"Bersulang!" teriak Ken, teman Brian. Pria itu mengangkat gelas berisi minuman berwarna merah di dalamnya.
Saat ini Brian dan kedua temannya sedang berkumpul di halaman belakang untuk merayakan pernikahan Brian yang akan dilaksanakan besok pagi. Katanya sebagai penyambutan pelepasan keperjakaan.
"Brian, angkat gelas lu," titah Ken.
Kedua teman Brian sudah mengangkat gelas mereka untuk minum bersama, namun Brian tak kunjung mengangkat gelasnya.
"Kalian aja lah yang minum, gue nggak," tolak Brian.
"Yaahh, nggak asik kalau lu nggak ikutan. Kita-kita di sini itu lagi ngerayain lu yang mau nikah, masa lu nggak minum sih," ucap Ken kecewa.
"Gue nggak mau, nanti habis minum mabok terus besok bangun kesiangan. Belum lagi kalo gue udah mabok suka nggak inget apa-apa," sahut Brian.
"Minumnya dikit aja, lu pasti nggak bakalan mabok," ucap Alex teman Brian yang lain.
"Nggak," tolak Brian sekali lagi.
"Ya udah deh kalau lu nggak mau, biar kita berdua aja yang minum ya, kan, Lex?" tanya Ken pada Alex.
"Yo'i, Ken."
"Terserah!"
Sementara kedua temannya sedang menikmati minuman, Brian hanya menikmati kacang kulit untuk menemani kedua temannya yang sudah menghabiskan satu gelas minuman berwarna merah.
Ken sengaja membawa minuman itu karena ingin merayakan pernikah Brian meski harus mendengar omelan Larissa dulu.
Tidak sengaja pandangan Brian melihat Shavana yang sedang duduk dibalkon kamar, mendongak menatap langit hitam bertabur bintang diatas sana. Dari tempatnya duduk Brian bisa melihat dengan jelas apa yang sedang Shavana lakukan, meski tidak mendengar apa yang gadis itu ucapkan.
"Bapak, Ibu, semoga kalian bahagia di atas sana. Aku sekarang tinggal di rumah pakde Reyhan, kalian ndak usah mengkhawatirkan aku lagi karena disini pakde sama bukde sangat baik. Mereka menyayangi aku seperti anak mereka sendiri."
Shavana sangat merindukan kedua orang tuanya yang sudah tiada. Sejak kecil ia hanya dibesarkan oleh ayahnya seorang diri karena Ibunya sudah meninggal saat melahirkan dirinya. Dan satu bulan yang lalu ayah Shavana juga meninggal membuat dirinya kini menjadi gadis yatim piatu.
"Sstt." Ken memberi kode pada Alex agar melihat Brian yang sedang menatap Shavana tak berkedip.
"Kayaknya gue baru lihat cewek itu deh." Ken berbicara tepat didekat telinga Brian membuat pria itu tersadar bila sudah menatap Shavana terlalu lama.
Brian langsung meneguk minuman di hadapannya untuk mengalihkan kegugupannya.
"Siapa dia Bro? Cakep bener, cantiknya alami." Alex ikut menimpali. Ia bahkan menatap kagum pada Shavana.
"Gue juga nggak kenal. Tadi siang dia datang kerumah ngaku-ngaku keponakan Daddy gue," ucap Brian memberi tahu kedua temannya.
"Yakin lu nggak naksir sama tuh cewek, secara dia cakep bro." Ken merangkul bahu Brian.
"Nggak lah, dia bukan selera gue," sergah Brian. Pria itu menyodorkan gelasnya yang sudah kosong pada Alex agar diisi minuman lagi.
"Katanya lu nggak mau minum," ucap Alex membuat Brian menatap kesal padanya.
"Itu tadi, sekarang gue mau minum. Buruan tuangin," titahnya.
Alex menurut saja kemudian menuang lagi minuman berwarna merah itu dan Brian langsung meneguknya. Meminta lagi diisi dan meneguknya lagi.
*
*
Tok tok tok.
Pintu kamar Shavana diketuk oleh seseorang membuat wanita itu bangkit dari duduk dibalkon dan menghampiri pintu untuk membukanya.
"Ini camilan untuk Nona," ucap pelayan.
"Ooh, taro aja di meja itu." Shavana menunjuk meja yang ada dikamarnya.
"Silakan dinikmati," ucap pelayan itu setelah meletakkan camilan dan minuman diatas meja.
"Terima kasih," ucap Shavana kemudian menutup kembali pintu kamarnya.
Shavana bergegas menghampiri camilan yang baru saja diantarkan pelayan kemudian memakannya dan mengakhiri dengan meminum minumannya.
"Wlek, minuman apa ini?" Shavana menjulurkan lidahnya merasa aneh saat minuman itu masuk kedalam mulut dan tenggorokkannya.
Shavana mengangkat gelas minuman itu yang memperlihatkan warna merah pekat tidak begitu kental dan tidak begitu encer.
"Apa ini ada alkoholnya?" Shavana menghirup aroma minuman itu kemudian menggoyang-goyangkan gelasnya.
Rasa dan aroma minuman itu sangat asing bagi Shavana membuatnya langsung menduga bila minuman tersebut mengandung alkohol. Dan benar saja tidak lama kemudiam Shavana merasakan kepalanya berdenyut nyeri dengan penglihatan mulai berkunang-kunang.
"Aduh aku kan nggak pernah minum alkohol."
Shavana memijit kepalanya dengan satu tangan karena tangan satunya ia gunakan untuk meletakan kembali gelas yang ia pegang keatas meja.
Seumur hidup ini pertama kalinya Shavana minum alkohol. Ia tak bisa mengendalikan dirinya meski hanya minum separuh gelas tetap saja pengaruhnya sangat besar bagi tubuh Shavana yang belum pernah terkontaminasi dengan minuman itu.
Sementara itu Brian yang tengah melakukan perayaan dihalaman belakang segera pamit pada kedua temannya karena sekarang sudah mabuk berat.
"Gue bantu lu jalan sampe kamar." Ken sudah hendak memapah Brian namun pria itu menolaknya.
"Nggak perlu! Gue masih bisa jalan sendiri," ucap Brian setengah sadar.
"Yakin lu bisa jalan sendiri?" tanya Alex.
"Yakin. Sana kalian pulang juga, jangan lupa besok jam delapan hadir di acara pernikahan gue." Brian mendorong Ken dan Alex agar segera bubar.
"Ya udah gue pulang," ucap Ken pamit.
"Gue juga pulang," ucap Alex juga.
Brian mengangguk, kemudian melangkah sempoyongan masuk ke dalam rumah.
Rumah orang tua Brian sangat sepi padahal besok akan ada pesta pernikahan untuknya. Tidak ada satu orang pun yang Brian jumpai saat masuk ke dalam rumah, itu karena malam sudah sangat larut dan mereka harus bangun pagi untuk menyaksikan dirinya menikah besok pagi.
Brian sejak tadi sudah diminta masuk ke dalam rumah tapi pria itu terus mengatakan 'nanti' hingga baru sekarang pria itu baru masuk kedalam rumah.
Brian yang sudah mabuk berat tidak sadar bila ia salah masuk kamar.
*
*
"Brian kok belum kelihatan ya, Mas?" tanya Larissa.
Saat ini hari sudah berganti pagi dan kurang dari dua jam lagi Brian akan menikah.
"Mungkin lagi siap-siap di kamarnya," jawab Reyhan, namun hingga tepat pukul delapan pagi Brian tidak kunjung datang padahal penghulu dan mempelai wanita sudah datang bersama rombongan yang mengiringnya.
Hal itu tentu saja membuat acara pernikahan menjadi gaduh dengan isu calon mempelai pria kabur.
Reyhan dan Larissa kembali masuk kedalam rumah dan bergegas menuju kamar Brian untuk mencari putra mereka.
Sementara anggota keluarga Reyhan yang lainnya menenangkan para tamu undangan yang sudah mulai gaduh.
"Kamu kemana sih Brian, kenapa belum datang juga?" Vera calon istri Brian terus menghubungi nomor ponsel pria itu. Nomor telepon aktif namun Brian tidak menjawabnya.
"Kamarnya dikunci, Mas," ucap Larissa yang tidak bisa membuka pintu kamar Brian.
"Biar pelayan yang ngambil kunci serep," ucap Reyhan kemudian memerintahkan pelayan untuk mengambilkan kunci serep kamar Brian dan tidak butuh waktu lama pelayan itu datang membawakan kunci tersebut.
Vera yang ingin tahu keberadaan calon suaminya juga kini sudah bergabung dengan calon mertuanya.
Ceklek.
Pintu kamar Brian terbuka membuat mereka langsung masuk kedalam kamar.
Brian!
Brian!
Panggil mereka mencari Brian di kamar itu.
Bersambung...
*
*
Jangan lupa tinggalkan jejak ya, beri like, komen dan votenya 😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
As Lamiah
wadu Brian nyasar kekamar sebelah nih 🤭
wah bakal ada huru-hara nih 🤭
2023-11-03
0
🌺awan's wife🌺
Brian tidur sama Savana tu
2023-11-03
0
Nofita Sari
jngan² brian tidur sma shavana wah bsa gawat nie bkal batal nikah ni si brian
2023-11-03
0