Pagi hari Dama dan Aluna bersiap-siap dengan terburu-buru karena mereka bangun kesiangan.
“Mau sarapan apa? Kamu biasanya sarapan pakai apa? Roti dan telur mau, yang cepat?” tanya Aluna yang ingin menyiapkan sarapan untuk suaminya.
“Langsung berangkat saja, Lun, takut kesiangan. Nanti aku pesankan makanan di kafe kantor, jawab Dama sembari merapikan pakaiannya.
Tak sabar dengan Aluna yang sedikit lamban, Dama membantu membawakan tas dan beberapa map berkas milik Aluna ke dalam mobil.
Sementara Aluna berusaha menyembunyikan senyumnya melihat aksi manis suaminya.
###
Sampai kantor, Dama sempat mengusap punggung Aluna sebagai kode perpisahan karena mereka harus bekerja di meja masing-masing. Meski mereka berada dalam 1 ruangan, namun meja kerja mereka cukup jauh. Tanpa sepatah kata pun, Aluna berjalan menuju meja kerjanya dengan usaha yang keras untuk tak tersenyum-senyum sendiri bak orang gila.
Aluna sengaja memandangi Dama yang sedang berjalan menuju mejanya. Disusul salah seorang rekan kerja wanita di belakangnya. Wanita yang diketahui bernama Dea itu memanggil Dama dan tampak menawarkan bekal makanan yang dibawanya. Aksi Dea membuat para karyawan yang memperhatikan mereka tampak akward. Bagaimana bisa, Dea berlaku demikian seperti sebelum Dama menikah, padahal istrinya ada di ruangan yang sama.
Dama sontak melihat Aluna yang juga sedang menatapnya. Seketika Aluna mengalihkan pandangannya dan mulai mengeluarkan berkas-berkas pekerjaannya. Melihat tatapan tak suka dari Aluna, Dama menghampiri meja istrinya itu sambil membawakan makanan dari Dea.
“Kebetulan kita memang belum sarapan tadi pagi, jadi biar Aluna saja yang makan. Aku mau pesan roti dan kopi di kafe,” ujar Dama pada Dea sembari memberikan makanannya pada Aluna kemudian tersenyum.
Tak pikir panjang, Aluna langsung membuka dan memakannya.
“Terima kasih ya Dea, ini makanan favoritku. Dagingnya empuk lagi, bumbunya juga pas tidak terlalu asin. Boleh lah besok-besok dibawakan lagi makanan ini biar aku sarapan di kantor aja,” sahut Aluna membuat wajah Dea memerah menahan malu dan amarah.
Sontak seisi ruangan bergemuruh melihat kejadian menggelitik pagi ini.
Dama pun tersenyum melihat Aluna dan tak tahan untuk mencubit gemas pipi istrinya yang tembem itu.
“Eh, jaga jarak saat di kantor! Kenapa, heran ya aku bisa ikutan tengil sepertimu?” sahut Aluna menampik tangan Dama.
###
Hingga jam makan siang tiba, Anggun yang sedari tadi mengajak Aluna ke kantin, tetap ditolaknya. Hal itu lantaran Aluna belum merasa lapar. Ia meminta Anggun untuk makan siang sendiri.
Sementara itu, Dama yang tengah bersama Yogi dan Dea yang sedang melewati meja Aluna, sengaja berhenti di depan meja Aluna dan meminta kedua temannya untuk berjalan lebih dahulu.
“Tidak makan siang?” tanya Dama penuh tanya.
Aluna menggeleng tanpa melihat ke arah Dama. “Tidak usah sok peduli, kemarin-kemarin juga cuek. Ingat, jaga jarak!”
Mendengar jawaban ketus Aluna, Dama tampak berpikir ada salah apa dirinya pada Aluna. Namun, belum sempat Dama kembali berucap, Aluna segera memintanya untuk pergi. Karena tak ingin menjadi pusat perhatian di ruangan kerjanya, Dama menuruti perintah Aluna untuk meninggalkannya.
Seakan termakan oleh amarahnya sendiri, Aluna mulai merasa kelaparan. Ia kemudian mengirim pesan pada Anggun untuk membawakannya makanan dari kantin. Namun sayang, Anggun sudah kembali dari kantin dan sedang berjalan menuju ruangan.
Tak lama, Anggun mendatangi Aluna untuk kembali ke mejanya dengan mimik muka kesal akan tingkah temannya itu yang tak meminta tolong sedari tadi saat dirinya masih berada di kantin.
Tiba-tiba, seorang meletakkan bungkusan makanan di meja Aluna.
“Kalau lambung kamu kumat, aku yang repot,” ujar Dama sembari berjalan menuju meja kerjanya meninggalkan Aluna.
Anggun menggoda aksi Dama tersebut pada Aluna.
Sementara itu, saat Dama sudah tiba di mejanya, Yogi sempat menanyakan kembali kapan ia akan mengurus pengajuan pencairan dana masa tua.
“Nanti dulu lah Yog, biar tidak ketahuan. Masak baru menikah langsung pengajuan. Minggu depan aja,” ucap Dama penuh pertimbangan.
###
“Kenapa ketus sekali?” Dama membuka percakapannya saat mereka berada di mobil menuju ke rumah.
Aluna menengok sebentar ke arah Dama, kemudian kembali menatap lurus ke depan. Rasanya ia tak ingin membahas masalah makan siang, namun ia juga tak tahan menahan kesesalannya. Ia pun mulai memprotes aksi suaminya itu.
“Pertama, aku bisa terima kalau kamu mau jaga jarak di kantor demi profesionalitas kerja, tapi masak iya di luar jam kantor kamu juga tetap begitu. Malah parahnya, kamu makan siang sama Dea juga. Aku, istri kamu sendiri, dicuekin. Kedua, aku baru tahu kalau dulu Dea sering bawakan kamu bekal, seolah dia lebih tahu makanan kesukaan kamu. Lagi pula, Dea itu suka sama kamu, kelihatan dari sikapnya. Udah tahu gitu, bukannya jaga jarak sama dia, malah jaga jaraknya sama aku!”
Dama hanya diam sembari membentuk sudut bibirnya. Ia tak ingin menyahut protes Aluna. Ia sengaja membiarkan Aluna mengungkapkan isi hatinya dan menunggu Aluna selesai bicara.
“Masak begitu aja kamu marah sih, Lun? Aku makan siang juga bukan hanya berdua ‘kan? Ada Yogi juga. Aku juga tidak merasa cuek sama kamu, aku pikir kamu tahu maksudku agar kita menjaga jarak di kantor. Lagi pula, sekedar makan siang sama teman kerja juga hal yang lumrah, Lun,” jelas Dama santai yang tak meredakan kekesalan Aluna.
Mereka berdua terdiam sepanjang jalan hingga sampai rumah.
“Kamu sebenarnya marah karena apa? Karena cemburu sama Dea, atau karena kamu maunya sama aku terus?” tanya Dama sembari mengunci pintu rumah.
“Kamu cemburu? Iya?” tanya Dama sekali lagi dengan nada menggoda hingga membuat Aluna salah tingkah dan masuk kamar.
Melihat Aluna yang tak menjawab pertanyaannya, Dama mengejar Aluna.
“Kalaupun Dea suka sama aku, tapi dari dulu aku tidak pernah ada rasa sama Dea, kita juga cuma teman. Anak-anak kantor ‘kan biasa suka iseng menjodoh-jodohkan temannya. Tapi setelah tahu kita menikah, hilang juga suara mereka,” lanjut Dama.
Melihat Aluna yang masih tak bergeming, Dama semakin gemas ingin menggoda istrinya itu. “Kalau cemburu bilang, jangan marah tak jelas. Cie.”
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments