Pesta pernikahan Damar dan Marsha pun sudah selesai di gelar, kini mereka akan malam pertama di salah satu kamar hotel itu. Di pinggir ranjang pengantin mereka, Marsha merasa gugup, ia sedang memutar otaknya untuk mencari alasan yang tepat agar Damar tidak marah padanya saat Damar tau bahwa dia sudah tidak perawan lagi.
Cklek…
Kamar mandi terbuka, Damar sudah selesai mandi dan memasang piyamanya. Ia melihat Marsha sedang memasang wajah sedih sambil duduk di pinggir ranjang. Damar pun mendekat ke Marsha.
“Marsha ? kamu kenapa ? apa kamu tidak bahagia menikah denganku ?” tanya Damar dengan lembut.
Marsha pun berusaha mengeluarkan air mata buayanya. “Justru aku yang merasa tidak pantas untukmu Damar, maafkan aku karena tidak punya nyali untuk memberi tahu hal yang sangat penting ini, hiks…” Marsha memang pandai berakting, dia harusnya menjadi pemain film saja.
Melihat Marsha menangis tersedu-sedu, Damar pun langsung memeluknya agar dia tenang.
“Jangan menangis Marsha, kamu adalah wanita terbaik yang pernah ku kenal, sekarang katakan apa yang membuatmu bicara begitu ?” tanya Damar sekali lagi.
“Aku rela Damar kalau kamu ceraikan sekarang juga setelah mengetahui hal ini,” ucap Marsha yang masih menangis bombai. “Tidak akan ku biarkan kamu menceraikan aku Damar sebelum hartamu habis ku kuras,” dalam hatinya Marsha menyeringai licik.
“Katakan yang sebenarnya Marsha ! aku siap mendengarkannya,” ucap Damar.
“Aku… sudah tidak perawan lagi, hiks…” ucap Marsha dengan air mata buayanya.
Duar…
Hati Damar bagai di sambar petir, sakit ? tentu saja, wanita yang ia anggap baik ternyata adalah bekas orang lain. Benar kata Candra pikirnya. Tapi melihat Marsha menangis membuat Damar luluh dan mau menerima masa lalunya.
“Apa yang mengambil keperawananmu dulu adalah Adrian ?” tanya Damar memastikan.
“Dari mana kamu tau ?” tanya Marsha heran.
“Candra yang memberitahukannya,” jawab Damar.
“Aku lupa saat dulu aku main di toilet dengan Adrian, aku kan tidak sengaja di pergoki oleh Candra, tapi bagus deh tandanya dia benar-benar tergila-gila padaku, jadi posisiku sekarang sangat kuat di hatinya,” batin Marsha.
“Maafkan aku Damar, maafkan aku karena menjadikanmu yang kedua, padahal kamu suamiku, aku tidak pantas untukmu, aku menyesali semua perbuatanku, karena kekuranganku ini membuatku tidak berani dekat dengan pria lain selama ini,” Marsha menampakkan ekpresi wajah yang paling menyedihkan sehingga Damar tidak tega melihatnya.
“Tidak masalah Marsha, semua orang pasti pernah memiliki masa lalu kelam, yang penting sekarang kamu sudah menjadi wanita baik-baik, aku akan menerimamu apa adanya,” sungguh Damar benar-benar tertipu oleh Marsha.
“Terima kasih Damar…” Marsha membalas pelukan Damar.
Damar berusaha sekeras mungkin menerima kekurangan Marsha. Baginya Marsha adalah wanita baik-baik. Damar tidak tau saja sudah berapa kali tubuh Marsha di jamah oleh laki-laki lain. Di malam pertama ini, hati Damar yang tadinya tidak sabaran berubah menjadi hambar. Ia bahkan melakukan hubungan badan dengan Marsha seperti enggan saja. Marsha terlihat menikmati penyatuan itu namun tidak dengan Damar. Tidak ada kepuasan yang ia dapat, padahal dulu dia begitu memuja-muja Marsha.
Sehari setelah mereka menikah, Damar tetap masuk bekerja. Para karyawan bingung melihat bos mereka tidak bulan madu. Damar hari ini malah sibuk dengan tumpukan-tumpukan dokumen di meja kerjanya.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar.
“Masuk !” ucap Damar.
Cklek
Ternyata Candra yang datang.
“ Temen gue tersayang, kok gak pergi bulan madu, malah kerja ? sana nikmati suasana pengantin baru lo sama istri lo, kerjaan kantor biar gue yang hendle !” ucap Candra yang langsung duduk di sofa.
“Kerjaan gue menumpuk, gue gak bisa pergi bulan madu,” ucap Damar cuek.
“Lo kenapa ? mukanya kok suntuk banget ?” Candra benar-benar heran melihat mood teman sekaligus atasannya itu berubah drastis.
“Pergi gak lo ? urus sana kerjaan lo ! gue lagi sibuk, gue atasan lo kalo di kantor, mau lo gue tendang dari sini !” kata Damar sinis.
Tidak biasanya Damar dingin, biasanya ia adalah sosok yang hangat. Candra pun beranjak dari sofa mendekati kursi kerja Damar. Ia mengerti apa yang membuat Damar tidak mood sekarang.
“Jadi kata-kata gue benar kan malam itu ? lo udah buktikan kan ?” ucap Candra pelan.
Damar mengehela nafas kasar.
“Lo benar, dia udah ngaku, tapi gue gak peduli, meskipun gue kecewa tapi yang terpenting dia udah berubah,” jawab Damar.
“Apa lo benar-benar mencintai dia ? lo bahkan gak pernah terang-terangan bilang kalau lo cinta sama dia, selama kita temenan sejak kecil, gue gak pernah dengar lo menyatakan cinta sama cewek, gue gak pernah liat lo jatuh cinta,” Candra mulai memperjelas perasaan Damar.
“Gue suka sama dia, cinta itu gak harus di ucapkan lewat kata-kata, yang pentingkan perhatian yang kita curahkan,” jawab Damar.
“Lo salah, cinta itu harus di ungkapkan, kalau lo cuma sekedar suka, itu tandanya lo cuma sebatas kagum, gue tau selama ini lo kagum sama Marsha gara-gara Marsha adalah orang yang ramah, jujur aja gue gak yakin kalau lo mencintai Marsha ?” ucap Candra.
“Rese banget sih lo, gak usah so tau deh sama perasaan gue, udah sana balik ke ruangan lo ! mau gue pecat ?” ucap Damar sinis lagi.
“Galak amat sih habis malam pertama, iya ini gue pergi,” dengan raut wajah yang cemberut, mau tidak mau Candra keluar dari ruangan Damar.
Candra masih menggerutu saat menutup pintu ruangan Damar.
“Punya teman satu-satunya tidak pernah tau atas perasaanya sendiri, eh Damar, kamu itu tidak mencintai Marsha, kamu cuma kagum padanya, aku berani bertaruh, kalau Marsha ternyata tidak sebaik yang kamu kira pasti kamu akan mengamuk,” batin Candra.
Suasana hati Damar hari ini sangat galau. Hal itu juga di rasakan oleh Ardina. Sampai sekarang, ia belum mendapat panggilan wawancara terakhir di rumah sakit tempat dia melamar. Di kontrakannya, ia merasa gelisah, selama dua minggu dia di Jakarta pekerjaannya selain jalan-jalan cuma tiduran saja di kasur kecilnya.
“Uangku sudah menipis, apa aku harus mencari pekerjaan lain saja ? tapi kerja apa ? setelah tes pertama seminggu yang lalu, sampai sekarang belum ada panggilan wawancara, apa sebenarnya aku tidak lolos ? tapi kalau tidak lolos pasti juga ada pemberitahuannya, bingung,” Ardina mengguling-gulingkan badanya ke kiri dan ke kanan sambil mencari solusi pekerjaan sementara apa yang bisa ia lakukan.
“Aku kangen semua orang yang ada di Bandung, tapi aku belum punya nyali untuk pulang, aku belum siap bertemu Rizky dan Ririn, hatiku masih sakit apalagi jika aku melihat kebahagiaan mereka,” gumam Ardina lagi.
Ardina memutuskan mencari lowongan pekerjaan lain lewat HP nya.
“Dari pada pikiranku kemana-mana sebaiknya aku gunakan waktuku untuk mencari pekerjaan sementara saja ! ” Ardina mulai browsing di internet. Di zaman canggih seperti sekarang, dengan internet semuanya bisa di lakukan.
“Dapat,” Ardina langsung duduk dari perbaringannya. “Tapi apa tidak masalah ya aku bekerja menjadi office girl di Kingdom Company ? aku tidak pernah bekerja seperti itu ? tapi hanya ini lowongan pekerjaan yang ada, apalagi cuma pakai ijazah SMA, tidak mungkin aku memakai ijazah kedokteran ku untuk melamar lowongan ini ? aku coba saja dulu !” Ardina pun memantapkan hatinya untuk mengirimkan lamaran pekerjaan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
᪙ͤæ⃝᷍𝖒ᵗᵃʳⁱ♡⃝𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂᶬ⃝𝔣🌺
Waahhh bakal ketemu lagi nii si damar & ardina... 🤭🤭🤭
2022-04-05
0
Ibue Attayaabimanyu
ga masalah kerja sebagai ob,padahal lulusan kedokteran... dapet sih dapet kerjaan sebagai spesialis bedah,tapi kadang suka lama keterimanya... sedangkan dia skrg ngontrak,makan,jajan jg uang sendiri... pasti bingung buat kebutuhan sehari-hari.... temenku aja ada yg sudah jadi guru,karena pandemi cari sampingan jadi pedagang sayur... yg penting halal....😁😁😁
2020-11-30
4
Ayu Suena
kadang yg menghayal terlalu mengada2 ,wlo susah mencari kerja aneh aja klo lowongan yg di cari OG,secara sudah kerja jadi dokter
2020-11-11
0