Presdir Ketus 03

Pertanyaan beruntun dari Sita dan ditambah lagi dari Rama membaut Abra memijit pangkal hidungnya. Ia bahkan semalaman pusing dibuat oleh kedua orang tuanya itu. Kini saat berada di ruangannya rasa pusing itu masih sangat terasa.

" Mas, jangan-jangan kamu nggak bisa berdiri ya?"

Pertanyaan frontal dari Rama membuat wajah Abra memerah. Miliknya jelas masih sangat normal, pagi hari secara alamiah miliknya juga berdiri. Hanya saja memang dia tidak merasakan sesuatu yang kata orang hasrat jika melihat wanita.

Mau seseksi apapun pakaian wanita yang berdiri di depannya, tidak akan menarik hasrat kelelakiannya. Apakah itu aneh? entahlah, Abra sendiri juga tidak tahu.

Pernah suatu ketika dia mendapatkan seorang klien dari luar negeri. Pakaian wanita itu sangat pendek dan juga ketat, hingga bagian dadda nya yang besar itu sangat menonjol karena kemejanya yang tipis. Jangan lupakan rok nya yang sangat pendek sehingga pahanya yang putih nan mulus terpampang nyata.

Dan saat itu apa yang terjadi, Abra seketika muntah-muntah tidak jelas. Dia berlari ke kamar mandi saat dadda wanita bule itu menyenggol lengannya. Akhza bahkan sampai heran kepada adik kembarnya itu. Ternyata itu terjadi bukan hanya sekali dua kali, tapi setiap Abra bertemu wanita yang seperti itu dia mendadak memiliki OCD.

Tok! Tok! Tok!

" Ra, kamu lagi apa?"

" Eh Kak Akhza, masuk kak. Tidak sedang mikir apapun sih, hanya saja semalem habis kena sidang sama Mommy dan Ayah. Biasa."

Tidak perlu menjelaskan secara panjang lebar, Akhza sudah tahu apa yang kedua orang tuanya katakan. Pasti tidak jauh dari perintah untuk segera menikah.

" Ra, apa yang dikatakan mommy dan ayah itu bener. Kamu sudah berumur 32 tahun, bentar lagi otw 33. Bukan hanya kamu tapi kita, kan kita lahirnya bareng ha ha ha.Mulailah berpikir untuk berumah tangga Ra. Aku dan Ana sudah menikah dan mempunyai anak, sekarang giliran kamu. Jangan main dengan ponakanmu terus, tapi mainlah bersama anakmu sendiri nanti."

Abra membuang nafasnya kasar. Dia sungguh belum kepikiran untuk menikah sekarang. Entahlah, ada dua hal yang mengganggunya. Yang pertama soal kedua orangtuanya, dia merasa belum bisa meninggalkan Sita dan Rama. Menurut Abra, sekarang hanya dia yang berada di sisi mereka. Jika dia menikah, maka siapa yang akan menemani Sita dan Rama. Yang kedua soal OCD nya yang secara mendadak setiap berdekatan dengan wanita. Jika dia menikah nanti dan ternyata masih seperti itu, apakah istrinya tidak akan dia sentuh?

" Apa aku harus memeriksakan kondisi ini ke dokter. Apa tanya saja sama Nataya ya, dia pasti punya kenalan dokter. Secara Nataya dokter kan pasti banyak kenalan. apalagi dia memang keluarga pemilik RS Mitra Harapan?"

Abra bergelut dnegan batinnya. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bukan hanya itu, dia juga mengusap wajahnya dengan kasar. Dan Akhza mengerutkan alisnya melihat kelakuan adik kembarnya itu.

" Ra, napa sih. Ikut aku yuk. Aku mau mengenalkan kamu dengan designer interior yang akan mendesign kantor barumu."

" Kak, kan aku udah bilang nggak usah. Ini saja sudah cukup kok."

Akhza mengacuhkan protes dari abra. Dia malah sudah menarik tangan sang kembaran untuk dibawa ke ruangan miliknya. Di sana sudah ada yang menunggu mereka untuk melakukan pekerjaan.

" Maaf Nona Ciara, kami tadi sedikit ada yang dibicarakan, jadi kami sedikit terlambat menemui Anda," sesal Akhza.

" Tidak apa-apa Pak. Saya juga baru datang, dan tidak menunggu lama," jawab Ciara pelan.

Ciara mengerutkan alisnya saat melihat CEO JD Grup. Dia seperti pernah melihat orang tersebut. Tapi cara bicara orang itu sangat berbeda.

