"Akhirnya kau datang juga ya, setelah sekian lama aku menunggu mu." Ucap pria itu, dia pria yang menawarkan Mika untuk bergabung dengannya. Pria itu bernama Ryan.
"Paman ini jangan lebay, baru 2 tahun yang lalu paman menawariku." Jawab Mika dengan kesal, lalu dia melihat ke kanan kirinya, dia merasa heran melihat rumah Ryan yang begitu rapi dan bersih meskipun nuansanya gelap dan menyeramkan.
"Mika apa yang membawa mu untuk mau menerima tawaran ku?" Tanya Ryan.
"Aku kesal melihat pria menyebalkan itu terlihat senang hidupnya, sedangkan aku....dia merengut semua yang aku miliki." Jawab Mika dengan kesal. Ryan hanya tersenyum mendengarnya.
"Paman sebenarnya paman ini siapa sih?" Mika dengan heran.
"Aku? aku adalah detektif yang menangani kasus kakak mu dulu." Jawab Ryan. Mika membelakan matanya dengan terkejut.
"Aku merasa ganjal dengan kasus ini sejak dulu, dan aku yakin bukan kakak mu yang melakukannya," Ryan dengan sedih.
"Lalu kenapa paman tidak mengatakan itu ke semua orang? sekarang dimana kakakku? kenapa aku tidak boleh melihat kakak ku sendiri?" Mika dengan kesal.
"Aku tahu kau kesal dan marah dengan kita, tapi kita terlalu lemah untuk melawan mereka, dan kakak mu, dia berada di penjara khusus, bahkan aku sendiri tidak boleh menemuinya." Ryan dengan sedih, Mika mengepalkan tangannya dengan kesal.
"Lalu paman aku ingin berbuat apa?" Mika dengan nada dingin.
"Aku ingin kau masuk ke rumah itu, dan selidiki ada apa di balik keluarga itu. Hanya kau yang bisa masuk, karena mereka sudah mengenal wajah para polisi disini." Jelas Ryan.
"Baiklah." Mika dengan penuh kepercayaan. Ryan sontak terkejut mendengar jawaban Mika yang secepat itu tanpa berpikir panjang.
"Kau yakin?" Ryan dengan heran.
"Akan aku lakukan apapun itu untuk menyelamatkan kakak ku." Jawabnya.
"Tapi apa paman yakin mereka tidak akan mengenaliku? ayahku dulu kerja di sana juga." Ucap Mika.
"Kita ubah identitasmu." Ryan.
Mika mulai bekerja di rumah keluarga itu, dia bekerja sebagai petugas kebersihan disana, meskipun tugas itu tidak cocok dengannya tapi mau bagaimana lagi, hanya pekerjaan itu yang sedang dibutuhkan sekarang. Mika merubah namanya menjadi Mia, dan tidak ada satupun orang yang mengenalnya sekarang.
Hari ini Mika mulai membersihkan kandang kuda di belakang rumah keluarga itu, "Ih...kenapa mereka tidak bilang kalau membersihkan kandang sih kerjaanku," Geramnya dengan kesal. Meskipun dia kesal tapi dia tetap membersihkannya tanpa merasa jijik, "Kenapa aku tidak jijik ya melihat ini, apa karena aku sudah bersahabat dengan sesuatu yang kotor," Gumam Mika dengan heran.
"Kamu anak baru ya?" Tanya seorang laki-laki berusia 21 tahun itu, dia bernama Vano, dia adalah anak ketiga dari keluarga ini. Tapi Mika tidak tahu jika dia adalah anak dari majikannya.
"Iya kenapa?" Tanyanya dengan nada ketus.
Vano hanya tersenyum, dia sekarang yakin jika memang Mika adalah anak baru di sini, "Aku peringatkan ya, kebanyakan orang yang menempati posisi mu sekarang banyak yang keluar." Vano.
"Kenapa begitu?" Mika dengan heran.
"Mereka tidak tahan dengan kandang hewan, kau pikir hanya ini saja yang harus kau bersihkan? di sana banyak kandang kucing, anjing, dan ada kolam kura-kura juga." Jelas Vano.
"Sebenarnya ini rumah apa kebun binatang sih," Sahut Mika dengan kesal. Vano hanya tersenyum melihat keluhan Mika, "Sampai ketemu lagi," Ucapnya lalu dia pergi, Mika menatap Vano dengan tatapan kesal, "Sok kenal banget tu orang," Gumamnya dengan kesal
Setelah selesai membereskan semua kerjaannya, Mika beristirahat di dapur sambil minum, dia lelah harus bertempur dengan para kotoran hewan-hewan itu. Lalu dia melihat pria yang ada di TV itu sedang naik ke tangga, dia adalah Van Nico, CEO baru itu. Mika menatapnya dengan tatapan tajam, dan dia tersenyum bisa bertemu dengan orang yang dia incar selama ini.
"Oe nona," Panggil pembantu itu.
"Iya?" Mika sambil tersenyum ramah.
"Kenapa anda minum disini? ada dapur khusus para pekerja di sana." Ucap pembantu itu.
"Astaga maaf maaf saya baru disini, saya tidak tahu maafkan saya." Ucap Mika sambil menundukkan kepalanya. Pembantu itu terlihat kesal dengannya, dia ingin memakinya tapi Vano datang.
"Tuan ada yang anda butuhkan?" Pembantu itu. Vano melihat Mika yang terlihat ketakutan itu karena kesalahannya. "Tidak, biarkan saja dia anak baru." Ucap Vano. Mika mendongak ke Vano dengan tatapan heran, dan dia baru paham jika orang di depannya ini juga bosnya karena pembantu itu memanggilnya tuan.
