Nataya masih tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Abra. Hingga pria itu menjelaskan kronologi dan apa yang ia alami selama ini, dimana kejadian yang hampir mirip membuatnya mengalami hal seperti itu.
" Jadi maksudmu, setiap kali kamu bersentuhan dengan wanita, kamu akan mengalami mual dan muntah? Begitu kah?" tegas Nataya memastikan.
" Iya Nat, tapi anehnya wanita-wanita di sekeliling kita enggak. Mommy, Anna, dan kakak ipar nggak masuk hitungan lah ya. Tapi seperti istrimu, sepupuku, mama mu, dan wanita di sekitar kita tuh aku nggak merasakan hal yang seperti ini. Hanya terhadap wanita asing atau wanita yang tidak dekat yang berusaha menggodaku dengan tatapan mesum mereka. Hiih, langsung merinding bulu kudukku dan perutku langsung bergejolak."
Nataya kini paham. Sepertinya Abra harus berkonsultasi dengan ahlinya. Nataya adalah dokter spesialis bedah anah, jadi dia tentu tidak menguasai tentang hal ini. Tapi sedikit tahu dia mengerti.
" Ra, jika aku boleh bilang, mungkin kamu terkena OCD. Obsessive compulsive disorder atau yang biasa dikenal dengan sebutan OCD adalah masalah mental yang membuat pengidapnya melakukan suatu tindakan tertentu secara berulang-ulang. Ada dua jenis OCD yakni Obsesif dan Kompulsif. Dan kamu sepertinya masuk yang Obsesif, salah satu gejalanya yakni merasa takut secara berlebihan terhadap kontaminasi kuman, virus, atau kotoran ( Cc :www.siloamhospitals.com ) Kamu menganggap bersentuhan dengan wanita itu seperti terkontaminasi terhadap sebuah virus jadi kamu merasa mual. Tapi semuanya itu perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut."
Abra sedikit syok dengan penjelasan dari Nataya. Tapi memang seperti itulah yang dia rasakan. Entah mulai kapan Abra sendiri lupa atau lebih tepatnya tidak tahu. Tapi yang jelas parah adalah saat dia mulai masuk ke perusahaan.
" Ra, ini harus diobati juga. Kalua tidak, bagaimana kamu bisa menikah nanti." Ucapan Nataya jelas penuh dengan kekhawatiran. Diantara mereka hanya Abra yang belum menikah. Ini membuat teman-teman se-circle mereka khawatir juga. Apalagi Nataya sekarang tahu kondisi Abra yang begini.
" Nat rahasiakan ini. Kamu dokter kan, maka rahasiakan apa yang terjadi padaku. Siapapun tidak boleh tahu terutama Mommy dan Ayah. Aah siapapun itu tidak boleh tahu. Aku akan mengatasinya sendiri. Aku akan mencari obatku sendiri. Aku yakin aku bisa melakukan dan mendapatkannya," pinta Abra terhadap Nataya.
Dokter muda itu hanya bisa bernafas kasar. Jika si pasien sudah mengatakan itu maka tentu benar, sebagai seorang dokter dia tidak bis membocorkan rahasia pasien. Itu bagian dari kode etik.
Namun Nataya mencoba percaya terhadap Abra. Temannya itu pasti akan bisa melawati ini semua. Nataya menepuk pelan punggung Abra. Ia kemudian pamit untuk pulang.
Selepas Nataya pergi, Abra mengusap wajahnya kasar. Sekarang dia berpikir apa yang harus ia lakukan. Melawan atau membiarkan OCD nya itu terus berkembang. Abra benar-benar harus memikirkan juga resiko yang akan terjadi. Semua akan ada pengorbanan di dalamnya.
" Hiiih tapi aku ogah ya kalau deket-deket sama wanita modelan begitu. Paha diumbar keman-mana, itu gunung juga di buka-buka. Hiiih ngebayangin aja udah bikin aku merinding gini."
Abra benar-benar bergidik saat membayangkan model wanita yang seperti itu. Bahkan perutnya mulai bergejolak. Ia lalu mencoba mengalihkan pikirannya dan itu sedikit berhasil sehingga perutnya tidak lagi mual.
🍀🍀🍀
Jam pulang kerja akhirnya tiba. Ciara hari itu belum banyak melakukan apapun. Dia masih sekedar melihat luas lantai yang akan di gunakan sebagai kantor dan pertemuan. Ia juga tengah mengira-ngira apa saja yang akan dibuat di sana.
Sedikit banyak Ciara sudah memahaminya, ini jelas memudahkan dirinya untuk mulai membuat rancangan design. Ia tidak ingin buru-buru pulang. Ciara ingin pergi dulu ke sebuah biasanya ia akan melakukan itu saat hendak memulai membuat design. Tidak lupa dia membawa laptop nya karena itu adalah alat utama untuk bekerja.
