_______________________
Malam ini aku datang ke taman kota bersama kak Dewa. Ramai sekali yang mengunjungi festival malam ini.
Banyak pasangan romantis yang saling bercanda tawa, saling bergandengan. Tetapi aku, hanya bisa dengan kakak ku sendiri. Itu udah lebih cukup bagi ku.
Aku dan kak Dewa berjalan berdampingan bahkan tangan ku menggandeng tangannya. Karena aku takut hilang di keramaian festival kota ini. Jika hilang siapa juga yang repot.? Kan kak Dewa juga yang repot harus cari ke sana kemari. Hehehe...
"Kak lihat deh, ada gulali" tunjuk ku pada orang yang berjualan gulali.
"Kamu mau dek.?" tanya kak Dewa yang ku angguki cepat.
"Kamu mau berapa.?" tanya kak Dewa ketika sudah berada di depan penjual gulali itu.
"Aku mau dua aja kak, yang warna pink dua" balas ku senang bahkan netra ku tak bisa lepas dari makanan itu. Yang rasanya manis.
"Bang mau ini dua" ucap kak Dewa pada si penjual itu. Si penjual itu memberikan dua gulali pada kak Dewa.
"Berapa Bang.?"
"20 ribu aja"
Kak Dewa menyodorkan uang berwarna hijau itu pada si penjual.
"Nih... Kayak bocah kecil aja kamu dek" kak Dewa memberi ku gulali lalu mengacak-acak rambut ku.
"Iihhh... Kakak... Jangan di gituin napa sih.? Jadi berantakan nanti" sungut ku kesal sembari memanyunkan bibirku.
"Iyaa.. iyaa... Udah.. di makan itunya jangan cemberut gitu" kak Dewa mencubit pipi ku gemas.
"Sofia" panggil seseorang yang membuat ku menoleh mencari sumber suara itu.
Lili dan Nova berjalan ke arah ku. "Kamu ke sini juga.?" tanya Lili
"Hmmm" balas ku cuek
"Haii kak Dewa" ucap Lili mulai caper.
Kak Dewa hanya menanggapinya dengan senyuman.
"Ngapain kalian ke sini.?" tanya ku ketus
"Ya cari hiburan lah.. biasa malam minggu dari pada rebahan doang di kamar sambil nonton drakor. Sekali-kali lah cari hiburan di luar. Yaa nggak Nov" ucap Lili yang di angguki oleh Nova
"He,em.... Bye the way gimana kalo kita ke sana aja, sepertinya ada pertunjukan drama" tunjuk Nova pada orang-orang yang berkerumun ramai entah ada apa di sana.
"Males ahh... Kalian aja sana"
"Yaelah Sof, jangan gitu napa sih... nggak seru kalo nggak ada kamu"
"Kalian berdua aja udah rame kek petasan meletus-letus, mulutnya heboh mulu.. bilang aja kalo kalian pengin deket-deket sama kak Dewa.? Iyaa kan ngakuu aja deh"
"Hehehe.... Tebakan kamu kok nggak pernah meleset sih" ucap Lili cengengesan.
"Udah ahh.. sana kalian berdua aja yang lihat.! Aku mau pulang, males lihat muka kalian berdua" usir ku pada mereka lalu menarik pergelangan tangan kak Dewa pergi.
"Yaaaahhh.... Kamu nggak asik ihh..." gerutu Nova yang masih ku dengar.
"Mau kemana Sof.?" tanya kak Dewa yang kelihatan bingung menatap ku.
Sejenak aku berhenti lalu menatapnya. "kita pulang aja kak, udah bosen di sini"
Tanpa babibu kak Dewa langsung melangkah menuju parkir dan aku mengikutinya dari belakang.
Setelah sampai di rumah, ku langkahkan kaki menuju kamar lalu mengganti pakaian ku dengan pakaian tidur. Ku rebahkan tubuh ku yang terasa lelah ini di atas kasur king size.
Ku raih foto ibu yang terpampang di atas nakas. Ku pandang lekat.
"Huftt.... Andai ibu masih ada.! Ingin sekali aku membahagiakan mu ibu"
"Ibu.! Semoga kamu tenang di sana.! Aku selalu rindu ibu" ku cium foto ibu dan memeluknya.
Hati ini begitu rindu dekapan hangatnya, kasih sayangnya, cintanya yang begitu besar melindungi ku dan kakak agar tak di sakiti oleh Ayah.
Tak terasa air bening menetes dengan sendirinya. "Aku sangat merindukanmu ibu... Hiks..."
****
"Enyah lah kau dari dunia ini...." suara bariton Ayah menggema di ruang tengah.
"A-Ampun mas... Hiks... S-sakiit... Hiks... Hiks..." rintihan ibu ketika ayah memukulinya habis-habisan.
Kak Dewa berusaha melindungi ibu, namun selalu di halangi oleh Ayah.
"Ayaaahhh.... Jangan sakiti ibuu..." teriak kakak yang terlihat matanya sudah memerah menahan air mata yang menggenang di pelupuk mata agar tak jatuh.
"Jangan ikut campur urusan orang tua.." ayah mendorong tubuh kecil kak Dewa.
Ayah masih tak berhenti memukuli ibu. "Hiks.. hiks... S-sakiit... Sudah mas... Hiks..." Ibu menangis tersedu-sedu.
Kakak berlari dan memeluk tubuh ibu erat untuk melindungi ibu agar tak terkena pukulan ayah.
"Pergi kamu..." teriak ayah pada kakak yang memeluk ibu erat.
Aku berlari ke arah ibu dan kakak lalu memeluknya erat. Kami bertiga berpelukan untuk saling menguatkan.
"Ciihhh.... Dasar tak berguna" maki Ayah lalu pergi ke arah dapur.
Ayah kembali dengan membawa pisau di tangannya. Tubuh ku bergetar hebat memikirkan apa yang akan di lakukan Ayah.
"Aku sudah muak dengan kamu.! istri tak berguna, dekil pula.! Mati saja kau dari dunia ini" Ayah menusuk ibu dengan pisau tersebut dari belakang.
Ibu dengan kuat memeluk tubuh mungil ku dan kak Dewa. Tubuh ku bergetar di dalam pelukannya.
"Mati saja kau..." Ayah seperti kesetanan menusuk ibu dari belakang tanpa henti.
"I-ibuuu.... Hiks... Hiks.. ibuu...." jerit ku ketika ibu sudah tergeletak tak sadarkan diri...
"IBUUUUU....." Teriak ku terbangun dari tidur ku. Aku terduduk lemas mengingat kejadian masa lalu yang selalu menghantui ku.
Air mata ku lolos begitu saja tanpa ku minta. "Hiks... Hiks... I-ibuu... K-kenapa kamu pergi begitu cepat buu.... Hiks..."
Ceklek
Pintu kamar ku terbuka, dengan cepat ku hapus air mata yang sempat mengalir deras. Lalu tersenyum mendapati kak Dewa masuk ke dalam kamar ku.
"Kamu udah bangun dek.? Baru aja kakak mau bangunin kamu" kak Dewa mendekat ke arah ku lalu duduk di tepi ranjang.
"Apa kamu baik-baik saja.?" ucapnya
Aku hanya mengangguk menanggapinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments