My Special Wedding
"Siapa lu?" Seketika langkah kaki Shavana terhenti, lalu mendongakkan kepala menatap pada seseorang yang menghadang langkah kakinya.
Shavana menunduk memberi salam pada pria itu. "Aku Shavana, keponakannya pakde Reyhan," ucapnya.
Brian menelisik penampilan Shavana dari atas hingga bawah. Gadis itu sangat sederhana dengan rambut di ikat kuda, mengenakan baju kaos dan celana panjang, serta tas ransel yang di gendong di punggung dan snikers melekat di kedua kakinya.
Melihat itu ia tersenyum sinis.
"Jangan bohong! Mana mungkin Daddy punya keponakan kayak lu," ucapnya merendahkan.
"Aku nggak bohong, Mas. Aku beneran keponakannya pakde Reyhan," ucap Shavana membela diri namun Brian tentu saja tidak mempercayainya.
"Jangan coba-coba lu nipu gue! Gue nggak akan percaya, mending lu pergi dari sini," titah Brian.
"Buat apa nipu, aku beneran keponakan pakde Reyhan kok. Kalo Mas nggak percaya silahkan telepon pakde Reyhan buat mastiin," tantang Shavana.
"Gak perlu! Sudah jelas-jelas lu itu penipu. Sekarang lu pergi dari sini sebelum gue seret lu keluar!" ancam Brian menatap tajam pada Shavana.
Shavana menundukkan kepala kemudian menggeleng. "Aku nggak akan pergi sebelum ketemu pakde Reyhan," ucapnya.
"Pergi dari sini atau gue seret lu keluar?" tanya Brian sekali lagi.
"Nggak dua-duanya," jawab Shavana dengan kepala masih menunduk.
Kekesalan Brian tidak lagi bisa ditahan. Ia tidak suka ada orang asing masuk kerumahnya, di tambah lagi orang itu sangat kampungan.
Brian menarik kasar tangan Shavana membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Sstt, sakit. Tolong lepaskan tanganku ini sakit, Mas," pinta Shavana sembari terus melangkah mengimbangi langkah kaki Brian yang lebar.
Brian tidak mengindahkan permintaan Shavana. Pria itu terus menarik dan membawanya menuju pintu gerbang.
Brian melepaskan cekalannya lalu mendorong tubuh Shavana.
Brukk!
"Jangan coba-coba lu masuk lagi ke rumah gue!" kecam Brian menunjuk tepat di wajah Shavana.
"Tutup pintu gerbang," titahnya pada satpam sembari melangkah masuk.
Sementara Shavana hanya terdiam dengan masih terduduk di tanah menatap punggung Brian yang perlahan menjauh.
Tit dit.
Langkah Brian terhenti saat mendengar suara klakson mobil diluar gerbang. Betapa terkejutnya Brian setelah membalikan tubuh ia melihat ayahnya sedang membantu gadis yang tadi ia dorong untuk bangkit.
"Daddy," panggil Brian dan kembali keluar gerbang.
Pria yang dipanggil 'Daddy' oleh Brian itu juga membantu membersihkan pakaian Shavana yang kotor karena terjatuh di tanah.
"Daddy apa-apaan, kenapa bantuin dia?" tanya Brian tak percaya ayahnya melakukan itu.
"Kamu yang apa-apaan, Brian. Kenapa kamu tadi dorong Shavana sampai dia jatuh ke tanah?" tanya Reyhan menatap tajam pada Brian.
"Aku cuma ngusir dia, Dad. Tadi dia sudah lancang masuk ke dalam, untung kepergok jadi dia belum sempat masuk ke rumah kita."
"Jangan pernah kamu usir Shavana lagi, mulai sekarang dia akan tinggal di rumah kita," ucap Reyhan membuat Brian terbelalak.
"Memangnya dia siapa, kenapa dia akan tinggal di rumah kita?" tanya Brian.
"Dia keponakan Daddy dari Semarang," jawab Reyhan.
"Daddy gak boleh sembarangan bawa orang lain masuk ke rumah kita, kalau dia penipu gimana? Kalau dia pencuri gimana? Kalau dia_" perkataan Brian terpotong karena Reyhan berbicara lebih dulu.
"Cukup! Daddy gak butuh pendapatmu. Mending kamu urusi persiapan pernikahanmu," ucap Reyhan.
Brian mengepal kuat kedua tangannya kemudian membalikan tubuh dan berjalan kearah WO yang sedang mendekor halaman rumah karena acara pernikahannya akan berlangsung besok pagi.
Reyhan menoleh pada Shavana yang masih setia menundukkan kepalanya.
"Maafin anak Pakde ya, Ndok, kamu nggak apa-apa kan?" tanyanya kemudian.
'Ooh, jadi laki-laki tadi itu anaknya Pakde,' batin Shavana.
Shavana mengangguk. "Nggak apa-apa Pakde, maaf karena aku Pakde sama anak Pakde jadi berdebat."
"Udah nggak usah kamu pikirin. Mulai sekarang kamu tinggal di rumah Pakde ya, maaf kalau pakde gak jemput kamu ke Semarang jadi kamu datang ke sini sendirian."
"Iya Pakde nggak apa-apa aku tahu Pakde sibuk jadi nggak sempat jemput. Terima kasih udah ngasih tempat tinggal buat aku."
"Itu udah kewajiban Pakde sebagai saudara dari bapakmu. Ayo kita masuk kerumah," ajak Reyhan pada Shavana.
"Iya Pakde."
Reyhan tersenyum dengan tangan mengusap puncak kepala Shavana dan berjalan bersama masuk kedalam rumah. Reyhan sudah menganggap Shavana sebagai putrinya sendiri meski jarang sekali bertemu dengannya namun ia sangat menyayanginya.
Brian terus menatap ayahnya yang begitu akrab dengan gadis yang tidak ia kenal itu. Sampai sekarang ia masih tidak yakin bila gadis yang bersama Reyhan itu keponakan ayahnya.
"Awas aja kalau lu bikin masalah di rumah ini," kecam Brian menatap tak suka pada Shavana.
Tiba di dalam rumah, istri Reyhan menyambut dengan baik kedatangan Shavana, karena baginya keponakan suaminya ialah keponakannya juga.
*
*
"Pakde baik banget sih," ucap Shavana pada dirinya sendiri.
Saat ini ia sedang berada di balkon kamarnya. Shavana diberi kamar kosong yang berada di lantai dua dimana kamar di lantai itu biasa di tempati oleh anggota keluarga Reyhan.
Ia menatap ke arah bawah di mana orang-orang sedang sibuk mempersiapkan acara pernikahan untuk tuan muda di rumah itu.
"Jangan coba-coba lu manfaatin kebaikan bokap gue."
Suara itu Shavana mengenalinya. Suara pria yang tadi mendorongnya hingga jatuh ke tanah. Shavana menoleh ke arah sumber suara.
Brian sedang berdiri bersandar dipintu balkon sebelah dengan kedua tangan yang ia lipat didada. Rupanya kamar Shavana dan kamar Brian bersebelahan.
"Siapa juga yang mau manfaatin pakde." Shavana mencebikkan bibirnya.
"Lu lah, emangnya siapa lagi kalo bukan lu."
"Aku nggak mungkin manfaatin pakde. Pakde udah baik banget sama aku dan aku juga ingin membalas kebaikannya," ucap Shavana.
"Pake cara apa lu mau balas kebaikan bokap gue?" tanya Brian mengangkat sebelah alisnya.
"Mungkin ngasih uang bulanan," jawab Shavana polos.
"Hahaha. Lu mau ngasih duit bulanan buat bokap gue? Hehh! Ngaca! Lu aja pengangguran dan disini aja numpang. Mau pakai cara apa lu ngasih duitnya?" tanya Brian.
"Mas tenang aja, aku akan cari kerja kok, mungkin jadi OB atau pelayan cafe juga nggak apa-apa yang penting halal."
"Lu pikir gaji OB sama pelayan Cafe itu gede? Nggak! Buat bayar sewa kamar yang lu tempati aja itu nggak cukup, apalagi ditambah bayar makan lu sehari tiga kali di rumah ini. Inget lu itu orang miskin." Brian tersenyum sinis.
Setelah mengatakan itu ia masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Shavana yang menatap kesal padanya.
"Dasar sombong!"
Bersambung...
*
*
Jangan lupa tinggalkan jejak ya, beri like, komen dan votenya 😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
sakura
..
2023-11-18
0
As Lamiah
hadih tour semangat tour semoga sehat selalu 💪😘
2023-11-02
0