"Bisakah kau menginap?"
Mendengar seseorang yang sedang berbicara di belakangnya, Zendaya segera berbalik. Saat ini dia sedang memasakkan bubur untuk Sky. "Kenapa?" tanya Zendaya dengan tangan yang masih mengaduk bubur di panci.
"Sky cukup rewel jika sedang sakit," jawab Sean yang masih menyandar pada dinding dapur. Zendaya mengangguk paham. Jangan tanya bagaimana perasaannya saat ini. Tentu saja sangat bahagia.
"Aku membelikanmu baju ganti. Sepertinya kau terlihat tidak nyaman mengenakan dress itu," ujar Sean menelisik penampilan Zendaya dari atas sampai bawah.
Zendaya segera mematikan kompor dan ikut melihat penampilannya. Dress ketat di atas lutut, serta belahan dada yang rendah. Andaikan dia tau jika di panggil untuk merawat orang sakit, dia pasti tidak akan berpakaian seperti ini
"Terima kasih, Tuan," ucap Zendaya dan sedikit membungkukkan tubuhnya.
"Tak perlu berterima kasih. Aku hanya tidak ingin anakku melihat penampilan vulgarmu itu," balas Sean lalu pergi dari dapur. Zendaya menghela nafas pelan dan mengambil mangkuk untuk menyajikan bubur. Sky harus segera minum obat agar besok keadaannya lebih baik.
Sampai kamar, Zendaya melihat Sean yang sedang menyandar pada headboard dengan tangan yang memegang iPad. Kaca mata baca bertengger apik di atas hidung mancungnya. Sebelumnya Zendaya sudah berganti pakaian di dapur sebelum memasuki kamar.
Dia mendekat dan duduk di pinggir ranjang. Tangannya mengecek suhu tubuh anak di depannya itu, sangat panas. Tadi Zendaya sudah mengecek lewat termometer dan itu menunjukkan angka 39 derajat.
"Sky, makan bubur dulu yuk," ucap Zendaya dan menepuk pelan pipi lembut milik Sky. Si anak merasa terusik dan membuka matanya pelan.
"Mommy?!" ucapnya lemas saat melihat ada seorang wanita di hadapannya. Zendaya tersentak mendengar panggilan itu. Bahkan Sean yang masih terfokus pada iPadnya juga ikut menoleh.
"Makan bubur terus minum obat, yuk. Biar cepat sembuh," ucapnya lagi. Dia tidak mempunyai hak untuk menjawab panggilan itu. Apalagi di sini ada ayah kandungnya.
Sky menggeleng kecil. "No! Pahit!" lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Kedua orang dewasa di kamar itu hanya menggeleng dan tersenyum lembut. Kalian pasti sudah tau siapa yang tersenyum.
"Kalau Sky sudah sembuh. Aunty janji akan mengajak Sky bermain bersama," bujuk Zendaya agar Sky mau meminum obatnya. Hanya itu yang terlintas di pikirannya, masalah ijin dari ayahnya itu urusan terakhir. Yang penting anak ini sembuh terlebih dahulu.
Si anak seperti tergiur dengan tawaran itu. Terlihat dari kepala kecilnya yang menyembul dari balik selimut. "Benar? Aunty tidak berbohong?" tanya Sky hendak memastikan. Dia masih kecil, walaupun sedang sakit jika mendengar kata bermain sudah pasti tertarik.
"Tentu. Tapi Sky harus makan dan minum obat dulu," balas Zendaya dengan senyum manis. Sky langsung membawa tubuhnya untuk duduk dan menyandar di headboard seperti ayahnya.
"Sky akan makan dan minum obat agar bisa bermain lagi!" seru anak itu. Zendaya dengan telaten meniup dan menyuapkan bubur untuk Sky. Setelah mangkok di tangannya kosong, dia menaruhnya di atas nakas dan mengambil obat yang tadi di beli oleh Sean.
Obatnya dalam bentuk sirup, jadi lebih memudahkan anak kecil untuk meminumnya. Dan ini sama sekali tidak pahit. "Aaaaa" ujar Ayana agar Sky membuka mulutnya. Satu sendok penuh berisi sirup dengan perisa stroberi mendarat tepat di dalam mulut Sky.
Sky mengecap kembali rasa obat yang dia minum dan tampak berpikir. Zendaya yang melihat hal itu tertawa gemas. "Tidak pahit, kan?"
Anak itu menggeleng. "Tidak seperti obat dari Grandma," jawabnya. Zendaya mengelus rambut Sky dan berdiri dari duduknya.
