Presdir Ketus 05

Ciara menutup wajahnya sendiri dengan kedua telapak tangannya saat sudah duduk di kursi kemuda. Dia menggelengkan kepala. Bukan hanya itu, sekarang dia bahkan menepuk kepalanya berkali-kali.

" Bodoh ... bodoh ... bodoh, kenapa bisa salah sangka gitu. Untung aku nggak di maki-maki sama itu orang. Eeh tapi bentar, kok orang tadi mirip banget sama Pak Akhza ya. Bukan, bukan mirip lagi. Tapi itu memang Pak Akhza. Eeh tapi nggak mungkin, Pak Akhza tuh orangnya lembut nggak begitu. Aish sudahlah terserah. Untung tuh orang nggak marah-marah."

Bruuum

Ciara mengemudikan mobilnya agar segera sampai rumah. Ia harus segera membuat design yang akan ia serahkan besok. Tadi rencana pembuatan design gagal karena dirinya yang salah paham terhadap seorang pria. Tentu malam ini Ciara harus membayarnya.

" Sayang, kok baru pulang?" tanya Laila, ibu dari Ciara.

" Iya Ma, tadi mampir bentar ke suatu tempat," jawab Ciara sambil mencium punggung tangan wanita yang sudah melahirkannya. Ciara langsung masuk ke kamar. Ada sebuah rasa yang tidak bisa Laila jelaskan saat ini ketika melihat sang putri.

" Mas, apa kita mencarikan jodoh untuk Ciara saja? Mengenalkan putra teman-temanmu mungkin," usul Laila tiba-tiba kepada suaminya.

Septian Prasojo--ayah dari Ciara itu langsung menggeleng cepat. Dia tidak ingin melakukan hal semacam itu. Perjodohan, tidak ada dalam kamusnya. Ia ingin Ciara menikah dnegan pilihannya sendiri.

" Mas, bukan yang langsung minta Ciara buat nikah. Maksud aku tuh lebih kayak berkenalan aja gitu lho," ralat Laila.

" Eehm, boleh lah kalau begitu. Oh iya, akhir pekan akan ada undangan acara makan malam para pengusaha. Sepertinya kita bisa membawa Ciara," sahut Septian.

Laila tersenyum senang, dia bukannya ingin cepat-cepat menikah. Hanya saja sebagai seorang ibu, Laila merasa sedikit cemas dengan keadaan Ciara sekarang. Menurut Laila, Ciara hanya berpura-pura tegar mengalami patah hati yang dialami. Padahal sejatinya, Ciara sudah tidak memikirkan hal yang lalu. Dia sungguh-sungguh menikmati masa sendirinya itu.

Di kamar, setelah membersihkan badan dan menjalankan kewajiban ibadahnya, Ciara mulai membuka laptopnya untuk mulai melakukan pekerjaan. Tapi tiba-tiba dia terhenti saat berhasil menorehkan sebuah garis di lembar kosongnya.

" Bentar, kata Pak Akhza itu kantor untuk adiknya. Lha adiknya ini laki apa perempuan. Kalau bikin dua design waaah gila ya nggak bisa inu waktunya meskipun aku harus nglembur sampe pagi. Kecuali gambar mentahannya."

Akhirnya Ciara memutuskan untuk membuat gambar mentah saja. Itu sebagai jaga-jaga mengenai gender adik sang CEO. Ia akan menyempurnakannya nanti setelah tahu.

" Tapi asli deh itu cowok siapa? Terus kok mukanya bisa plek ketiplek sama Pak Akhza. Apa itu adalah salah satu dari 7 kembaran manusia di dunia. Aah bodo amat lah, lha napa malah keinget sama tuh cowok."

Sedangkan itu, di tempat berbeda yakni di kamarnya, Abra sedikit terpikirkan soal wanita yang tadi memegang tangannya. ia sedikit merasa aneh. mengapa dengan wanita itu dia tidak mual. Apa ini hanya kebetulan atau memang ada sesuatu yang lain.

" Duh, siapa ya dia. Aish, kok malah kepikiran sih. Ini seharusnya aku mikir kapan ke rumah sakit buat periksa kan."

