"Banyak salahnya, kamu kebanyakan makan gula, manis banget." Ucap David dengan wajah menganga menatap sosok di hadapannya.
Hari itu David mendapatkan pesan dari sang ayah untuk menjemputnya di sebuah pusat perbelanjaan dengan sangat terpaksa David harus bangun dari tidur sakralnya dan berangkat menggunakan mobil.
Saat sampai di pusat perbelanjaan David tidak menemukan batang hidung ayahnya bahkan bayangannya saja tidak ada, membuat David kesal setengah mati.
Siang itu akhirnya David memutuskan untuk kembali ke rumah namun seseorang tiba tiba memanggil nama yang begitu menggelikan bagi David ya dia di panggil Dadang.
Sebuah siluet indah terpancar seketika, sumpah serapah yang semula sempat keluar dari mulutnya berubah jadi puji dan syukur, dia seolah bertemu dengan hal paling indah di dunia.
Nayla bertanya tentang penampilannya pada David, memang David melihat banyak kesalahan dalam penampilan Nayla karena dia seolah menghabiskan seluruh gula di pusat perbelanjaan itu karena Nayla saat itu terlihat begitu manis.
"Apa?" Nayla terperanjat mendengar penuturan David.
"Nayla kan?" Tanya David tersenyum ramah, Nayla mengangguk mengiyakan.
"Orang orang menatap kamu karena kamu itu terlalu manis Nay." Nayla mengangkat alisnya.
"Emang gitu ya?" Nayla memasang mimik wajah yang bingung membuat David tidak tahan untuk menarik pipi Nayla.
"Yups, sini kamu terlalu berbahaya berpenampilan seperti ini tau." David membuka jaketnya dan memasangkan jaket itu ke tubuh Nayla.
"Nah begini lebih aman." Ucap David kembali menatap penampilan Nayla yang mengenakan jaketnya yang nampak kebesaran.
"Baiklah, terimakasih. Sudah makan siang?" Tanya Nayla, David tersenyum lembut dan menggeleng.
"Makan siang bareng yu, Ma!" Nayla berteriak namun Mama nya nampak tengah menghubungi seseorang.
"Kenapa Ma?" Tanya Nayla melihat ekspresi wajah sang Mama yang sedikit panik.
"Ada penyergapan bandar narkoba dan Mama harus bertugas sekarang, kamu gak papa kan Mama tinggal." Bu Tika dengan sangat panik memasukan ponselnya ke dalam tas.
"Ok, Mama hati hati ya. Aku pulang naik ojek aja." Ucap Nayla saat sang Mama begitu saja keluar dan melambaikan tangan tanda perpisahan.
"Mama ini ya, aku mau cium tangan aja sampe gak sempet." Nayla terkekeh dan menatap belanjaannya dan menepuk jidat.
"Ya ampun Ma, Mama belum kasih Nayla uang." Nayla berlari hendak mengejar sang Mama namun tangannya tiba tiba di tahan oleh David.
"Kenapa?" Tanya David bingung, Nayla mengigit bibir bawahnya, mana bisa dia menceritakan hal itu pada orang asing seperti David pikirnya.
"Aku mau nyusul Mama ada yang ketinggalan." Ucap Nayla dengan sedikit tergesa gesa.
"Apa?" David kembali bertanya dengan wajah penasaran, dan dari lantai 3 itu Nayla melihat ke bawah dan Mamanya sudah tancap gas bersama sepeda motornya.
"Astaga Ma!" Nayla pusing, uang bulanannya saja belum di beri sama Mamanya lalu siapa yang akan bayar barang barang itu.
"Sial!" Lirih Nayla dan kembali menjinjing keranjang belanjaannya.
Sabun cair yang baru di pilih Mamanya dia taruh lagi di tempat semula, Nayla benar benar bingung sekarang, di tambah dia mengajak David makan siang itu artinya dia harus mengeluarkan uang juga.
"Kenapa di balikin lagi belanjaannya?" Tanya David menatap wajah lemas Nayla.
"Gak papa, kayanya ini masih ada di rumah." Ucap Nayla tersenyum kaku.
David hanya mengangguk saja menatap Nayla yang hampir separuh belanjaannya dia kembalikan. David kini yakin ada yang tidak beres dengan Nayla.
"Ayo makan siang." Nayla menatap dompetnya yang menipis.
