بسم الله الرحمن الرحيم
▪︎▪︎▪︎
Pagi hari hari, Ustadz Azmi terkejut. Ia melihat bercak darah bercampur cairan di seprei putih. Lalu ia mendekat ke arah Dea. Ia tidak membangunkan Dea saat solat subuh, karena semalam Dea kelelahan.
"Adek ...Dek..."
"Hmm, masih ngantuk mas."
"Dek bangun dulu sayang, mas mau bertanya." Ustadz Azmi mengelus lembut pipi Dea.
"Tanya apa?" Dea bangun dari tidurnya, membiarkan ustadz Azmi mengelus pipinya.
"Ini pengalaman pertama Adek, kenapa gak bilang sama mas? Apa sakit?" tanya ustadz Azmi khawatir.
"Ihh, mas apa-apaan sih? Aku tuh sering datang ke club malam, tapi aku hanya minum doang. Aku masih menjaga kehormatan aku." Sewot Dea.
"Maafkan mas ya. Mana yang sakit? Apa perlu ke dokter?"
"Gak perlu, hanya semalam aku merasa sakit dan perih. Tapi aku malu kalau nangis, lagian aku yang minta duluan. Jadi gak masalah," Dea tersenyum malu. Kejadian semalam selalu berputar di kepala nya.
"Makasih sayang, sudah menjadikan mas orang yang pertama. Ini juga pengalaman pertama bagi mas," ustadz Azmi mencium kening Dea.
Dea mengangguk, "Iya. Apa mas pernah berpacaran?"
"Gak pernah Dek."
"Tapi mas pernah suka pada seseorang kan?" tanya Dea memastikan.
"Gak ada sayang, mas selalu sibuk mengajar di perantren. Lagian gak boleh juga pacaran, mas maunya pacaran setelah menikah. Seperti ini." Jawab ustadz Azmi.
"Oh, jadi mas guru. Tapi kok bisa punya rumah?"
"Mas nabung Dek, untuk membeli rumah. Mas punya rezeki juga, kalau Adek mau membeli apa mas turutin."
Dea menggeleng, lalu ia menatap wajah ustadz Azmi. "Aku masih punya uang kok. Aku mau mandi dulu."
Dea masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan ustadz Azmi mengganti seprei, dan memberekan barang-barang Dea.
"Mas kenapa baju aku gak di bawah?" tanya Dea melototkan matanya.
"Mas udah siapin banyak baju sama jilbab di rumah, jadi baju Adek tinggal di sini saja. Untuk sekarang, Adek pakai baju yang sudah mas siapkan di atas ranjang." Jawab ustadz Azmi.
"Aku gerah pakai baju kegian mas," teriak Dea.
"Adek, sekarang itu istri mas. Semua ini demi kebaikan Adek juga," ustadz Azmi menghampiri Dea. Yang masih menggunakan handuk.
"Aku gak mau pakai baju ini," Dea membuang muka.
Ustadz Azmi mengambil baju itu dan menyerahkan pada istrinya. "Pakai dulu Dek, pasti akan terbiasa."
Dea menarik kasar baju itu dari tangan ustadz Azmi. Dan berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
"Dek jangan marah ya, mas sudah membersihkan semua barang-barang Adek." Ucap ustadz Azmi melihat istrinya, keluar kamar mandi.
"Hm. Ayo keluar, bawain koper aku." Pinta Dea.
"Tunggu Dek, pake jilbab dulu. Sini biar mas pakein."
Dea memutar bola matanya malas, dengan berat hati ia mendekat ke arah ustadz Azmi.
Ustadz Azmi memakaikan jilbab pasmina pada sang istri. Sesekali ia tersenyum ada rasa lucu, dan juga senang. Ia yakin sedikit demi sedikit Dea akan terbiasa.
"Nah, kalau ke gini Adek tambah cantik." ustadz Azmi tersenyum lebar. Hingga lesung pipinya terlehat jelas.
"Wah ternyata mas punya lesung pipi ya?" Dea menyentuh pipi ustadz Azmi.
"Iya, Adek baru sadar ternyata." Ustadz Azmi memegang tangan Dea, yang menyentu pipinya.
Dea menarik tangannya, lalu ia menatap penampilannya di cermin.
"Tau dari mana cara memakai jilbab?" tanya Dea heran.
"Dari Yuli." Jawab ustadz Azmi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
IKA 🌹SSC🌷💋plf
sabar sabar sabar ustadz suami
2020-10-10
0
Edi Reaki
apa Sry edi
2020-08-03
2