Kehidupan Baru

Jakarta

Sebelum Ardina pergi dari rumahnya karena batal menikah, dia sudah mengirim surat pengunduran dirinya di rumah sakit tempatnya bekerja di Bandung dulu, ia pergi ke Jakarta dengan membawa semua ijazahnya, baju-baju hanya sedikit yang ia bawa. Bahkan ia juga mengganti nomor HP nya. Ia juga sudah mengirim lamaran pekerjaan di salah satu rumah sakit swasta terbesar di Jakarta. Selama di Jakarta ia akan tinggal di sebuah kontrakan kecil. Ia berharap rasa sakit hatinya akan segera sembuh agar dia bisa pulang.

Sambil menunggu panggilan wawancara terakhir ia mengisi hari-harinya dengan jalan-jalan menyusuri daerah-daerah yang bagus di Jakarta, ia merasa perlu beradaptasi dengan lingkungan barunya. Terutama malam ini, malam ini adalah malam minggu, ia berniat akan pergi ke pasar malam yang tidak jauh dari kontrakannya. Di pasar malam, ia ingin menghibur diri dengan uji nyali masuk ke permainan rumah hantu.

Ardina begitu gembira dan terhibur ketika masuk ke permainan itu. Di tengah kegembiraannya ia terkejut tiba-tiba kobaran api masuk ke permainan rumah hantu itu. Ternyata di malam yang indah ini malah terjadi hal yang begitu tidak di inginkan. Malam ini sebuah kejadian tragis tengah menggemparkan masyarakat sekitar pasar malam, pasar malam besar itu tiba-tiba saja terbakar. Kobaran apinya begitu besar membuat setiap pengunjung lari terbirit-birit untuk menyelamatkan diri masing-masing.

“Tolong…tolong….apa ada orang yang mau menolongku ! tolong….” teriak Ardina yang tengah ketakutan, gadis berusia 24 tahun ini sedang terjebak di permainan rumah hantu, ia tidak bisa keluar karena semua jalan keluar terblokir oleh api.

“Mama Papa, apa Ardina malam ini akan mati ? hiks…hiks…apa orang-orang rumah bakalan tau aku akan mati malam ini…hiks…hiks…sudah batal menikah, eh mati sia-sia ? kenapa hidupku begitu malang, hiks…” Ardina hanya bisa menangis.

Brak…

“Apa ada orang di dalam ?” teriak seorang pria.

“Ada orang mas, aku disini !” Ardina senang ada orang yang mau menolongnya.

“Jangan bergerak sedikitpun sebelum aku sampai di situ ! hati-hati api makin besar !” teriaknya lagi.

“Iya mas…” teriak Ardina.

Pria itu dengan hati-hati melewati kobaran api. Dengan memanfaatkan celah-celah kecil, sedikit demi sedikit dia berjalan ke arah Ardina. Sampai akhirnya dia tiba juga di dekat Ardina.

“Kamu jangan menangis ! sudah dewasa kok masih menangis ?”

“Terima kasih mas sudah mau datang menolong aku ?” Ardina masih menangis.

“Teriakan kamu itu kencang sekali sampai terdengar dari luar rumah hantu ini ! untung aku masih punya hati buat menyelamatkan kamu, ayo pegang tanganku ! jangan sampai salah langkah ! sedikit saja kita lengah dari api, kita berdua akan mati terpanggang di sini, aku tidak mau ya mati malam ini, besok aku mau nikah,” ucap pria itu yang tidak lain adalah Damar.

“Aku juga tidak mau mati mas…” Ardina masih menangis.

Damar pun menuntun Ardina pelan-pelan keluar dari permainan rumah hantu itu. Akhirnya mereka tiba juga di pintu keluar. Ardina masih bisa melihat bahwa orang-orang masih berlarian kesana kemari saking paniknya.

“Besar sekali ya mas apinya ? ayo kita keluar dari areal ini mas, kita berdua tidak boleh mati malam ini !” tanpa basa-basi lagi Ardina langsung menarik tangan Damar membawanya keluar dari pasar malam. Malam itu meskipun nyawanya hampir saja melayang namun Ardina begitu bahagia. Tanpa Damar sadari di tengah-tengah langkah lari mereka, Ardina tersenyum kearahnya. Akhirnya mereka berhasil keluar juga dari areal pasar malam yang terbakar.

Mereka berdua masih ngos-ngosan.

“Terima kasih ya mas sudah menyelamatkan saya ?” ucap Ardina.

“Sama-sama, aku mau pergi dulu, urusan kita sudah beres kan, kamu juga sudah aman sekarang, aku harus pulang, besok aku mau nikah,” Damar lalu pergi meninggalkan tempat itu.

“Mas namanya siapa ?” Ardina mengikuti Damar.

“Kamu tidak perlu tau namaku siapa karena setelah ini kita tidak akan ketemu lagi !” ucap Damar

“Tapi aku mau tau nama mas,” kata Ardina kekeh.

“Jangan mengikuti aku lagi ! sudah sana pergi !” Damar akhirnya sampai di dekat mobilnya. Dia mengusir paksa Ardina. Setelah masuk ke dalam mobilnya, iapun langsung meninggalkan tempat itu dengan menancap gas.

“Kalau kamu tidak mau memberi tau namamu maka aku yang akan cari tau sendiri…” teriak Ardina. Tentu saja teriakan itu tidak di dengar Damar karena mobil Damar sudah jauh.

“Terima kasih karena sudah menyelamatkan aku…” teriak Ardina lagi.

“Ternyata di Jakarta masih ada orang baik juga, aku kira penghuni di ibukota semuanya acuh dan saling tidak perduli, aku berhutang nyawa padanya, kalau aku sudah tau namanya, aku akan membayar hutangku itu,” ucap Ardina tersenyum.

Malam ini Ardina senang bisa lolos dari musibah, setelah memastikan mobil Damar sudah sangat jauh, Ardina pun pulang ke kontrakannya.

Damar yang malam ini iseng jalan-jalan ke pasar malam untuk membuang rasa geroginya karena besok akan menikah malah membuatnya marah-marah sendiri. Kejadian di pasar malam tadi membuatnya kesal. Bahkan di dalam mobilnya ia masih merasa kesal.

“Apes banget sih malam ini, harusnya kan aku senang-senang di pasar malam itu, eh malah hampir mati, ngapain juga aku berusaha menyelamatkan cewek itu, kayanya kadar kebaikanku banyak banget deh, coba kalo aku mati tadi pasti gak bisa nikah deh besok,” gumam Damar.

Drutt…drutt…

HP Damar berbunyi, di lihatnya di layar, ternyata Candra yang menelpon. Damar pun langsung mengangkatnya.

“Hallo Can ?” ucap Damar.

“Lo ada dimana sekarang ? gue ada di apartemen lo tapi lo gak ada, di rumah nyokap bokap lo juga gak ada, jangan bilang lo ada di rumah Marsha ? jangan bilang lo udah gak sabar malam pertama sama dia ?” ucap Candra dari seberang telpon.

“Sembarang banget sih lo ? gue cowok baik-baik woy, gue gak sebejat itu,” protes Damar. Kalau Damar berbicara dengan Candra pasti logat santainya tidak bisa ia tahan.

“Jangan ngaku jadi cowok baik-baik deh lo, kita berdua juga sama-sama tau kalo Marsha mau nikah sama lo karena lo paksa, hahaha,” ejek Candra.

“Jangan ngomong ngawur lo ! itu salah satu perjuangan gue buat mendapatkan dia,”

“Sama aja itu namanya memaksa, coba lo pikir deh, lo manfaatin perusahaan bokapnya yang hampir bangkrut, lo suntik dana 1 triliun dengan syarat Marsha harus mau nikah sama lo, apa coba namanya kalo gak memaksa ?”

“Itu karena gue suka sama dia, lo liat aja entar, gue bakal bikin dia klepek-klepek sama gue !”

“Emang lo bisa ? asal lo tau aja ya ! Marsha itu udah punya pacar, mana pacarnya lebih muda dari lo lagi, hahaha,” ejek Candra lagi.

“Gue bakal bikin dia lupa sama mantannya, udah deh, males gue denger ocehan lo, sebentar lagi gue bakalan sampai di apartemen nih !”

“Oke gue tunggu !”

“Iya iya bujang lapuk,” Damar langsung mematikan sambungan telpon sepihak.

Kata-kata terakhir Damar sebelum telpon tadi di tutup membuat Candra kesal.

“Mentang-mentang besok dia sudah punya istri dan aku masih jomblo sembarang saja mengatakan kalau aku bujang lapuk ? kalau bukan teman sekaligus atasan, sudah aku bejek-bejek tuh orang,” gerutu Candra.

Terpopuler

Comments

Deby Yulianty

Deby Yulianty

aq mmpir..

2021-09-15

0

Dimas Danurpangestu

Dimas Danurpangestu

aku juga mampir kesini krn abis baca cerita naina 😂😂, eeeeh akhirnya kecantool

2021-04-12

0

Eka Rosiyana

Eka Rosiyana

aku dah baca 2x woy tp masuh seneng bacanya

2020-12-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!