" Sebentar, bukannya kemarin aku ketemu dia pas di rumah sakit ya? Tapi yang ini sopan banget, nggak kayak yang itu," gumam Cia pelan. Tapi selanjutnya dia mengacuhkan hal tersebut. Saat ini yang penting adalah seperti apa keinginan di pemilik tempat untuk membuat tempatnya senyaman mungkin dnegan design yang akan dia tawarkan.

" Jadi pak, seperti apa keinginan bapak untuk kantor baru Anda nanti," tanya Ciara sambil memberikan katalog referensi.

" Aah iya itu kantor nanti akan dipakai oleh adikku tapi, astaga anak itu ternyata kabur. Sebentar ya Nona, saya cari adik saya dulu. Tapi saya yakin Anda sudah punya konsepnya. Anda boleh kembali ke ruangan Anda dulu. Nanti saya akan membawa orang yang bersangkutan ke sana."

Ciara mengerti, ia lalu pamit undur diri. Sedangkan Akhza Kesal bukan main, karena Abra ternyata kabur saat hendak amsuk ke ruangannya. Ia kemudian memanggil asistennya yang bernama Billy.

" Bil, cari abra sekarang juga. Cepat tidak pakai lama!"

" Si-siap bos!"

Billy selalu bergidik ngeri saat Akhza bersikap tegas seperti itu. Billy yang mengikuti Akhza dan Abra dari saat mereka berusia 20 tahunan, maka sudah paham betul perangai dua bos kembarnya itu. Hanya satu kalimat yang Billy ucapkan saat seperti ini adalah," Untung nggak ketiga kembaran itu ngumpul kalau iya, pusing ane."

Billy segera bergegas mencari dimana Abra berada sebelum kena sembur Akhza. Sepertinya kali ini Akhza sangat marah kepada kembarannya itu.

" Mana sih, aah balik ke ruangannya kali ya?" gumam Billy lirih. Ia pun langsung menuju ke ruangan Abra yang berada dibawah satu lantai dari ruang CEO.

Billy masuk tanpa mengetuk pintu dulu. Tapi informasi dari Wanti mengatakan bahwa Abra baru saja masuk ke ruangan dengan berlari. Billy tidak melihat sosok Abra di sana. Ia berinisiatif masuk ke kamar mandi. Billy sangat terkejut saat melihat Abra yang terduduk lemas di lantai kamar mandi. Wajahnya sangat pucat.

" Bos, kamu kenapa?"

" Pe rut ku, mu al se ka li Bil, hoeeek."

Abra kembali mengeluarkan isi perutnya. Billy merasa ini sudah parah. Ia laku menelpon Akhza. Tak lama Akhza datang, dia bersama Billy membawa Abra ke sofa. Akhza lalu merenggangkan dasi serta ikat pinggang sang adik kembar.

" Ke rumah sakit aja ya?" tawar Akhza. Abra menggeleng cepat. Dia tidak mau ke rumah sakit. Itu akan membuat kedua orang tuanya khawatir.

" Baiklah, aku akan panggil Nataya. Semoga dia off hari ini."

Sungguh beruntung, Nataya sedang off dari tugasnya di RSMH. Tak lama kemudian Nataya datang dengan membawa tas dokternya. Ia mengeluarkan stetoskop dan mulia memeriksa sang teman.

" Tidak ada masalah. Perutnya juga baik-baik saja. Asli ini kagak ada masalah deh Ra, Za."

Akhza dan Billy hanya melihat penuh kebingungan dengan penjelasan Nataya. Tapi sepertinya tidak dengan Abra. Pria itu terlihat biasa. Tapi dia memberi kode kepada Nataya.

" Za, Bill, Abra udah baik-baim aja. Kalian kembalilah sibuk. Oh iya Bil, tolong minta OB buat ambilkan air putih hangat."

Akhza dan Billy segera keluar dari ruang Abra. Oleh Nataya, Abra dibantu untuk duduk. Karena Abra merasa sudah baik-baik saja. Nataya lalu menatap mata Abra dnegan lekat. Dokter muda itu merasa ada sesuatu yang ingin Abra sampaikan.

" Katakan, ada apa?"

" Nat, kenapa tadi aku muntah-muntah? Itu karena tadi ada seorang wanita yang tiba-tiba memelukku. Seketika perutku mual seperti dia aduk-aduk. Nat, apa aku tidak normal?"

" He???"

TBC

Terpopuler

Comments

Miss Typo

Miss Typo

waduh siapa wanita yg berani memeluk Abra?? apa salah orang 🤔
nanti hanya Ciara yg bisa deket dgn Abra dan gk bikin mual muntah kayak orang ngidam 😂

2024-03-05

1

Wati_esha

Wati_esha

Tq update nya.

2024-02-28

0

Wati_esha

Wati_esha

😲😲😲😲😲 siapa yang memeluk Abra? Jadi bukan karena Ciara ya.

2024-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!