Kamar mandi, walk in closet sudah mereka masuki tapi tidak ada yang menemukan Brian disana. Kamar Brian benar-benar kosong sama sekali tidak ada penghuninya.
"Gimana ini Mas, Brian nggak ada di kamarnya?" tanya Larissa. Wajah wanita setengah baya itu bahkan terlihat panik.
"Kita cari Brian sampai ketemu," ucap Reyhan kemudian keluar dari kamar itu. Sama halnya seperti Larissa, Reyhan juga sebetulnya merasa panik khawatir Brian benar-benar kabur dan mempermalukan keluarganya.
"Brian nggak kabur kan, Tan?" tanya Vera.
"Tante nggak tahu." Larissa melengos, ia lebih memilih menyusul Reyhan yang sudah lebih dulu keluar dari kamar Brian.
Reyhan memerintahkan adik dan adik iparnya serta menantu dan keponakannya untuk mencari Brian keseluruh penjuru rumah.
Semua keluarga Reyhan menyebar mencari keberadaan Brian, menyusuri dan membuka semua ruangan termasuk toilet dan kamar mandi, namun hasilnya nihil. Mereka semua tidak menemukan keberadaan Brian di rumah itu.
Reyhan mengusap kasar wajahnya. Sebagai ayah Brian ia malu sekali pada calon besan dan para tamu undang yang sudah datang. Ia tidak tahu harus mengatakan apa pada mereka semua.
"Bagaimana ini Rey, apa Brian benar-benar kabur?" tanya ayah Vera.
Vera bahkan sudah menangis dipelukan ibu-nya, ia takut Brian benar-benar kabur dan pernikahan mereka akan di batalkan padahal pernikahan sudah ada di depan mata.
"Saya minta maaf atas kejadian ini," ucap Reyhan kemudian berlalu membuat ayah Vera geram namun masih bisa sabar.
Reyhan ingat bila dirumahnya ada satu ruangan yang terlewatkan di buka. Ruangan itu ialah kamar Shavana. Tadi tidak ada yang berani membuka kamar Shavana karena pemilik kamar masih ada di dalamnya. Mereka takut mengganggu Shavana karena semua tahu bila gadis itu baru saja datang dari Semarang dan butuh istirahat.
Tapi kini Reyhan sedang berjalan menuju kamar itu dengan Larissa yang mengikuti di delakang. Reyhan tidak yakin bila Brian ada di kamar Shavana, tapi ia ingin memastikannya dengan harapan tidak menemukan putranya di kamar itu.
Reyhan tidak bisa membayangkan apa yang Brian lakukan dikamar Shavana bila terbukti ada disana.
Melihat calon mertuanya kembali naik ke lantai 2, Vera segera mengusap air matanya lalu menyusul.
"Buka," titah Reyhan pada Larissa setelah mereka tiba didepan pintu kamar Shavana.
"Untuk apa Mas?" tanya Larissa tak mengerti.
"Barangkali Brian ada di kamar Shavana karena cuma kamar ini yang belum dibuka," jawab Reyhan.
"Tapi Mas mana mungkin Brian ada dikamar Shavana."
"Buka aja dulu kita harus memastikan."
Meski tidak mengerti dengan apa yang suaminya pikirkan Larissa tetap menurutinya. Mengambil kunci serep terlebih dahulu kemudian membukakan pintu tersebut.
Dengan perasaan was-was, Reyhan masuk ke dalam kamar Shavana bersama Larissa dan Vera dibelakangnya.
DEG!
Betapa terkejutnya mereka melihat Brian tengah tertidur pulas memeluk Shavana di atas ranjang. Ditambah lagi keduanya tidak mengenakan pakaian dan tubuh mereka hanya ditutupi oleh selimut.
"BRIAN!" teriak Reyhan marah. Pria setengah baya itu bahkan sudah siap melayangkan pukulannya. Bagaimana tidak ingin memukul, putranya itu sudah mau menikah tapi sekarang justru kepergok tengah tidur bersama keponakannya.
Vera syok ditempat, ia menggelengkan kepala dengan air mata yang sudah berderai tak menyangka bila Brian akan menghianatinya seperti ini.
Begitupun dengan Larissa yang tidak kalah syok dengan calon menantunya.
Mendengar suara ribut-ribut Brian dan Shavana mulai mengerjapkan mata. Membiarkan sejenak cahaya masuk kedalam pupil mata mereka. Namun setelah sadar keduanya sama-sama melotot dan mendudukan tubuh sembari memegangi selimut untuk menutupi tubuh.
"Apa yang kamu lakukan, Brian?" tanya Reyhan membuat Shavana dan Brian mengalihkan pandangan mereka kearah sumber suara.
"Daddy." "Pakde."
Keduanya sangat terkejut melihat Reyhan ada dikamar itu. Dan Brian semakin terkejut lagi melihat calon istrinya juga ada disana.
'Sial!' rutuknya dalam hati bisa-bisanya ia kepergok Vera sedang tidur dengan gadis kampung.
"Kamu menodai Shavana, Brian?" tanya Reyhan sekali lagi bahkan suaranya terdengar meninggi.
Shavana dan Brian saling pandang kemudian sama-sama menggeleng tidak tahu. Melihat keduanya tidak mengenakan baju, Reyhan tentu saja menduga bila mereka sudah melakukan hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan sebelum menikah.
"Cepat bersihkan tubuh kalian dan temui Daddy diruang kerja," titah Reyhan tidak ada yang bisa membantahnya.
"Tapi Dad_"
Setelah mengatakan itu Reyhan keluar dari kamar Shavana membuat Brian tidak bisa melanjutkan ucapannya.
Larissa mengikuti Reyhan yang keluar dari kamar Shavana meninggalkan Vera yang sedang menatap kecewa pada Brian.
"Honey, aku bisa jelaskan." Brian buru-buru turun dari ranjang dan saat itu ia hanya mengenakan boxer saja. Ia menghampiri Vera tapi ....
"Sial!" rutuknya karena Vera justru berlari keluar sembari menangis sebelum ia menjelaskan.
"Ini semua gara-gara lu!" Brian mengambil celana dan bajunya yang teronggok di lantai kemudian mengenakannya karena tak mungkin Brian mengejar Vera hanya mengenakan boxer saja.
"Kenapa nyalahin aku? Ini salah Mas Brian sendiri yang udah masuk ke kamarku. Harusnya aku yang marah, jangan-jangan Mas Brian beneran sudah menodai aku." Shavana buru-buru memeriksa tubuhnya.
"Ck! Nggak nafsu gue sama lu," ucap Brian kemudian keluar dari kamar Shavana.
Tapi ucapan Brian itu tidak sesuai dengan faktanya. Shavana yang memeriksa tubuhnya seketika mendelik saat melihat bekas kecupan di lehernya. Bekas itu bukan hanya satu melainkan ada beberapa di bagian leher lainnya, dan semua itu nampak jelas menandakan bila bekas kecupan itu baru saja dibuat.
Hal itu tentu saja membuat Shavana panik takut bila semalam ia sudah dinodai Brian terlebih lagi saat tidur ia tidak mengingat apa-apa.
"Ya Tuhan gimana ini? Apa Mas Brian beneran udah nodai aku," gumam Shavana dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Shavana jadi membayangkan hal yang tidak-tidak mengenai dirinya yang menghabiskan malam bersama Brian.
"Nggak mungkin." Shavana menggelengkan kepala tak percaya pada apa yang ia pikirkan.
Brian sudah akan menikah dengan kekasihnya dan bisa-bisa karena masalah ini pernikahan sepasang kekasih itu akan batal.
Shavana bergegas menuju kamar mandi dan disana ia kembali bercermin melihat bekas kecupan dilehernya. Kulit yang putih terlihat sangat kontras dengan warna merah keunguan akibat hisapan kuat. Ia juga memegang bibirnya yang terasa tebal dan sedikit perih.
Apa Brian menciumnya sangat kuat?
Shavana menggeleng lagi menepis kemungkinan dirinya sudah dinodai Brian. Tapi semua bukti pada dirinya mengarah kesana. Di bawah guyuran air shower ia menggosok bekas kecupan dilehernya namun tidak bisa hilang dan membuatnya semakin frustasi.
Bersambung...
*
*
Jangan lupa tinggalkan jejak ya, beri like, komen dan votenya 😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
🌺awan's wife🌺
dasar Brian lempar batu sembunyi tangan,,,semoga kamu ingat kejadian itu dan sadar
2023-11-03
0
As Lamiah
🤭🤭🤭 kasihan Savana
2023-11-03
0