episode 2

Celin memiliki sebuah cafe kecil di pinggiran kota, kafe itu ia bangun saat menginjak umur 21 tahun.

"ma kayaknya aku gak bisa lama deh di rumah nenek kan celin harus urus kafe," ucap celin membuyarkan lamunan mamanya.

"gak papa yang penting mama mau disana dulu,"

"ma, celin boleh gak, gak usah nikah?"

Pertanyaan celin harusnya biasa saja namun karena suasana hati mamanya sedang kacau, hal itu membuat retno makin marah. Di tambah hujan dan petir yang menyambar nyambar di luar mobil mereka membuat suasana makin tegang.

"keluar kamu, mama aja yang nyetir,"

"ma kenapa sih kan aku cuma tanya. Aku..."

"keluar celin!" retno makin murka melihat wajah tak berdosa celin.

Alhasil di tengah guyuran hujan, mereka berdua basah kuyup karena bertengkar di trotoar. Celin tak bisa berhenti menangis, ia juga menyesal kenapa menanyakan hal tak wajar pada mamanya.

"harusnya kamu gak usah lahir ke dunia! mama nyesel lahirin anak iblis kayak kamu,"

satu tamparan mendarat di pipi mulus celin, ia tak bisa berhenti menangis karena mamanya selalu mengeluarkan kata kata pedih dari mulutnya.

"aku kan gak minta di lahirin ma," celin menangis memeluk kaki mamanya.

"hidup kamu gak bakalan bener kamu sama aja kayak kakak kamu cuma bisa jadi pelacur!!!" sentak mama celin sebelum pergi meninggalkan celin di pinggir jalan.

celin hanya duduk dan menangis di bawah guyuran hujan melihat mobil miliknya perlahan menjauhi dirinya.

"di pikir enak apa hidup sendiri? Dasar anak muda, se takut apapun pada pernikahan tapi lebih menakutkan hidup sendiri," retno melihat dari sepion, ia harus memberi pelajaran pada celin. Ia tak mau gagal lagi, ia lebih baik di katakan jahat daripada melihat anaknya kembali menjadi orang yang gagal.

...----------------...

Celin berjalan kembali ke cafe miliknya, hal pertama yang ia lihat adalah teman sekolahnya yang duduk di pojok ruangan dengan laptop dan secangkir kopi di depannya.

"bima?" ucap lirih celin saat melihat temannya. Lebih tepatnya pria yang ia sukai saat duduk di bangku sma.

Dengan cepat celin masuk ke dalam kamar pribadinya dan berganti baju, tak lupa ia mengeringkan rambutnya.

Celin keluar namun ia sudah tak melihat bima, bahkan di parkiran juga sudah tak ada.

"ika, cowok yang tadi disini udah pergi dari tadi?" tanya celin pada pegawainya.

"waduh gak liatin mbak, ada apa emangnya?" tanya ika bingung.

"temenku itu, lain kali kalau dateng lagi bilang ya. Aku ada perlu sama dia," ucap celin kembali masuk ke dalam kamar.

"ohh temennya mungkin mau ngomongin kalau mau nikah, gak tau deh,"

Celin selalu menggunakan aku-kamu saat bersama orang orang terdekatnya. Namun ia akan menggunakan kata lo-gue kepada teman temannya.

...----------------...

Malamnya celin masih di cafe membantu ika dan rahmat.

"mbak celin jadinya nikah tanggal berapa? Katanya desember tanggal berapa mbak pastinya?" tanya ika sambil membuat kopi.

"aku gak jadi nikah," jawaban celin membuat ika dan rahmat diam.

"devan selingkuh, jadi aku gak mau nikah. Aku batalin aja daripada aku harus maafin dia," lanjut celin.

"selingkuh? Sama siapa mbak? Cantik orangnya? Cantikan juga pasti mbak celin, udahlah kaya, pinter lagi kok bisa di selingkuhin. Aku kalau jadi mas devan ya gak akan berpaling kalau calon istri ku secantik mbak celin," ucap rahmat menggebu gebu.

