"Selamat malam, saya ibu Nayla." Ucap Bu Tika yang tak lain adalah Mama Nayla. Dia mengulurkan tangannya dia pribadi ingin tau apa yang akan di lakukan pria kaya itu.
"Selamat malam, saya Papanya David." Ucap Pak Lingga tersenyum ramah seraya menjabat tangan Bu Tika.
"David?" Bu Tika terlihat bingung, sebenarnya apa yang terjadi? Saat di telpon tadi Nayla hanya mengatakan bila dirinya berada di sini dan baru mengalami tragedi yang akan di ceritakannya nanti di rumah.
"Ya, Putra saya kekasih putri anda." Mata Nayla membulat begitupun Bu Tika, mata Bu Tika langsung menghujam menusuk tajam ke arah Nayla.
"Enggak, Ma. A...aku.. aku gak tau Ma.." Nayla gugup, di di tambah kini David malah menghampiri mereka.
"Kenapa kalian di sini saja, kenapa tidak masuk?" Tanya David bingung, rambutnya nampak basah dengan kaos hitam dan celana pendek yang menandakan bila pria itu baru saja selesai mandi.
"Aku dan Mama mau pulang aja, ya Ma?" Ucap Nayla menarik tangan Bu Tika meninggalkan mereka semua.
Memang terlihat tidak sopan, Pak Lingga terkekeh dengan tingkah Nayla yang terlihat kikuk, begitupun dengan David yang terkekeh geli saat menatap Nayla yang pergi dengan langkah besar yang malah memberi kesan imut pada gadis itu.
"Lucu." Ucap David spontan membuat mata Pak Lingga kini malah mengarah padanya.
"Kamu suka pada Nayla?" Tanya Pak Lingga menatap puteranya yang masih mematung memperhatikan kepergian Nayla.
"Baru ketemu Pa, mana bisa merasakan hal semacam itu." Jawab David kikuk dan langsung meninggalkan Pak Lingga di depan gerbang.
Pak Lingga memperhatikan punggung David yang tegak, namun melihat Puteranya yang memasukan tanganya ke saku celana sudah memberi jawaban untuk Pak Lingga.
Kebiasaan David saat gugup adalah memasukan tangannya ke dalam saku celana atau memalingkan wajah, itu sudah keduanya yang berarti David memang sedang menahan gugup.
"Anak itu benar benar, sudah tua saja masih saja seperti itu." Gerutu Pak Lingga seraya melangkahkan kakinya ke dalam rumah.
"Tuan." Asisten pribadinya bertanya saat melihat ekspresi wajah Pak Lingga yang nampak ingin memberi perintah.
"Cari tahu tentang Nayla, aku rasa dia sangat unik." Ucap Pak Lingga memasuki kediamannya.
"Baik Tuan." Jawab pria yang merupakan asisten pribadi Pak Lingga itu dan menunduk membiarkan sang Tuan untuk beristirahat.
Malam itu juga data yang di minta Pak Lingga tergeletak di meja kerjanya, Pak Lingga menatap biodata Nayla lekat lekat.
"Medali emas silat?" Pak Lingga tersenyum menatap pencapaian yang di miliki Nayla.
Sifat Nayla yang terlihat ceria tak di sangka sama sekali oleh Pak Lingga, bila gadis itu ternyata seorang gadis Introver dan jarang bergaul dengan teman temannya, meski dia tidak pernah bermasalah dengan siapapun.
Nilai prestasi yang di miliki Nayla juga cukup baik dan identitas keluarga Nayla juga terkesan baik, Nayla merupakan sosok idaman untuk jadi menantunya.
Senyum licik terukir di bibir Pak Lingga, mana perduli dia dengan perasaan David dan Nayla karena rasa suka atau cinta akan datang secara perlahan saat mereka sudah bersama, pikir Pak Lingga.
Pak Lingga kembali membuka lembaran kedua biodata itu dan kembali terkekeh menatapnya, dia menjentikan jarinya pada kertas itu.