Abra bergumam pelan, ia berusaha mengacuhkan pikirannya tentang Ciara, wanita yang tadi menganggapnya ingin bunuh diri. Abra menghubungi Nataya dan bertanya siapa sekiranya dokter yang menangani soal ini. Dokter yang disebutkan Nataya bernama bernama dr. Faizal Dewandaru.

" Jadi besok aku langsung kesana begitu dan bilang mau ketemu dr. Faizal?" tegas Abra.

" Nggak bisa juga sih Ra. Beliau sekarang lagi cuti. Seminggu lagi baru pulang hehehe," seloroh Nataya di seberang sana.

" Kampret, nggak usah ngomong deh Nat kalau gitu. Ane kagak jadi periksa, bodo amat!" kesal Abra

Tuuuuut

Abra langsung memutus panggilan teleponnya. Ia kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Entahlah, dia merasa tidak harus memeriksakan dirinya. Biar saja lah, begitu lah yang dipikirkan oleh Abra. Tidak bisa berdekatan dengan wanita, itu mungkin bagus. Dia bisa terus berbakti kepada kedua orang tuanya.

" Persetan dengan itu semua. Yang penting kalau deket mommy, ana, kakak ipar, kagak begitu dah. Sama ponakan-ponakan juga kagak. Dah lah nggak usah mikirin sesuatu yang tidak penting, huft."

Ucapan tidak sesuai dnegan hati. Itulah yang saat ini dirasakan oleh Abra. Dalam hatinya dia sebenarnya risau dnegan apa yang terjadi terhadap dirinya. Alergi wanita, bukankah itu sesuatu yang sangat aneh?

🍀🍀🍀

Di sebuah kafe beberapa wanita sedang berkumpul. Mereka terlihat begitu serius membahas akan suatu hal. Salah satu mata wanita itu berbinar mendengar nama pria yang begitu diidamkan disebut.

" Abra, gila! Gue dari dulu suka banget sama itu cowok. Wanti, lo serius kerja sama dia?" sosor Belinda. Dia sangat penasaran saat Wanti menyebut nama Abra.

Sedangkan Wanti, ia hanya bisa mengerutkan kedua alisnya. Mengapa Belinda bisa tahu soal sang bos? Ia berteman dengan Belinda belum lama ini. Mereka sama-sama bertemu saat menonton Bioskop. Mereka daling bertukar nomor ponsel dan akhirnya sering pergi bersama.

Baru kali ini Wanti bercerita mengenai sang bos. Itu pun karena Wanti saking kesalnya akan ulah atasannya tersebut. Dan, Wanti tidak pernah tahu jika Belinda mengenal Abra.

" Kamu kenal sama Pak Abra? Abra Ishan Abinawa?" tegas Wanti.

" He em, gue pernah satu SMA dulu sama dia. Udah lama banget gue suka sama Abra," terang Belinda. Wanita bertubuh seksi dengan pakaian sedikit ketat itu terlihat senyum-senyum sendiri saat mengingat Abra. Meskipun Abra dan Akhza kembar tapi bagi Belinda Abra selalu lebih menggoda. Tampilan cuek, ketus dan juga slengean sungguh membuat orang penasaran.

" Bel, woi, jangan senyam-senyum sendiri!" Tukas Wanti sambil menggerakkan tangannya di depan wajah Belinda.

" Aaah sorry, gue cuma keinget dia aja. Kalau dilihat di media sosial dan layar kaca, tambah ganteng sih. Gie yakin kalau lihat aslinya pasti lebih macho."

Wanti hanya menggelengkan kepalanya melihat ulah sang teman. Terlebih saat Belinda tiba-tiba meminta sesuatu hal yang membuat hampi tersedak cappucino ice yang baru ditenggaknya.

" Bell, jangan gila deh! Yang bener aja permintaanmu itu."

TBC

Terpopuler

Comments

Rita

Rita

anda termasuk virus

2024-12-30

0

Wati_esha

Wati_esha

Tq update nya.

2024-02-29

0

Wati_esha

Wati_esha

Padahal orang tuamu mengkhawatirkan keadaan dirimu, Abra.

2024-02-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!