Celin tersenyum mendengar kalimat dari rahmat, "bukan jodohnya kali, lagian selingkuhannya aku kenal deket,"

"siapa mbak? Temen mbak celin? Yang mana? Mbak tasya? Mbak mina? Atau mbak agnes?" tanya ika yang paham dengan beberapa teman teman celin.

"mbak emma," jawab celin mantap.

Ika dan rahmat langsung kaget, bahkan kopi yang di buat ika sampai tumpah.

"gak usah kaget bener ik katamu, kamu pernah bilang kan kalau devan sama mbak emma itu ada yang aneh? Ternyata beneran, tadi pagi aku pergokin mereka lagi hb di kamarnya mbak emma. Kupikir mas doni udah pulang ternyata pas denger suaranya, ternyata suara calon suami ku," jelas celin, matanya kembali memerah menahan tangis.

"ini mbak," rahmat menyodorkan tisu saat melihat mata celin yang sudah berkaca-kaca.

"mbak gak salah? Mungkin salah denger," lanjut rahmat.

"aku pengennya juga gitu mat, aku yang salah denger. Tapi tadi pas mas doni pulang dari surabaya aku liat sendiri pake mataku kalau di kamar mbak emma itu ada calon suamiku yang juga sama sama telanjang,"

ika tak kuat, air matanya ikut menetes. Ia menganggap celin seperti kakak kandungnya, celin sangat baik dan tegas. Mereka juga sangat dekat bahkan tak jarang ika selalu menceritakan keluh kesah keluarganya pada celin, begitu juga dengan celin karena mereka berdua saling percaya.

"mbak celin yang sabar ya, terus mas doni gimana?" tanya ika penasaran.

"mas doni gugat cerai mbak emma, pernikahan ku di batalin. Mama juga pergi ke rumah nenek, oh yaa aku belum denger kalau mantan calon suamiku minta maaf. Tadi ku denger mereka main lagi waktu aku mau pergi,"

"udah mbak beneran mbak gak usah lagi galauin mas devan, mas devan kan juga gak ada apa apanya to?" ucap rahmat.

"iya mat lagian gak sama dia aku juga tetep banyak duit haha. Yang bikin sedih itu, kok bisa mbak emma yang rusak hubungan ku. Aku kan adiknya to? Apa bukan? Kok bisa tega? Terus devan juga kok mau sama istri orang," ucap celin lirih.

"mbak kalau tabiatnya suka selingkuh dan haus wanita, mau liat kambing di kasih baju juga di gas mbak," ucap rahmat membuat celin tersenyum.

"mbak itu bukannya cowok yang tadi di cariin mbak celin," tunjuk ika pada pria yang baru saja turun dari mobil.

"ehh iya, itu cinta pertama ku loh waktu sma. Ganteng kan?"

"lah ini ada yang ganteng kenapa malah mau sama mas devan yang mukanya kayak silverman,"

"biasa kan cinta itu buta," ucap celin melihat bima yang berjalan ke arah bartender.

"americano 1," ucap bima masih fokus pada ponselnya.

"iya mas bisa di tunggu di meja," ucap ika.

"lo bima ya?" tanya celin ragu. Pasalnya dulu saat sma ia tak dekat dengan bima bisa di katakan ia diam diam menyukai bima. Di tambah lagi bima juga mengenal celin dari agnes teman celin.

Bima mendongak saat namanya di sebut, "eh celin ya? Temennya agnes?"

"iya sekarang lo dimana?" tanya celin.

"dimana?" tanya bima bingung.

"maksud gue, lo kerja dimana?" jelas celin.

"gue buka WO.... Oh ya nama lo celin siapa? Celine gabriella itu nama lo? Ada di daftar wo gue, lo nikah sama siapa?" bima menatap lekat celine.

Celine kaget, ia langsung menarik bima untuk duduk di bangku.

"bim tolongin gue!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!