"Jodoh memang sudah di gariskan." Ucap Pak Lingga menatap tempat kuliah Nayla saat itu dimana Nayla ternyata akan menuntut ilmu di sebuah Universitas suasta yang sangat ternama.
"Aku harus membuat dia merasa betah di sana dan membuat mereka dekat." Pak Lingga terkikik dengan ide idenya yang jahil dan menutup kertas itu.
Di tempat lain saat Nayla dan Ibunya sampai di apartemen mereka, Nayla langsung mandi dan menuju ruang makan di mana Ibunya sudah memasak.
"Kamu punya pacar Nay?" Tanya Bu Tika penasaran.
"Enggak kok, aku tadi di kira salah satu anggota geng motor dan dia tidak sengaja berada di sana mengira bila aku akan di tangkap rajia jadi dia menyuruhku ikut dengannya. Itu saja Ma, dan Pak Lingga dia adalah orang yang pernah aku tolong beberapa waktu lalu saat aku pulang dari pendaftaran itu loh Ma." Nayla mengingatkan sang Mama dimana beberapa waktu lalu dirinya pernah pulang dengan keadaan bibir berdarah.
"Oh, katanya pria tua miskin. Tapi pria itu nampak tidak miskin?" Bu Tika kian merasa ada kejanggalan di sana.
"Aku juga gak tau Ma, tapi saat itu pria itu memang keliatan miskin banget, dia juga kaya lagi di tindas gitu sama preman di jalan gang itu loh Ma." Bu Tika menyipitkan matanya, dia berusaha menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.
"Besok mau kemana kamu?" Bu Tika kembali bertanya di mana setiap hari minggu mereka selalu menghabiskan waktu mereka berdua dan bersenang senang.
"Belanja yo Ma, aku mau beli perlengkapan OSPEK, dan aku juga bawa ini." Nayla menyerahkan amplop dimana Bu Tika sudah tau apa isi nya.
"Hah, kenapa kamu sekolah di Universitas suasta si Nay? Padahal Universitas Negri aja sudah mengirimkan undangan biar kamu masuk ke sana Nay." Bu Tika menyayangkan keputusan puterinya yang memilih masuk ke Universitas suasta di bandingkan ke Universitas Negeri.
"Ma, zaman sekarang yang di pandang itu bukan cuma Negri dan suasta aja, ada banyak faktor pendukung lain makanya aku milihnya di suasta aja." Nayla menjelaskan pilihannya karena dirinya sangat yakin dengan keputusan yang dirinya buat itu.
"Dari dulu, orang yang sekolah di Universitas Negri masa depannya lebih terjamin Nay, kamu itu aneh aneh aja si." Bu Tika membantah ucapan putrinya, karena dia juga yakin dengan pandangannya sendiri.
"Ya ampun Ma, zaman sekarang itu mau Negri kek mau suasta kek sama aja, malah ni ya di luar Negri yang lebih populer itu yang Universitas suasta tau." Nayla mencoba menjelaskan dengan cara lain dan berharap Mamanya akan setuju dengan pilihannya.
"Dimana hah? Di Korea aja orang mati matian buat masuk Universitas Negri, banyak di antara mereka malah stres dan bunuh diri gara gara itu. Di Jepang di China, kamu itu ya! Mama sudah hidup lebih lama dari kamu, tapi kamu seolah tau segalanya." Bu Tika menjitak kepala anaknya.
"Ma di Amerika di Bagian Eropa lainnya juga Universitas suasta yang lebih populer. Sekarang bukan hanya nama Universitas aja yang penting tapi juga Akreditasi dan juga IPk yang paling penting. Ok Ma?" Nayla tidak kehilangan akal untuk bersuara.
"Kamu ini ya, kalo sama orang lain kamu gak bakal banyak omong tapi sama Mama aja, ah... sudahlah ayo makan." Bu Tika dan Nayla akhirnya mulai makan malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Ansye Bora T
aduh kenapa David dijodohin sama Nayla oleh Papa David ????
2023-11-08
1
🌺SanTie santi
wihwihwih langsung dapet lampu hijau aja dari camer😊😊😊😊😊
2023-11-01
1