"Sekarang Sky tidur kembali ya, agar besok Sky bisa bermain dan beraktivitas seperti biasanya," ucap Zendaya lembut. Sky mengangguk lalu kembali berbaring dan menutup matanya. Setelah memastikan Sky sudah benar-benar tidur, Zendaya keluar dari kamar untuk membawa mangkuk kotor ke dapur.
Entah Zendaya sadar atau tidak, satu orang lagi yang berada di kamar itu melihat semua perlakuan dirinya kepada anaknya. Merasa sedikit aneh karena anaknya dengan mudah menerima wanita yang baru di lihatnya itu.
Sudah cukup lama Zendaya tidak kembali ke kamar. Setelah selesai mencuci piring, dia langsung menuju ruang tamu dan duduk di sana. Dia sedang tidak bermimpi kan? batinnya. Perbuatannya ini tidak salah kan?
"Kenapa tidak tidur?" tanya Sean yang langsung membuyarkan lamunan Zendaya.
Zendaya menegakkan tubuhnya dan tersenyum tipis. "Sebentar lagi," balasnya. Sean duduk di sofa depan Zendaya dan menyilangkan kakinya. Hanya keheningan yang menemani keduanya di malam yang sudah larut itu.
"Maaf jika Saya sedikit lancang. Kalau boleh tau, di mana ibunya Sky?" akhirnya pertanyaan yang sedari tadi tertahan di tenggorokannya keluar juga.
Sean menatap Zendaya tajam. Ups! Sepertinya Zendaya salah langkah. "Tak perlu Anda jawab. Saya tau ini urusan pribadi Anda," ucap Zendaya di iringi senyum dan berdiri dari duduknya.
"Kalau Anda tidak membutuhkan Saya lagi, Saya akan pergi beristirahat. Permisi," ujar Zendaya dan segera berlalu dari hadapan Sean. Dia sebenarnya sudah tau jawabannya. Hanya saja dia ingin memastikan hal itu benar atau tidak.
Baru tiga langkah, Sean bersuara. "Sudah tidak ada," ujarnya datar. Zendaya yang membelakangi pria itu tersenyum tipis dan berbalik.
"Terima kasih atas jawabannya. Jangan tidur terlalu larut." Kemudian dia melanjutkan langkahnya menuju kamar tamu. Sepertinya, "Tuannya" itu tidak membutuhkan jasanya malam ini. Jadi dia akan lansung tidur.
...****************...
Pagi harinya, Zendaya sudah berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Sean, tak lupa juga bubur untuk Sky.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Sean yang sudah berada di belakang Zendaya. Pria itu sudah berpakaian rapi dengan setelan kantornya.
"Saya hanya menyiapkan sarapan. Maaf jika saya kembali lancang," jawabnya pelan. Dia memang belum meminta ijin untuk menggunakan dapur.
"Lain kali tidak perlu. Aku bisa menyiapkan sarapan sendiri," jawab Sean tetapi tetap duduk di ruang makan.
"Baik, Tuan!" balas Zendaya. Dia segera menyajikan sarapan yang dia buat untuk "Tuannya" itu. Zendaya kembali ke dapur untuk melanjutkan membuat bubur agar ketika Sky bangun, buburnya sudah matang.
"Bisakah kau menjaga Sky hari ini? Kau tidak ada pekerjaan lain kan?" ucap Sean setelah menelan makanannya.
"Tidak masalah. Saya akan menjaga Sky," jawab Zendaya. Bukankah dia sudah berjanji untuk menemani Sky bermain hari ini?
"Baiklah. Aku usahakan pulang cepat," setelah mengatakan itu, Sean berdiri dari duduknya untuk segera berangkat ke kantor.
Sebelum pria itu melangkah pergi, dia kembali menatap Zendaya yang masih berdiri di depan kompor. "Masakanmu enak. Terima kasih," ucapnya lalu pergi begitu saja.
Zendaya yang mendengarnya tersenyum tipis. Ini sudah cukup untuknya. Dia tidak boleh berharap lebih. Ah! Dia hampir lupa untuk meminta ijin kepada pihak sekolah jika dia tidak bisa mengajar hari ini.
Hari ini akan dia habiskan untuk menemani Sky bermain agar anak itu senang. Sky juga pernah berkata jika dia bermain sendiri di rumah kan? Semoga saja dengan kehadirannya di sini bisa sedikit mengurangi rasa sedih Sky perihal ibunya.
Zendaya juga tidak pernah melakukan hal ini kan? Bukankah ini kesempatan bagus untuknya?
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Chai Kim
ceritanya seru lanjutkan dong
2024-03-09
1