Bab 5 - Sarapan

"Bisakah kau menginap?"

Mendengar seseorang yang sedang berbicara di belakangnya, Zendaya segera berbalik. Saat ini dia sedang memasakkan bubur untuk Sky. "Kenapa?" tanya Zendaya dengan tangan yang masih mengaduk bubur di panci.

"Sky cukup rewel jika sedang sakit," jawab Sean yang masih menyandar pada dinding dapur. Zendaya mengangguk paham. Jangan tanya bagaimana perasaannya saat ini. Tentu saja sangat bahagia.

"Aku membelikanmu baju ganti. Sepertinya kau terlihat tidak nyaman mengenakan dress itu," ujar Sean menelisik penampilan Zendaya dari atas sampai bawah.

Zendaya segera mematikan kompor dan ikut melihat penampilannya. Dress ketat di atas lutut, serta belahan dada yang rendah. Andaikan dia tau jika di panggil untuk merawat orang sakit, dia pasti tidak akan berpakaian seperti ini

"Terima kasih, Tuan," ucap Zendaya dan sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Tak perlu berterima kasih. Aku hanya tidak ingin anakku melihat penampilan vulgarmu itu," balas Sean lalu pergi dari dapur. Zendaya menghela nafas pelan dan mengambil mangkuk untuk menyajikan bubur. Sky harus segera minum obat agar besok keadaannya lebih baik.

Sampai kamar, Zendaya melihat Sean yang sedang menyandar pada headboard dengan tangan yang memegang iPad. Kaca mata baca bertengger apik di atas hidung mancungnya. Sebelumnya Zendaya sudah berganti pakaian di dapur sebelum memasuki kamar.

Dia mendekat dan duduk di pinggir ranjang. Tangannya mengecek suhu tubuh anak di depannya itu, sangat panas. Tadi Zendaya sudah mengecek lewat termometer dan itu menunjukkan angka 39 derajat.

"Sky, makan bubur dulu yuk," ucap Zendaya dan menepuk pelan pipi lembut milik Sky. Si anak merasa terusik dan membuka matanya pelan.

"Mommy?!" ucapnya lemas saat melihat ada seorang wanita di hadapannya. Zendaya tersentak mendengar panggilan itu. Bahkan Sean yang masih terfokus pada iPadnya juga ikut menoleh.

"Makan bubur terus minum obat, yuk. Biar cepat sembuh," ucapnya lagi. Dia tidak mempunyai hak untuk menjawab panggilan itu. Apalagi di sini ada ayah kandungnya.

Sky menggeleng kecil. "No! Pahit!" lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Kedua orang dewasa di kamar itu hanya menggeleng dan tersenyum lembut. Kalian pasti sudah tau siapa yang tersenyum.

"Kalau Sky sudah sembuh. Aunty janji akan mengajak Sky bermain bersama," bujuk Zendaya agar Sky mau meminum obatnya. Hanya itu yang terlintas di pikirannya, masalah ijin dari ayahnya itu urusan terakhir. Yang penting anak ini sembuh terlebih dahulu.

Si anak seperti tergiur dengan tawaran itu. Terlihat dari kepala kecilnya yang menyembul dari balik selimut. "Benar? Aunty tidak berbohong?" tanya Sky hendak memastikan. Dia masih kecil, walaupun sedang sakit jika mendengar kata bermain sudah pasti tertarik.

"Tentu. Tapi Sky harus makan dan minum obat dulu," balas Zendaya dengan senyum manis. Sky langsung membawa tubuhnya untuk duduk dan menyandar di headboard seperti ayahnya.

"Sky akan makan dan minum obat agar bisa bermain lagi!" seru anak itu. Zendaya dengan telaten meniup dan menyuapkan bubur untuk Sky. Setelah mangkok di tangannya kosong, dia menaruhnya di atas nakas dan mengambil obat yang tadi di beli oleh Sean.

Obatnya dalam bentuk sirup, jadi lebih memudahkan anak kecil untuk meminumnya. Dan ini sama sekali tidak pahit. "Aaaaa" ujar Ayana agar Sky membuka mulutnya. Satu sendok penuh berisi sirup dengan perisa stroberi mendarat tepat di dalam mulut Sky.

