekeningmu akan aku bekukan. Kamu tau artinya meninggalkanku? Bahkan untuk makan nasi hangat saja akan sulit bagimu."
"Aku mengerti!" Bagaikan boneka, Aiyue kembali tersenyum, mengambil lauk untuk Rafa."Kamu harus makan yang banyak, setelah ini kita harus bekerja."
Rafa mengangguk menatap ke arah wanita yang 7 tahun lebih muda darinya. Aiyue, nama yang diberikan olehnya, total jutaan dollar yang ada di rekening gadis ini. Itu tidak akan mungkin ditinggalkan oleh Aiyue bukan?
Dirinya menyayangi dan menghargai Aiyue. Tidak akan ada majikan seperti dirinya.
Tapi apa yang ada di fikiran gadis itu kala menatap ke arah nasi hangat? Masa yang dilaluinya dengan Rafa. Mengingat bagaimana Rafa bertengkar dengan anak seorang gubernur karena mengganggu dirinya.
Dirinya hanya membalas sapaan pemuda itu, hanya berkenalan. Pemuda yang menawarkan pekerjaan sebagai staf administrasi padanya. Berakhir dihajar hingga harus rawat inap selama seminggu.
Karena itu, dirinya tidak pernah menyapa, tidak pernah mau berkenalan dengan orang baru. Semua hidupnya hanya berpusat pada Rafanda Airen dan keinginannya. Apapun itu, menyendok nasi hangat ke dalam mulutnya.
Pernahkah kalian membayangkan boneka kayu yang mulai melihat dunia? Boneka kayu yang mulai memiliki hati, ingin bermain dengan anak-anak lainnnya. Ingin menatap indahnya dunia, yang terpenting ingin jatuh cinta dan memiliki keluarga.
Tapi itu bukanlah hidupnya. Bahkan jika Rafa telah menikah dan memiliki keluarga dirinya hanya akan tetap tersenyum bagaikan boneka tanpa hati di sampingnya.
"Setelan jasnya nanti akan aku cuci. Noda red wine hanya dapat dibersihkan dengan white wine. Kamu sudah mendapatkannya dari pelayan?" Tanya Aiyue padanya.
"Sudah! Itu hadiah dari ibu jadi cuci yang bersih. Setengah uangnya sudah aku transfer ke rekeningmu, ingat! Pakai yang hemat." Jawab Rafa, meletakkan sayuran ke piring Aiyue.
"Em..." Aiyue mengangguk.
Tidak menyadari sebuah pesan masuk ke smartphone-nya dengan nama pengirim kakak.
'Aiyue, maaf baru menghubungimu. Aku bekerja di perusahaan pertambangan selama ini. Aku sudah memiliki rumah pribadi. Bagaimana jika kita tinggal bersama?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Bzaa
kyk boneka tali, yg hidup ketika talinya di tarik kang dalang☺️
2024-06-26
0
Putri Nunggal
berasa jd Pinokio
2024-01-11
0
Putri Nunggal
lebih baik cari aman aja laah biarpun jd boneka
2024-01-11
0