David sedikit mengintip ke arah dompet Nayla dan terkekeh geli dengan kelakuan gadis itu, para gadis lain mungkin akan berlomba lomba mendapatkan traktiran darinya, tapi Nayla tidak. Dia malah berbohong dan menyembunyikan kondisinya yang kesulitan dari David.
"Oh ya, aku ada tempat bagus buat makan siang ikut yu!" Nayla mengangkat alisnya bingung.
"Tapi tunggu bentar ya, jangan kemana mana." David melanjutkan ucapannya saat kakinya melangkah ke belakang dan mulai mengambil barang barang yang semula di kembalikan oleh Nayla.
"Dia Kenapa?" Nayla kebingunan dengan David, pria yang baru di kenalinya itu agaknya sangat berbeda dari kebanyakan orang yang pernah di temuinya.
David kembali dengan belanjaan yang jumlahnya cukup banyak, dia membayar belanjaannya dan sekilas dia curi curi pandang ke arah Nayla.
"Aneh ya." Ucap Nayla tiba tiba, saat David selesai dengan belanjaannya.
"Aneh?" David bingung dengan ucapan Nayla yang terkesan ambigu.
"Aku tidak pernah seterbuka ini dengan orang, dan ini terasa aneh." Jelas Nayla seketika itu juga senyum merekah dari bibir David.
"Syukur deh, ayo!" David meraih tangan Nayla namun refleks Nayla mengibaskan tangannya dia merasa tidak nyaman.
David faham, memang kelakuannya barusan di rasa terlalu cepat juga oleh David, dia merasa terlanjur nyaman tapi nampaknya Nayla masih enggan.
"Di sana adalah tempat yang biasanya aku dan temen temenku datengin saat liburan." David membuka pintu mobilnya untuk Nayla masuk setelah sebelumnya dia memasukkan belanjaan mereka ke bagasi mobil.
'Astaga, gimana nih. Duit aku pasti kurang.' Keluh Nayla dalam hati, dia memperhatikan David sekilas namun kembali langsung menunduk, David yang tau akan kerisauan Nayla langsung menenangkannya.
"Hari ini biar aku yang traktir, bayarannya scan ini." David menyerahkan ponselnya dan Nayla terkekeh yang ternyata David meminta no ponselnya.
"Ok." Nayla mengeluarkan ponselnya dan langsung memindai kode QR tersebut.
'Kesempatan yang bagus aku tidak boleh kecolongan kesempatan sedikitpun.' Ucap David dalam hatinya.
Nayla langsung mengirimkan pesan pada ponsel David dengan nama lengkapnya, David terkekeh melihat nama lengkap Nayla.
"Nayla Anggraeni? Hahahah... kamu memanggilku Dadang kamu aku panggil Naga." David terkekeh dengan panggilannya Nayla mengangkat alisnya.
"Aku mirip Naga ya?" Tanya Nayla dan langsung saja David menggeleng.
"Ya enggak lah, Panggilan bukan berarti mirip, itu juga di ambil dari nama kamu. Sudah no komen ya!" Nayla terkekeh dengan anggukan kecil di kepalanya.
"Saat kamu senyum keliatan manis banget Naga." Nayla merasa aneh dengan panggilan itu, hingga dia tertawa bersama dengan David yang merasa aneh juga dengan panggilan Nayla itu.
Setengah jam berlalu, Nayla dan David akhirnya sampai di sebuah tempat yang terlihat cukup stategis karena berada di perbatasan kota, Nayla keluar bersama dengan David.
Tempat itu tidak besar dan tertata dengan baik, restoran itu juga sangat asri dan terkesan tua. Nayla di bawa ke sebuah restoran Jepang, Nayla menghela nafas tajam, restoran Jepang adalah restoran yang paling dia hindari saat makan bersama temannya yang lain. Dia benar benar akan kesulitan bila makan di tempat semacam itu, tapi dia juga tidak enak menolak ajakan dari David.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Ani
Naga geni 😁😁😁😁
2024-04-01
1
vivinika ivanayanti
jangan jangan ulah pak Lingga 🤭🤭🤭
2023-11-26
2
Ansye Bora T
wah modus dar Papa David krn udah liat Nayla dan Mamanya di Mall. Lalu knp Naga gak mau makan makanan Jepang ?
2023-11-08
1