Sky mengecap kembali rasa obat yang dia minum dan tampak berpikir. Zendaya yang melihat hal itu tertawa gemas. "Tidak pahit, kan?"

Anak itu menggeleng. "Tidak seperti obat dari Grandma," jawabnya. Zendaya mengelus rambut Sky dan berdiri dari duduknya.

"Sekarang Sky tidur kembali ya, agar besok Sky bisa bermain dan beraktivitas seperti biasanya," ucap Zendaya lembut. Sky mengangguk lalu kembali berbaring dan menutup matanya. Setelah memastikan Sky sudah benar-benar tidur, Zendaya keluar dari kamar untuk membawa mangkuk kotor ke dapur.

Entah Zendaya sadar atau tidak, satu orang lagi yang berada di kamar itu melihat semua perlakuan dirinya kepada anaknya. Merasa sedikit aneh karena anaknya dengan mudah menerima wanita yang baru di lihatnya itu.

Sudah cukup lama Zendaya tidak kembali ke kamar. Setelah selesai mencuci piring, dia langsung menuju ruang tamu dan duduk di sana. Dia sedang tidak bermimpi kan? batinnya. Perbuatannya ini tidak salah kan?

"Kenapa tidak tidur?" tanya Sean yang langsung membuyarkan lamunan Zendaya.

Zendaya menegakkan tubuhnya dan tersenyum tipis. "Sebentar lagi," balasnya. Sean duduk di sofa depan Zendaya dan menyilangkan kakinya. Hanya keheningan yang menemani keduanya di malam yang sudah larut itu.

"Maaf jika Saya sedikit lancang. Kalau boleh tau, di mana ibunya Sky?" akhirnya pertanyaan yang sedari tadi tertahan di tenggorokannya keluar juga.

Sean menatap Zendaya tajam. Ups! Sepertinya Zendaya salah langkah. "Tak perlu Anda jawab. Saya tau ini urusan pribadi Anda," ucap Zendaya di iringi senyum dan berdiri dari duduknya.

"Kalau Anda tidak membutuhkan Saya lagi, Saya akan pergi beristirahat. Permisi," ujar Zendaya dan segera berlalu dari hadapan Sean. Dia sebenarnya sudah tau jawabannya. Hanya saja dia ingin memastikan hal itu benar atau tidak.

Baru tiga langkah, Sean bersuara. "Sudah tidak ada," ujarnya datar. Zendaya yang membelakangi pria itu tersenyum tipis dan berbalik.

"Terima kasih atas jawabannya. Jangan tidur terlalu larut." Kemudian dia melanjutkan langkahnya menuju kamar tamu. Sepertinya, "Tuannya" itu tidak membutuhkan jasanya malam ini. Jadi dia akan lansung tidur.

...****************...

Pagi harinya, Zendaya sudah berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Sean, tak lupa juga bubur untuk Sky.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sean yang sudah berada di belakang Zendaya. Pria itu sudah berpakaian rapi dengan setelan kantornya.

"Saya hanya menyiapkan sarapan. Maaf jika saya kembali lancang," jawabnya pelan. Dia memang belum meminta ijin untuk menggunakan dapur.

"Lain kali tidak perlu. Aku bisa menyiapkan sarapan sendiri," jawab Sean tetapi tetap duduk di ruang makan.

"Baik, Tuan!" balas Zendaya. Dia segera menyajikan sarapan yang dia buat untuk "Tuannya" itu. Zendaya kembali ke dapur untuk melanjutkan membuat bubur agar ketika Sky bangun, buburnya sudah matang.

"Bisakah kau menjaga Sky hari ini? Kau tidak ada pekerjaan lain kan?" ucap Sean setelah menelan makanannya.

"Tidak masalah. Saya akan menjaga Sky," jawab Zendaya. Bukankah dia sudah berjanji untuk menemani Sky bermain hari ini?

"Baiklah. Aku usahakan pulang cepat," setelah mengatakan itu, Sean berdiri dari duduknya untuk segera berangkat ke kantor.

Sebelum pria itu melangkah pergi, dia kembali menatap Zendaya yang masih berdiri di depan kompor. "Masakanmu enak. Terima kasih," ucapnya lalu pergi begitu saja.

Zendaya yang mendengarnya tersenyum tipis. Ini sudah cukup untuknya. Dia tidak boleh berharap lebih. Ah! Dia hampir lupa untuk meminta ijin kepada pihak sekolah jika dia tidak bisa mengajar hari ini.

Hari ini akan dia habiskan untuk menemani Sky bermain agar anak itu senang. Sky juga pernah berkata jika dia bermain sendiri di rumah kan? Semoga saja dengan kehadirannya di sini bisa sedikit mengurangi rasa sedih Sky perihal ibunya.

Zendaya juga tidak pernah melakukan hal ini kan? Bukankah ini kesempatan bagus untuknya?

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Chai Kim

Chai Kim

ceritanya seru lanjutkan dong

2024-03-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Permulaan
2 Bab 2 - Pingsan
3 Bab 3 - Pesan singkat
4 Bab 4 - Sakit
5 Bab 5 - Sarapan
6 Bab 6 - Sky
7 Bab 7 - Rasa
8 Bab 8 - Yang Sebenarnya
9 Bab 9 - Pura-pura
10 Bab 10 - Makan Malam
11 Bab 11 - Taktik
12 Bab 12 - Ruang Tamu
13 Bab 13 - Club Malam
14 Bab 14 - Kegilaan Sean
15 Bab 15 - Lupakan
16 Bab 16 - Permintaan
17 Bab 17 - Dejavu
18 Bab 18 - Miss You
19 Bab 19 - Adik Sean
20 Bab 20 - Bajingan
21 Bab 21 - Pagi hari
22 Bab 22 - Amarah Sean
23 Bab 23 - Kerinduan
24 Bab 24 - Kembali
25 Bab 25 - Rumah sakit
26 Bab 26 - Berakhir
27 Bab 27 - ?
28 Bab 28 - Mr. and Mrs. Jerens
29 Bab 29 - Club malam 2
30 Bab 30 - Terjadi lagi
31 Bab 31 - "Anak kita"
32 Bab 32 - Pemeriksaan
33 Bab 33 - Rencana Pernikahan
34 Bab 34 - Sekolah
35 Bab 35 - Curiga
36 Bab 36 - Membutuhkan Ketenangan
37 Bab 37 - Semoga
38 Bab 38 - Siapa?
39 Bab 39 - Kebahagiaan sesaat
40 Bab 40 - A
41 Bab 41 - Anak
42 Bab 42 - 99%
43 Bab 43 - Impas
44 Bab 44 - Kehidupan baru
45 Bab 45 - Pergi
46 Bab 46 - Halang rintang
47 Bab 47 - Pertemuan
48 Bab 48 - A&A
49 Bab 49 - Titik terang
50 Bab 50 - Mungkin?
51 Bab 51 - Meminta izin
52 Bab 52 - Melihat
53 Bab 53 - Foto lama
54 Bab 54 - Poin penting
55 Bab 55 - Dokter Ricky
56 Bab 56 - Berdoa
57 Bab 57 - Tamparan
58 Bab 58 - Flashback
59 Bab 59 - Hipnoterapis
60 Bab 60 - Tugas Sean
61 Bab 61 - Keluarga
62 Bab 62 - Ulang tahun ke-11
63 Bab 63 - Sean Jerensky
64 Bab 64 - Bunga Pernikahan
65 Bab 65 - Parasit
66 Bab 66 - Sedikit demi sedikit
67 Bab 67 - Cafe
68 Bab 68 - Mimpi
69 Bab 69 - Pengganggu
70 Bab 70 - Malam itu
71 Bab 71 - Akhirnya bertemu
72 Bab 72 - Selamat datang Sean Jerensky
73 Bab 73 - Sayang semuanya
74 Bab 74 - Miliknya yang paling berharga
75 Bab 75 - ??
76 Bab 76 - Obsesi tak berdasar
77 Bab 77 - Aera
78 Bab 78 - Masih belum mampu
79 Bab 79 - Lokasi
80 Bab 80 - Akhir dari sumber kesakitan
81 Bab 81 - Selamat menempuh hidup baru
82 Bab 82 - Aku dan Rahasiaku
83 Bab 83 - Kebahagiaan yang sempurna (END)
84 Cerita baru - JINGGA SWASTAMITA
85 Cerita Baru - Bukan Pilihan Gila
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Bab 1 - Permulaan
2
Bab 2 - Pingsan
3
Bab 3 - Pesan singkat
4
Bab 4 - Sakit
5
Bab 5 - Sarapan
6
Bab 6 - Sky
7
Bab 7 - Rasa
8
Bab 8 - Yang Sebenarnya
9
Bab 9 - Pura-pura
10
Bab 10 - Makan Malam
11
Bab 11 - Taktik
12
Bab 12 - Ruang Tamu
13
Bab 13 - Club Malam
14
Bab 14 - Kegilaan Sean
15
Bab 15 - Lupakan
16
Bab 16 - Permintaan
17
Bab 17 - Dejavu
18
Bab 18 - Miss You
19
Bab 19 - Adik Sean
20
Bab 20 - Bajingan
21
Bab 21 - Pagi hari
22
Bab 22 - Amarah Sean
23
Bab 23 - Kerinduan
24
Bab 24 - Kembali
25
Bab 25 - Rumah sakit
26
Bab 26 - Berakhir
27
Bab 27 - ?
28
Bab 28 - Mr. and Mrs. Jerens
29
Bab 29 - Club malam 2
30
Bab 30 - Terjadi lagi
31
Bab 31 - "Anak kita"
32
Bab 32 - Pemeriksaan
33
Bab 33 - Rencana Pernikahan
34
Bab 34 - Sekolah
35
Bab 35 - Curiga
36
Bab 36 - Membutuhkan Ketenangan
37
Bab 37 - Semoga
38
Bab 38 - Siapa?
39
Bab 39 - Kebahagiaan sesaat
40
Bab 40 - A
41
Bab 41 - Anak
42
Bab 42 - 99%
43
Bab 43 - Impas
44
Bab 44 - Kehidupan baru
45
Bab 45 - Pergi
46
Bab 46 - Halang rintang
47
Bab 47 - Pertemuan
48
Bab 48 - A&A
49
Bab 49 - Titik terang
50
Bab 50 - Mungkin?
51
Bab 51 - Meminta izin
52
Bab 52 - Melihat
53
Bab 53 - Foto lama
54
Bab 54 - Poin penting
55
Bab 55 - Dokter Ricky
56
Bab 56 - Berdoa
57
Bab 57 - Tamparan
58
Bab 58 - Flashback
59
Bab 59 - Hipnoterapis
60
Bab 60 - Tugas Sean
61
Bab 61 - Keluarga
62
Bab 62 - Ulang tahun ke-11
63
Bab 63 - Sean Jerensky
64
Bab 64 - Bunga Pernikahan
65
Bab 65 - Parasit
66
Bab 66 - Sedikit demi sedikit
67
Bab 67 - Cafe
68
Bab 68 - Mimpi
69
Bab 69 - Pengganggu
70
Bab 70 - Malam itu
71
Bab 71 - Akhirnya bertemu
72
Bab 72 - Selamat datang Sean Jerensky
73
Bab 73 - Sayang semuanya
74
Bab 74 - Miliknya yang paling berharga
75
Bab 75 - ??
76
Bab 76 - Obsesi tak berdasar
77
Bab 77 - Aera
78
Bab 78 - Masih belum mampu
79
Bab 79 - Lokasi
80
Bab 80 - Akhir dari sumber kesakitan
81
Bab 81 - Selamat menempuh hidup baru
82
Bab 82 - Aku dan Rahasiaku
83
Bab 83 - Kebahagiaan yang sempurna (END)
84
Cerita baru - JINGGA SWASTAMITA
85
Cerita Baru - Bukan Pilihan Gila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!