"Tergantung situasi." Jawaban dari wanita di hadapannya.
"Situasi?" Rafa mengernyitkan keningnya, untuk pertama kalinya Aiyue membantah kata-katanya.
"Coba fikirkan baik-baik. Kamu akan menikah, aku sekretaris, asisten, sekaligus pelayan wanita yang belum menikah. Bagaimana jika istrimu akan membuat drama?" Ucap Aiyue mengatur suaranya, dibuat sehalus dan sesedih mungkin.
"Astaga! Suamiku tidak pulang malam ini! Katanya dia pergi ke Vietnam dengan sekretarisnya lagi. Mereka sedang berselingkuh, berbagi peluh, kemudian anak haram akan lahir. Aku akan menangkap pelakor berkedok sekretaris itu kemudian memenjarakannya..." Lanjut gadis itu menangis bagaikan istri tersakiti. Kemudian kembali memasang ekspresi wajah tersenyum."Paling tidak untuk melindungi warisan, dan agar kekhawatirannya tentang anak haram akan terlahir. Dia akan mengirim pembunuh bayaran untuk memotong tubuhku."
Rafa menelan ludahnya, tidak terfikirkan sampai sana. Karena pernikahan merupakan hubungan yang saling menguntungkan. Kehadiran Aiyue seharusnya menguntungkan bagi istrinya nanti. Ada yang memasak, ada juga yang menyediakan pakaian, sekaligus ada yang membantunya di perusahaan.
Tapi apa benar wanita kalau sudah cemburu dapat berbuat demikian?
"Paling buruk, jika dia kabur membawa anak-anak kalian, setelah meminta bercerai. Karena itu, pernikahanku penting! Wanita yang sudah menikah, kecurigaan istrimu juga akan semakin rendah padaku." Akal licik gadis ini, ingin Rafa membuat pengecualian untuk dirinya.
"Tidak bisa! Pria tengil mana yang ingin merebut Aiyue yang sudah aku besarkan? Apa dia anak sultan? Anak taipan? Putra chaebol? Tidak boleh!" Tegas Rafa.
"Anak presiden boleh?" Aiyue mengernyitkan keningnya, mungkin ada putra presiden dari negara ini atau negara lain yang belum menikah.
"Tetap tidak! Karena itu sebelum menikah, aku akan membuat perjanjian hitam diatas putih dengan calon istriku nanti. Agar tidak cemburu padamu. Jadi tenang saja." Ucap Rafa memiliki akal yang lebih picik, mengacak-acak rambut Aiyue.
"Rakun!" Batin Aiyue tersenyum.
Sedangkan pemuda itu memakan roti bakar di hadapannya. Memikirkan Aiyue menikah saja sudah terasa begini menyakitkan. Apalagi melihatnya secara langsung.
"Omong-ngomong, tuan... bagimu aku ini apa? Sekretaris? Pelayan? Teman? Atau asisten?" tanya Aiyue mengepalkan tangannya. Menunggu jawaban yang akan keluar.
"Peliharaan, atau lebih tepatnya boneka porselin mahal, harta yang paling berharga bagiku, hanya milikku..." Jawab Rafa menyantap makanannya.
"Sudah aku duga." Aiyue tersenyum padanya. Ini sudah diperkirakan olehnya. Dirinya salah paham, mengira pemuda ini menyukainya. Rasa protektif, mungkin timbul akibat ketakutan benda yang dimilikinya akan dicuri.
"Lalu menurutmu apa?" Rafa kembali mengunyah roti di hadapannya.
"Kekasih..." Candaan Aiyue.
"Tidak ada kata seperti itu! Jangan bercanda! Wanita yang akan menjadi istriku harus lebih berkelas dan orang-orang akan kagum melihatnya." Rafa menyentil dahi wanita dihadapannya.
"Aku cuma bercanda! Aku tau! Aku yang paling mengerti dan paham tentangmu! Seharusnya kamu juga tau. Aku hanya bercanda! Ini menyakitkan!" Aiyue mengusap-usap dahinya sendiri.
"Aku tau! Tapi bercanda mu itu keterlaluan! Aku tidak mungkin menikahi peliharaanku sendiri." Ucap Rafa terkekeh.
Tapi memang begitu bukan? Hubungan yang entah apa ini tidak pernah ada perkembangan sama sekali. Hanya peliharaan yang mengikuti perintah majikannya.
Muda-mudi yang tinggal bersama. Satunya mengikat dengan rantai tidak terlihat. Satunya lagi mengikuti perintah tanpa membantah.
Tapi bahkan boneka porselin juga akan retak dan hancur. Kala akar di hati itu tumbuh, kemudian membusuk. Akibat tercemar oleh perasaan tidak berbalas.
"Dia tidak mencintaiku. Apa yang aku fikirkan? Satu-satunya pria yang dekat denganku memang tidak pernah mencintaiku. Aku hanya boneka porselin baginya." Isi hati yang tidak diungkapkan wanita yang tengah tersenyum cerah.
*
"Jadwal hari ini, nanti siang kita akan mengikuti rapat dengan Bold company. Setelah itu bertemu dengan Mrs. Caroline. Menangani beberapa laporan dari proyek kerjasama pengadaan bahan mentah." Wanita yang melangkah mengimbangi langkah kaki majikannya. Membaca apa yang terlihat di layar tabnya, jadwal yang telah disusunnya sedemikian rupa.
"Majukan pertemuan dengan tuan Gerald. Nanti malam kita akan tidur di kantor." Perintah Rafanda tanpa menghentikan langkahnya.
"Ta...tapi...Aku harus membeli pakaian malam ini." Ucap wanita itu ragu.
"Membeli pakaian tidak penting. Jika dapat menghasilkan uang dalam waktu yang cepat, kamu dapat berbelanja dengan mudah." Kalimat yang keluar dari mulut Rafa, membuat dirinya terdiam sejenak. Kemudian menghela napas kasar, memilih untuk berkata jujur saja.
"Ini hari kematian ibuku, aku akan mendatangi makam kedua orang tuaku sore ini." Kalimat dari Aiyue tertunduk.
"Aku bilang...majukan pertemuan dengan tuan Gerald! Berhentilah mengunjungi daging yang sudah menyatu dengan tanah." Rafa kembali menegaskan.
"Iya, saya tidak akan pergi. Itu hal yang tidak berguna." Wajah yang tersenyum, tapi hati terasa sakit. Setiap tahun selalu seperti ini, Rafa berucap seolah-olah yang ada di kuburan itu, bukanlah orang tua Aiyue.
Wanita yang tertunduk mengepalkan tangannya. Kakak laki-lakinya, Hidan selalu menceritakan tentang kedua orang tua mereka. Memeluk dan mencium keningnya, tidak ingin sang adik bersedih.
Walaupun pada akhirnya jika diketahui oleh tuan muda pemilik rumah (Rafanda Airen), dirinya dan kakaknya akan dipisahkan. Tidak diijinkan bertemu berbulan-bulan.
Mungkin hanya sebulan sekali dirinya dapat berteman kakaknya yang hangat, dulu. Entah kenapa Rafa begitu membenci kala melihat Hidan, memeluk dirinya saat merindukan kedua orang tua mereka yang telah tiada.
"Orang gila! Kakak kandung yang memeluk adiknya dituduh melakukan tindakan pelecehan? Benar-benar gila!" Batinnya berusaha tersenyum, mengingat bagaimana Rafa selalu memperingatkan Hidan agar tidak memeluknya.
*
Mereka benar-benar bekerja lembur malam itu. Aiyue bangkit, menyelimuti Raka yang tertidur di sofa kantor perlahan.
Aiyue pergi meninggalkannya, tepat pada pukul 11 malam. Mengemudikan mobilnya menuju area pemakaman.
Bukan untuk melakukan ritual pesugihan, memelihara tuyul, menjadi adik angkat kuntilanak, atau meminang genderuwo. Tunggu dulu! Meminang genderuwo? Mungkin Rafa akan berkelahi terang-terangan melawan makhluk gaib.
Namun, seiring langkahnya, tujuannya terlihat. Angin berhembus menyapu rimbunnya tanaman bambu. Suara bambu bertubrukan terdengar.
Anak yang baik? Itulah dirinya ingin menjadi, kesempatan yang sejatinya tidak pernah diberikan padanya. Meletakkan buket bunga pada makam kedua orang tuanya.
Kunang-kunang terbang di area tempat tersebut. Wanita yang membelai makam ibunya."Ibu, terimakasih sudah bertaruh nyawa melahirkan ku. Aku dan kakak sudah dewasa, kami hidup dengan baik."
"Ayah, aku menyukai seseorang yang tidak menyukaiku. Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Aiyue pada batu nisan di hadapannya, kini beralih membelai batu nisan ayahnya.
Tidak menemukan jawaban apapun, dirinya menitikkan air matanya. Jujur saja dirinya tidak ingat sama sekali wajah ibu dan ayahnya, hanya mengenalnya melalui foto.
Ayah yang meninggal kala ibunya mengandung dan ibu yang meninggal saat melahirkannya. Dirinya merindukan mereka.
"A...aku merindukan kalian..." Gumamnya dalam tangisan. Hujan gerimis yang mulai turun membuat kunang-kunang di sekitar area pemakaman menghilang.
Tangan yang terulur memeluknya dari belakang. Tidak mempedulikan tubuhnya juga terkena derasnya air hujan."Jangan menangis, aku hanya ingin kamu selalu tersenyum. Karena itu aku tidak ingin kamu pergi ke tempat ini..." Kalimat hangat dari Rafanda Airen.
Pemuda yang hanya berpura-pura tertidur, mengikutinya hingga ke tempat ini. Aiyue menoleh padanya, dinginnya air hujan. Rasa duka Aiyue dan rasa bersalah dari Rafa menbuat segalanya berjalan secara alami.
Dua orang yang memejamkan matanya, menyatukan bibir mereka di tengah hujan yang mulai deras.
Ini bukan rasa cinta, karena dari awal hanya perasaan Aiyue yang bertepuk sebelah tangan. Menyukai satu-satunya pria yang ada di hidupnya.
Pria yang akan menikahi wanita lain, air matanya mengalir bercampur dengan air hujan.
Sedangkan pemuda itu, otaknya kelu sesaat. Ini adalah ciuman pertama mereka.
Deru napas yang tidak teratur. Satu kalimat yang akan membuat boneka porselin ini semakin retak.
"Maaf, aku tidak sengaja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Bzaa
Rafaaaa... pen ta getok jg nih orang..
2024-06-26
0
Putri Nunggal
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 ampun dah Koko kalau dah gokil bisa sampe terpingkal ngetawain si genderewo
2024-01-11
0
Putri Nunggal
bilang aja gak reka boneka porselen nya di peluk sama laki laki lain walaupun kakaknya si boneka
2024-01-11
0