Pantai Ancol menjadi pilihan Ciara. Ia duduk di salah satu bangku yang ada di sana. Menjelang sore begini tidak banyak orang yang datang. Jadi dia sedikit lebih bebas menikmati matahari terbenam. Senja menjadi waktu favorit Ciara setiap dia punya keluh kesah terhadap apapun. Saat mencari ide, dia juga berada di tempat itu.
" Arghhhhh!!! Kenapa harus gue!!! Kenapa gue harus kayak gini!!"
Ciara mengerutkan alisnya saat ia mendengar teriakan seseorang. Baru saja dia mau membuka laptopnya akhirnya ia tutup lagi. Bukan karena terganggu dengan suara itu, Ciara malah penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang yang baru saja berteriak.
" Kenapa tuh orang, pantau dulu aja," gumam Ciara lirih. Entahlah, dia begitu penasaran. Padahal biasanya dia acuh jika ada orang asing yang berbuat sesuatu. Tapi apa yang dilakukan oleh orang ini lumayan menarik perhatian Ciara.
" Kenapa sih harus kayak gini. Kan gue cuma nunda buat nikah, kok ya malah dikasih acara alergi. Mana ada alerginya, alergi cewek. Aneh nggak sih. Berasa jadi tokoh utama pria di novel online milik Tante Hasna, huft."
Ciara jelas tidak bisa mendengar gerutuan Abra. Ya, pria yang berteriak itu adalah Abra. Suara deburan ombak jelas lebih mendominasi. Ia masih terus mengawasi pergerakan Abra.
Merasa ada yang aneh, Ciara memasukkan laptopnya ke dalam tas. Ia lalu berjalan lebih cepat untuk mendekati Abra.
" Jangan-jangan tuh orang mau bunuh diri lagi," ucap Ciara sambil sedikit berlari menghampiri Abra. Mengapa dia melakukan itu, karena Ciara melihat Abra yang tadinya berdiri di pantai mulai berjalan ke arah laut. Seketika Ciara panik, ia benar-benar takut pria di depannya itu bunuh diri.
" Woii, mundur. Bahaya!"
" Hei, kamu! Jangan melakukan hal bodoh!"
Teriakan Ciara tampaknya tidak bisa di dengar oleh Abra. Kaki Abra mulai menyentuh air. Ciara meletakkan tas nya lalu berlari sekuat tenaga dan dia berhasil menarik tang Abra lalu membawanya mundur.
Kening Abra berkerut saat melihat ap ayang dilakukan Ciara. Tapi dirinya sama sekali tidak mengibaskan tangan Ciara.
" Hah ... hah ... hah, kamuh gilah yah. Punyah masalah hidup apah sampeh mauh bunuh dirih," ucap Ciara terbata. Dia masih terengah-engah mengatur nafasnya karena berlari dengan cepat tadi.
" He?? Siapa juga yang mau bunuh diri. Heh bocah kayaknya kamu kebanyakan nonton sinetron deh," sanggah Abra cepat.
Ciara jelas tercengang, dia lalu mendongakkan kepalanya untuk melihat waja pria yang masih ia genggam tangannya itu.
" Eeh, om. Bukannya om yang waktu itu tidak sengaja bertabrakan di rumah sakit itu ya. Terus kalau nggak mau bunuh diri ngapain jalan ke tengah begitu."
Tuk!
Abra menjentikkan jarinya di kening Ciara. Ia juga baru 'ngeh' Ciara adalah gadis yang memanggilnya Om saat pertama kali berjumpa.
" Please ya cewek, aku bukan om-om. Lagi pun aku cuma mau nikmati air laut. Kamu terlalu berpikir berlebihan anak muda."
Ciara menghela nafasnya penuh kelegaan karena apa yang dipikirkan bukan jadi yang sebenarnya. Ia lalu melepaskan tangannya dan mengambil tasnya yang tadi dia letakkan.
" Ya sudah om, saya mau pulang dulu," ucap Ciara sambil berlalu meninggalkan Abra yang masih berdiri di pantai.
" Woii, jangan panggil gue om!" teriak Abra kesal tapi tidak di gubris oleh Ciara. Wanita itu hanya mengangkat tangannya dan melambaikan kepada Abra tanpa berbalik melihat.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Rita
😅🤣🤣🤣🤣wahhh bkln ada adegan seru nih
2024-12-30
0
Rita
kan kan kan
2024-12-30
0
Nur Bahagia
ciara ingin pergi dulu ke sebuah... sebuah apa inihh 🤔😅
2024-10-26
0