Kediaman Joyodingingrat
Sita sedang mengeluh kepada sang suami atas perilaku salah satu putranya. Putra yang masih setia menjomblo padahal usianya sudah kepala tiga. Sita sungguh putus asa. Dia ingin sekali melihat satu anaknya itu segera menikah.
" Mas, apakah kita perlu menjodohkannya?" ucap Sita lesu.
" Wohoo sayang, jangan menyalahi prinsip yang sudah kita bangun selama ini. Kita tidak boleh mencampuri urusan cinta anak-anak kita. Kita hanya akan memberi nasihat, tapi tidak akan pernah mencarikan jodoh bagi mereka. Hayooo apa kamu lupa itu," ucap Rama panjang lebar mengingatkan sang istri.
Sita jelas masih ingat dan selalu ingat. Tapi, kondisi Abra baginya sudah mulai mendesak. Sejak masa masih muda Abra sama sekali tidak tertarik dengan wanita. Anak itu sama sekali tidak pernah bercerita tengah menyukai atau mendekati perempuan. Sita khawatir jika putranya itu memiliki orientasi sekss yang berbeda alias menyimpang.
" Mas aku hanya takut dia ... ."
" Hush, jangan bicara aneh-aneh. Abra normal tapi mungkin memang belum ketemu yang bisa menarik hatinya," potong Rama cepat.
Sita masih ingat betul bagaiman dulu Ana selalu marah-marah setiap pulang dari sekolah ataupun dari kampus. Anak perempuan satu-satunya itu akan bersungut-sungut karena setiap pulang ada aja barang yang dibawa. Barang-barang tersebut tentu adalah barang pemberian para wanita yang menyukai kedua kakak kembarnya.
Tapi Akhza dan Abra berbeda. Akhza kadang masih mau menerima jika itu bermanfaat, tapi Abra, dia sama sekali tidak. Ia akan menolak semua pemberian itu.
" Dulu aku ngidam apa ya mas kok yang satu bisa begitu?"
" Ha ha ha, banyak. Tengah malam minta sate lah, nasi padang lah, martabak lah. Adalah banyak."
Rama terkekeh geli. Masih jernih dalam ingatannya bagaimana istrinya itu mengidam saat hamil ketiga anak kembarnya. Padahal itu sudah lebih dari 30 tahun yang lalu.
" Mas, apa jangan-jangan Abra impoten seperti Akhza waktu awal-awal menikah dengan Airin?" tanya Sita tiba-tiba. ( Abra ini kembarannya ada 2 lagi ya guys. Akhza dan Ana. Urutannya adalah 1. Akhza, 2. Abra, dan 3. Ana )
" Wadooh itu aku nggak ngerti sayang. Apa perlu kita tanya kepada anak itu? Lagi pula kita belum kan bertanya ke dia kapan kira-kura akan menikah dan mengapa sampai sekarang tidak punya kekasih? Kita belum pernah bicara ini lebih dalam kepada anak itu. Kita akan cari waktu yang tepat," usul Rama.
Sita setuju dengan usul sang suami. Dan rupanya Tuhan memang berpihak kepada kedua orang tua itu. Tak berselang lama Abra pulang ke rumah. Tapi ada yang sedikit aneh di wajah pria itu. Ia tampak kusut dan bibirnya terus mengerucut.
" Aish, kenapa? Mana masuk nggak ngucapin salam lagi," sindir Sita.
" Eh maaf mom, yah. Lagi kesel asli deh. Masa ya, Abra di panggil om. Hellooo, Abra masih muda. Mana ganteng gini. Ya kali udah kayak om-om. Ngeselin emang tuh orang," sungut Abra.
Sita dan Rama yang tidak paham dengan ucapan sang putra hanya saling pandang. Dari nada suara Abra, jelas sudah bisa dipastikan bahwa dia sedang marah. Dalam kondisi saat ini Rama dan Sita memilih diam hingga Abra akan bercerita sendiri.
Setelah mencium tangan kedua orang tuanya, Abra segera menuju ke kamarnya. ia melihat sekeliling kamar lalau membuang nafasnya kasar.
" Sepertinya baru kemarin deh main di sini bareng. Ngumpul, bercanda, ngegosip, dan membuat sesuatu. Kak Ahza, Ana, dan Abang Kai, sekarang semuanya sudah pada pergi. Semua sudah punya keluarga masing-masing. Ana dibawa Topan suaminya, Kak Akhza bersama Airin. Abang Kai juga sudah hidup bersama Kak Kiran. Hanya tinggal aku. Rasanya aku ingin kembali ke masa itu. Masa-masa saat kami masih kecil. Masa-masa saat kami hanya tahu bermain dan membuat keisengan,lalu abang akan marah karena kami sedikit nakal. Abang akan bilang , "Triplet, awas ya, jangan buat mommy repot!" hahaha aku sungguh ingin kembali ke masa itu."
Tidak terasa air mata Abra luruh. Selama ini di kediaman Joyodiningrat, Abra lah yang tidak pernah menampilkan emosinya. Ia hanya akan mengeluarkan candaan jika ada sesuatu yang emosional. Namun, saat tengah sendiri begini ternyata pria ketus--begitulah orang-orang menjulukinya-- bisa juga bersikap sentimentil.
" Aku sungguh merindukan kalian," ucap Abra dengan dada yang sesak. Mungkin bisa dibilang, Abra itu adalah pria yang keras di luar tapi lembut di dalam.
🍀🍀🍀
Abra keluar dari kamar setelah selesai membereskan dirinya. Terlihat kedua orang tuanya yang duduk di ruang keluarga. lagi-lagi Abra merasa sentimentil. Ia mengingat bagaimana tempat itu biasanya ramai jika semuanya tengah berkumpul dan kali ini ia hanya melihat dua orang tuanya yang mulai renta.
Uban sudah mulai mendominasi rambut Rama dan Sita, hal itu membuat Abra merasa bahwa mungkin waktu kedua orang tuanya di dunia pun tidak akan lama lagi. Hampir saja air mata Abra menetes tapi secepatnya ia hapus.
" Lagi ngobrolin apa mom, yah?" tanya Abra sambil duduk diantara kedua orang tuanya. Ya Abra sedikit menggeser kaki Sita dan Rama agar ia bisa duduk ditengah-tengah.
Sita dan Rama saling memberi kode. Melalui tatapan, keduanya bertanya, kira-kira siapa yang akan memulai pembicaraan lebih dulu. Tapi akhirnya Sita pasrah, dia akan memulainya.
" Oh iya sayang, tadi kenapa pulang-pulang marah-marah?" selidik Sita.
" Ooh itu. Aah jadi inget. Jadi kan Abra kan nengokin Tante Hasna di rumah sakit. Naah ketemu sama cewek. Kita nggak sengaja tabrakan, masa dia bilang, maaf om, waah parah. Jelas Abra nggak terima lah dipanggil om," jelas Abra. Dia terlihat menggebu-gebu dan kedua orang tuanya hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Apalagi melihat ekspresi Abra saat bercerita.
" Mas, mas tuh emang udah tua. Usianya udah 32. Lha wong ponakan mas aja manggilnya udah om kan," ucap Sita memanggil Abra dengan sebutan yang biasa putri kembarnya ucapkan.
" Mom, nggak gitu juga lah. Ya jelas itu mah ponakan Abra. Lha ini wanita dewasa yang manggil Abra dengan sebutan Om."
Sita dan Rama terkekeh geli degan ulah sang putra. Usia memang sudah sangat matang, tapi lihatlah kelakuannya tak ubahnya seperti cucu-cucunya yang masih kecil.
" Oke Abra, mommy dan Ayah ingin bicara sesuatu kepada kamu. Begini, usiamu sudah 32 tahun, apa kamu tidak ada keinginan untuk menikah? Atau kamu sama sekali tidak ada hasrat dengan wanita? Apakah kamu punya gangguan reproduksi?"
" Mom!!!"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Rita
waahhh dah ketemu Ciara kayaky nih
2024-12-29
0
Dilan Febrian
lanjut up-nya kak.
2025-01-18
0
komalia komalia
si momy tega kali sama mas abra
2024-09-24
0