Ku tepis tangan itu sedikit kasar. "Nggak usah" ketus ku ketika aku tahu jika orang yang menabrak ku ternyata Jovan.
Aku berdiri dan membersihkan baju ku yang kotor terkena debu. Merasa di tatap olehnya aku pun mendongak menatapnya tajam.
Ku lihat Jovan mengangkat sebelah alisnya. "Apa.?" tanya ku ketus
"Nggak papa" ucapnya tenang lalu melangkah pergi sembari memasang earphone di telinganya.
Gaya rambutnya yang memang seperti ala oppa korea serta mata tajam bak elang. Memang tampan, tapi aku tidak tertarik sama sekali.
Segera ku melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang. Sifatnya yang menurut ku juga dingin seperti dosen killer itu. Lebih dingin sifat si Jovan sih menurut ku.
_____________________
"Kakak....." Aku berlari kecil ketika melihat mobil kak Dewa berhenti tak jauh dari tempat ku duduk di bangku taman dekat kampus.
Kak Dewa menoleh, tersenyum pada ku dan ia merentangkan tangannya. Dengan sigap ia memeluk ku hangat penuh kasih sayang.
"Kakak sibuk nggak malam nanti.?" tanya ku setelah melepaskan pelukan.
"Emmm memangnya kenapa.?" tanyanya.
"Pengin deh kak nanti malam ke taman kota.! Di sana ada acara festival lohh" ucap ku dengan mata berbinar. Memang di negara C sering di adakan festival malam di balai kota terkadang juga di adakan di taman kota.
Sangat meriah, bahkan di sana banyak sekali berbagai macam pertunjukan bahkan juga ada wahana. Biasanya orang-orang yang datang ke sana bersama pasangan mereka masing-masing.
"Baiklah.! Sesuai keinginan Tuan Putri"
"Yeee.... Terimakasih kakak.! Kak Dewa yang terbaik" ucap ku senang lalu memeluknya.
"Kamu mau kakak antar pulang apa ikut kakak ke cafe.?"
"Emm.... Aku ikut kakak aja deh ke cafe, kan bisa bantu-bantu kakak di sana.! Kalo di rumah kesepian nggak ada temennya" ucap ku tersenyum menampakkan deretan gigi.
"Ya udah"
Kami pun masuk ke dalam mobil. Kak Dewa menjalankan mobilnya membelah jalanan dengan kecepatan sedang.
Saat berhenti di lampu lalu lintas, aku melihat seorang anak kecil yang sedang mengamen. Aku tak tega melihatnya ku panggil ia untuk mendekat.
"Dek... Sini...." Panggil ku
Dua anak kecil itu sekitar umur 8 tahunan dan 10 tahunan mendekat ke arah mobil yang ku tumpangi.
Ku sodorkan uang Rp.100.000 an ku berikan kepada mereka masing-masing satu. "Ini ambil, buat kalian beli makan"
"Terima kasih kak" ucapnya yang ku angguki dan ku balas senyuman.
Kak Dewa mengelus pucuk kepala ku. Aku tersenyum ke arahnya. "Nanti kalo uang aku habis minta kakak lagi ya.?" Ucap ku cengengesan.
"Iyaa..." ucap kak Dewa sembari tersenyum.
Mobil pun kembali melaju membelah jalanan.
~ di Cafe ~
"Hai Sofia" sapa Dea
"Hmm" balas ku cuek
Sedangkan kak Dewa sudah lebih dulu masuk melangkah ke ruangannya.
Kak Dewa memiliki cafe yang ia rintis dari nol. Semenjak kejadian 15 tahun yang lalu, aku dan kak Dewa pergi meninggalkan rumah secara diam-diam setelah pemakaman ibu. Aku takut setelah kejadian ayah membunuh ibu. Aku sempat depresi karena tak ada semangat hidup setelah ibu ku meninggal. Akhirnya kak Dewa membawa ku pergi dari rumah secara diam-diam.
Ia bekerja keras banting tulang untuk ku makan dan kesembuhan ku. Saat itulah perjuangan kak Dewa untuk ku. Ia berusaha keras mencari uang untuk biaya kesembuhan ku. Aku sering di bawanya ke dokter, juga ke tempat psikiater.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai kembali normal seperti sedia kala. Dan kak Dewa menyekolahkan ku hingga saat ini.
Aku bersyukur memiliki kakak yang begitu sangat sayang pada ku. Ia bahkan rela putus sekolah hanya demi kesembuhan ku dan bekerja keras banting tulang sana sini untuk membiayai kehidupan ku.
Hingga lah saat ini kak Dewa mempunyai cafe yang tidak terlalu besar namun sudah memiliki 2 cabang di negara C.
"Gimana kuliahnya hari ini Sof.?" tanya Dea lagi
"Hmmm" sengaja ku balas cuek, karena ia memiliki rasa terhadap kak Dewa. Untunglah kak Dewa tipe orang yang pemilih dalam mencari cewek, sehingga cewek ini nggak semudah itu mendapatkan kak Dewa.
"Kok cuek sih Sof" bibirnya manyun seperti ingin ku kuncir aja tuh bibir.
Aku melengos pergi meninggalkan Dea yang masih manyun. Mungkin kesal dengan sikap ku.
"Kakak kenapa sih nggak di pecat aja tuh si Dea.? Muak aku lihat wajahnya yang kek ulet bulu itu" ucap ku sebal
"Hust... Nggak boleh gitu Sof.! Dia juga butuh uang, butuh kerja di sini. Kasian dia hidup sebagai tulang punggung sedangkan ibunya sudah tua sering sakit-sakitan" kak Dewa berusaha menjelaskan kepada ku
"Tapi kak....."
"Udaahh.... Sekarang mending kamu istirahat aja di kamar pribadi kakak.!"
Aku masih setia duduk di sofa yang tak jauh dari tempat kak Dewa duduk. Tidak mau beranjak.
Kak Dewa mengisyaratkan lewat tatapan mata untuk segera beranjak ke kamar pribadinya untuk istirahat.
Dengan kesal aku melangkah sembari menghentak hentakkan kaki ku karena kesal.
Ku hempaskan tubuh ini di atas kasur king size. "Iiiiihhhhh.... Sebel... Sebel... Sebel... Kenapa sih tuh orang nggak pindah kerja aja.? Sebel lihatnya yang sok-sokan mau akrab sama aku..." gerutu ku kesal sembari memukul-mukul kasur.
_______________________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments