Suara gemercik air terdengar dari kamar mandi yang terhubung langsung dengan sebuah kamar. Ruangan luas itu begitu sunyi dengan pakaian yang berserakan di lantai.
Di tempat tidur yang berukuran king size, seorang wanita cantik masih menutup matanya dengan bercak darah yang terdapat di beberapa bagian seprei berwarna putih itu.
Seorang pria terlihat keluar dengan hanya memakai celana panjang, membiarkan tubuh bagian atasnya terpampang dengan gurat otot yang begitu jelas. Pada dada kiri bagian atasnya, terdapat sebuah tato bertuliskan "VERZI" yang entah apa artinya.
Setelah menyalurkan hasrat gilanya, Elio membiarkan Jazlyn dengan keadaan yang begitu mengenaskan.
Jari panjang dengan urat yang menghiasi tangan Elio meraba tepat pada pergelangan kaki Jazlyn dengan luka ikatan yang membekas. Manik berwarna abu-abu itu beralih melirik Borgol yang masih melingkar pada tangan Jazlyn.
"Kau terlalu banyak melawan nona Dyani," Elio melepaskan benda yang terbuat dari besi itu dan terlihatlah darah Jazlyn yang sudah mengering.
Pria dengan sejuta pesonanya itu mengambil alat kebanggaannya, rotan tajam dengan panjang 60 cm itu, Elio gunakan untuk membelai wajah wanita yang ia kira adalah anak dari musuh bebuyutannya. Sebuah goresan kecil menghiasi wajah indah Jazlyn.
Dengan tanpa perasaan, Elio kembali melayangkan benda andalannya tepat pada kedua telapak kaki Jazlyn. Setelahnya kaki panjang Elio melangkah mengambil sebuah botol dengan isi minuman berwarna kecoklatan.
Mengambil posisi duduk di sofa, sambil terus menyesap minumannya, mata Elio tak berhenti menatap setiap bagian wajah Jazlyn. Elio mengambil ponselnya kemudian memotret mahakarya berupa luka akibat siksaannya pada tubuh Jazlyn.
Ponsel yang masih berada di genggamannya itu bergetar menandakan panggilan masuk. Elio segera mengusap layar tersebut dengan ibu jarinya.
Gelas yang hendak ia arahkan ke mulutnya terjatuh begitu mendengar perkataan seseorang di balik teleponnya.
"Bodoh!"
Elio membanting ponselnya tak peduli seseorang di sebrang masih berbicara. Dengan napas memburu, Elio keluar kamarnya dan tanpa berkata apa-apa ia memukul keempat anak buahnya.
"Aku memerintahkan kalian menculik siapa?"
"Dyani Ramadante tuan," Jawab keempatnya dengan kompak tanpa berani memandang wajah Elio.
"Cari tahu siapa wanita yang kalian culik itu!" Suara Elio menggelegar hingga membuat siapapun yang mendengar akan merinding.
Keempat pria dengan wajah lebam itu segera pergi dan menjalankan perintah baru dari bos mereka. Sedangkan Elio kembali masuk ke kamar, pria itu terlihat mondar-mandir tak tenang.
Diego Ramadante, seorang ketua mafia yang selama ini menjadi musuh terbesar bagi Elio Manfredo. Saling melawan, menggagalkan rencana masing-masing, hingga perang senjata sudah hal yang biasa bagi keduanya.
Diego yang memiliki seorang putri berusia 22 tahun yaitu Dyani, memilih mengasingkan putri semata wayangnya itu ke Amerika. Diego tahu bahwa Elio akan mencari bahkan bisa saja membunuh Dyani, karena itu ia memasang banyak penjagaan hingga tak pernah membiarkan Dyani keluar dari rumah.
Kepala Elio seakan ingin pecah begitu mendengar asisten pribadinya mengabari jika Dyani Ramadante masih berada di Amerika. Mengambil ponsel yang berada di lantai, Elio membuka pesan dari Luca berupa beberapa gambar Dyani yang selama ini memang tak pernah dilihatnya.
Foto wajah yang dikirimkan oleh Luca sangat berbeda dengan wajah wanita yang ia siksa sebelumnya. Bagaimana jika wanita yang saat ini masih terkulai lemah di ranjang Elio bukanlah Dyani Ramadante yang selama ini ia cari? Itu artinya para anak buahnya salah menculik orang.
...⋇⋆✦⋆⋇...
Elio mendengarkan penjelasan keempat anak buahnya yang kembali bersama dengan datangnya Luca. Fakta wanita yang disiksa bahkan dilecehkannya telah terungkap.
Beberapa anak buah Elio memang sudah mengikuti Jazlyn beberapa hari ini, melihat gerak-gerik Jazlyn yang mencurigakan ditambah ia pernah dikejar polisi, membuat keempat anak buah Elio mengasumsikan Jazlyn adalah Dyani.
"Aku harus berurusan dengan seorang CIA. Benar-benar idiot kalian!" Maki Elio dengan rasa pening yang menjalar di kepalanya.
Elio tak habis pikir dengan kebodohan para anak buahnya, bertahun-tahun bekerja tak pernah membuat kesalahan sekecil apapun. Namun kini, sekalinya membuat kesalahan, mereka menyeret korban yang bahkan tak ada sangkut pautnya.
"Bagaimana kalau kita bunuh saja wanita itu tuan? Itu akan membereskan semua masalah yang ada."
Menatap nyalang satu persatu anak buahnya. Elio dengan tenangnya mengambil pistol dari saku celana asistennya Luca dan menembak tepat di tengah dahi pria yang mengusulkan ide gila tersebut padanya.
Melihat salah seorang temannya terkapar begitu saja, membuat keempat pria lain menunduk takut. Jangankan membantah, bergerak sedikit saja rasanya tak berani.
"Bawa wanita itu ke rumah sakit!" Titah Elio, tatapannya menunjukkan betapa murkanya pria itu saat ini.
Teringat akan tubuh Jazlyn yang tak tertutup sehelai benangpun, Elio segera menghentikan para anak buahnya saat itu juga. Elio melangkah melewati keempat pria itu dan menutup pintu kamarnya dengan rapat.
Di dalam, dengan hati berkecamuk resah, Elio memasangkan pakaiannya pada Jazlyn. Pria itu menghembuskan napasnya dengan panjang setelahnya membopong sendiri tubuh lemah Jazlyn.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
MouKun
apa sih kok seru bgt
2023-11-16
2
Matth
anak buahnya bego, Elio nya juga oon
2023-11-16
2