"Jadi, kapan kau akan menikah?"
Pertanyaan tersebut kembali terlontar dari mulut seorang pria paruh baya berusia sekitar 60 tahunan, entah sudah berapa kali ia menanyakan hal yang sama, namun sama sekali tak mendapat jawaban yang di harapkan dari sang putra.
Di sebuah bangunan yang terlihat seperti kastil yang letaknya tepat di pinggir laut, keluarga kecil yang beranggotakan tiga orang tersebut, terlihat tengah mengelilingi sebuah meja besar dan menikmati makan malam mereka.
Elio Manfredo, pria itu tak memberikan jawaban pasti atas pertanyaan kedua orang tuanya mengenai pernikahan. Sejujurnya Elio sungguh bosan mendengar pertanyaan tersebut, seringkali ia berkata bahwa jangan terlalu berharap tinggi padanya.
Elio merupakan anak sekaligus putra satu-satunya keluarga Manfredo, jika bukan Elio yang melanjutkan keturunan dan bisnis keluarga mereka, lalu siapa lagi.
"Ingat umurmu Elio! Mau sampai kapan kau tidur dengan wanita yang tidak jelas setiap harinya? Hentikan kebiasaan burukmu itu! Mulailah cari pasangan dan beri kami cucu!"
Ucapan kali ini keluar dari mulut wanita dewasa yang tetap terlihat cantik meski keriput menghiasi wajahnya. Ditambah gayanya yang tetap modis, menjadikan istri pengusaha itu tak terlihat seperti usianya yang sudah lanjut.
Salah satu pencapaian terbesar bagi orang tua adalah melepas anak mereka untuk memiliki pasangan dan melihatnya bahagia dengan keluarga mereka masing-masing. Hal itu juga yang menjadi harapan kedua orang tua Elio, namun sepertinya mereka harus mengubur dalam-dalam impian tersebut.
Sementara Elio hanya diam seolah tak ada keinginan untuk menjawab. Melepaskan alat makannya, pria itu membersihkan sisa makanan di sudut bibirnya dengan tisu, setelahnya ia berjalan pergi tanpa mengatakan apapun.
Sikapnya itu membuat kedua orang tuanya hanya bisa menghela napas mereka, seringkali Elio menghindar jika diberi pertanyaan yang mengarah ke sebuah ikatan bernama pernikahan.
"Aku merindukanmu Vivienne... "
Mulut Elio memang menggumamkan nama sang kekasih, namun entah mengapa di mata Elio tiba-tiba saja terlintas wanita lain. Hampir saja Elio terjatuh di tangga, beruntung ia bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.
Kedua alis Elio saling tertaut tak percaya dengan apa yang baru saja ia pikirkan, entah apa yang terjadi dengan dirinya, Elio sendiri pun tak tahu. Sambil berjalan, sesekali Elio mengusap rahangnya sendiri.
Meninggalkan kediaman orang tuanya, Elio mengendarai sendiri mobilnya, tempat yang dituju pria itu sudah pasti adalah markasnya. Di dalam ruangan pribadinya, terlihat seorang wanita cantik sudah menunggu dirinya.
Wanita yang menjadi teman Elio malam ini adalah seorang model yang cukup terkenal, karier serta popularitas wanita itu membuat Elio tertarik menghabiskan malam dengannya.
Menghempaskan tubuhnya ke sofa, model cantik itu perlahan mulai mendekati Elio. Sementara Elio yang menyandarkan kepalanya, tiba-tiba saja bayangan tentang Jazlyn muncul di otaknya, berusaha menghalau pergi, wajah cantik Jazlyn semakin jelas memenuhi kepala pria itu.
"Berhenti!" Perintah Elio yang sama sekali tak di dengarkan wanita yang tengah menyentuhnya itu.
"Kubilang berhenti sialan!"
Elio menghempaskan ke lantai tubuh wanita yang berada di atasnya itu. Tak mempedulikan ringisan dari wanita yang sudah di sewanya dengan harga cukup tinggi, Elio menarik dengan kasar dan mengusir wanita itu keluar dari ruangannya.
Rasa risih yang terus Elio rasakan membuatnya tidak tenang. Dengan langkah lebarnya, Elio meninggalkan markasnya dan kembali mengendarai mobilnya.
...⋇⋆✦⋆⋇...
Meski bukan pertama kalinya melakukan hubungan seperti itu, entah mengapa timbul perasaan bersalah dalam diri Elio. Pria itu khawatir memikirkan nasib Jazlyn yang sudah menjadi korbannya.
Berdiri di depan kamar rawat sebuah rumah sakit, Elio mendengarkan dengan pasti penjelasan dokter wanita yang menangani Jazlyn.
Meski nyawa Jazlyn selamat, namun dengan luka yang memenuhi sekujur tubuhnya, Jazlyn sampai membutuhkan donor darah, ia juga mengalami overdosis akibat terlalu banyak menenggak minuman keras. Hal itu menyebabkan rusaknya mukosa lambung secara akut dan bisa memicu adanya radang lambung.
Dengan tangan yang berada di kedua saku celananya, Elio masuk ke ruangan tersebut dan melihat wanita berpakaian pasien terbaring lemah dengan masker oksigen yang menutup area hidung dan mulutnya. Sejak di rawat kemarin malam, Jazlyn belum juga sadarkan diri hingga hari telah berganti.
Puluhan kali membunuh orang, baru kali ini Elio di serang rasa yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya. Elio sedikit menyesal namun apa boleh buat, semua sudah terjadi. Dirinya pun tak bisa mengulang waktu, apalagi menyembuhkan segala luka Jazlyn dalam sekejap mata.
Dering ponsel mengalihkan perhatian Elio, pria itu segera mengeluarkan alat komunikasi tersebut dari saku celananya. Nama Luca tertera di layar ponselnya, sedikit menjauhkan tubuhnya dari tempat tidur Jazlyn, hampir saja Elio meninggikan suaranya begitu mendengar kabar buruk yang diberikan asistennya itu.
Sambil mendengarkan suara Luca, Elio kembali mendekati Jazlyn. Sejujurnya ia sedikit ragu untuk meninggalkan wanita itu sendiri, namun ia pun tak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja, apalagi menyangkut para musuhnya. Dengan berat hati Elio melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Jazlyn dan kembali ke markasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
SahiKun01
separah itu 😳
2023-11-17
1
Matth
yg dibentak si model itu tapi yg ketakutan malah aku 😭
2023-11-17
1
MouKun
agak kesel ya baca ini
2023-11-17
1