"Kau bosku juga?" Tanya Mika dengan heran, Vano hanya diam dan terkejut karena baru kali ini ada yang bicara tidak sopan dengannya.
"Mia." Bentak pembantu itu. Mika langsung menundukkan kepalanya lagi.
Vano hanya terkekeh melihat tingkah Mika yang lucu baginya, "Biarkan saja bi. Iya aku anak ketiga keluarga ini." Vano sambil tersenyum.
Kenapa auranya berbeda dengan pria tadi, orang ini lebih hangat. (Batin Mika)
"Vano!" Panggil Van dengan nada marah. Dia berjalan ke arah mereka, dan pembantu itu langsung menundukkan kepalanya tapi tidak dengan Mika, Mika ingin melihat dengan jelas wajah orang yang membuat keluarganya hancur itu. Van menoleh ke Mika dengan tatapan kesal karena dia merasa tidak dihormati oleh bawahannya. Tapi itu tidak penting, urusan dia dengan adiknya sekarang.
"Ada apa kak?" Vano.
"Sampai kapan kau akan mempermalukan ku?" Tanya Van dengan nada datar. Vano hanya diam dan dia menundukkan kepalanya.
"Bukankah aku bilang kau harus juara 1, kenapa susah sekali ngomong sama anak bodoh seperti mu?" Van dengan kesal, Mika menoleh ke Vano dengan kesal karena Vano hanya diam saat kakaknya meremehkan dirinya.
"Maaf aku kurang latihan kak," Vano dengan sedih.
"Ikut aku!" Lalu Van pergi naik ke lantai atas lagi dan Vano mengikutinya.
"Kemana mereka?" Gumam Mika dengan heran.
"Tuan Vano akan terluka lagi...." Pembantu itu dengan sedih lalu dia pergi. Mika sama sekali tidak paham dengan perkataan pembantu itu, tapi karena itu bukan urusannya dia segera pergi dari dapur ini.
Malam harinya.
Mika pergi ke rumah Ryan untuk melaporkan semua yang dia lihat di rumah itu. "Anak pertamanya bernama Van, kedua aku belum tahu, tapi yang ketiga bernama Vano. Yang aku lihat si Van sangat berkuasa di rumah itu, dan aku tidak melihat orang tua mereka, aku pikir orang tua mereka tidak tinggal di rumah itu, mungkin saja di luar negeri." Jelas Mika.
Ryan mengangguk mengerti, "Akan aku cari jejak orang tuanya pergi, aku juga penasaran dimana mereka berdua."
"Paman," Panggil Mika dengan nada sedih. Ryan menoleh ke Mika.
"Tidak ada cara ya untuk bertemu dengan kakakku? aku hanya ingin tahu keadaannya sekarang." Tanya Mika dengan nada sedih.
Ryan menatap Mika dengan tatapan sedih, dia juga merasa kasihan melihat adik kecil Lanzo ini yang begitu menderita sampai tidak bisa bertemu dengan kakaknya sendiri.
"Maaf, aku tidak bisa. Aku juga penasaran bagaimana keadaan Lanzo sekarang." Ryan dengan sedih. Mika hanya menghela nafas dengan sedih.
Setelah melaporkan itu, Mika pamit untuk pulang ke rumah. Dia terlihat sedih di sepanjang perjalanannya karena dia sangat merindukan kakaknya itu. Sampai di depan gerbang kos, tiba-tiba Felix menyentil kening Mika.
"Aduh sakit tauk," Omel Mika dengan kesal. Felix hanya diam dan menatap Mika dengan kesal.
"Kau kenapa berhenti kerja di supermarket? kerja apa sampai pulang malam begini?" Felix dengan kesal. Mika menghela nafas dengan kesal karena Felix yang selalu saja mengomelinya, "Aku lagi cari kerja," Jawabnya dengan kesal.
"Terus kenapa kok baru pulang?" Felix.
"Ya itu aku cari kerja, lagian itu kan suka-suka aku mau pulang malam atau subuh. Aku ini sudah 20 tahun kenapa kakak memperlakukanku kayak anak kecil terus sih," Omel Mika dengan kesal.
"Bagaimana bisa aku membiarkan mu begitu saja, meskipun kau sudah 20 tahun tapi kau ini masih anak-anak di mataku." Felix. Mika hanya diam dan tidak menjawab apapun karena percuma saja dia menjelaskan apapun ke Felix, itu tidak mempan untuk Felix.
"Ayolah Mika, tinggal saja dengan kakak. Kenapa kau selalu menolak saat kakak mengajak mu tinggal di rumah kakak?" Felix dengan heran.
Jika Mika tinggal di rumah Felix, dia tidak bisa bebas. Justru Felix akan lebih protektif ke dirinya, untuk itu dia memutuskan tinggal sendirian agar dia bebas melakukan apa yang dia inginkan. "Aku tidak mau merepotkan kakak, kakak pulang lah aku mau tidur." Ucap Mika lalu dia masuk ke dalam kosnya. Felix hanya menghela nafas dengan sedih.
Mika masuk ke kosnya, dan dia melihat foto keluarganya yang dia pajang di meja samping ranjangnya itu. Dia mengusap foto kakaknya itu, dan air matanya mengalir saat mengingat kejadian yang menyebabkan kakaknya menderita dan ayahnya juga. "Kak Lanzo...ayah... Tunggulah sebentar...akan aku pastikan mereka semua berlutut di depan ku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments