"Apa maksudnya Dadang?" Tanya David bingung dengan panggilan baru yang di berikan seorang gadis yang baru bertemu dengannya itu.
"Feet, David Anggara sama dengan Dadang." Tawa Nayla tiba tiba tergelak dengan sangat ringan, memancarkan cahaya lembut dari wajahnya. Sesuatu yang hangat seakan menyentuh dada David dia merasakan getaran itu dan dengan hati hati David menyentuh dadanya.
'Aku kenapa?' Tanyanya pada diri sendiri sembari menatap Nayla yang masih tertawa ringan.
"David?" Seorang pria berusia 50-an datang menghampiri mereka.
"Pa..pah?" Lirih David terkejut mata David membulat, Nayla mendengklengkan kepalanya karena tertutupi tubuh besar David sebelumnya.
Senyum terukir di bibir Nayla dia mengingat sosok pria tua itu, Nayla menyipitkan matanya dan tersenyum girang.
"Pak Lingga?" Nayla tersenyum ramah dan menghampiri pria itu seraya mencium punggung tangan pria tua yang memanggil nama David tadi.
"Bapak kenal pria ini?" Tanya Nayla tersenyum lembut dan menatap sebuah mobil mewah di belakang pria itu serta seorang pria yang berdiri di dekat mobil itu.
"Bapak?" Nayla sedikit bingung, sebab saat dia bertemu pria itu dulu Pak Lingga namanya, pria itu terlihat seperti pria biasa biasa saja.
"Nak Nayla sedang apa di tempat seperti ini dengan pria tengil sepertinya?" Tanya Pak Lingga seakan dirinya sangat mengenali David.
"Aku juga kurang tau Pak, tadi aku lagi.." Pak Lingga menatap pakaian Nayla yang sedikit terbuka dan wajah David saat menatapnya pada awal tadi yang nampak di pipinya terlihat semburat merah.
"Ayo ikut Bapak!" Pak Lingga menarik tangan Nayla dan membawanya masuk ke dalam mobil.
"Kita mau kemana Pak?" Tanya Nayla kebingungan, begitu juga dengan David yang mematung merasa bingung.
"Pa?" David memanggil Pak Lingga dan sontak saja mata Nayla membulat, karena tadi saat David memanggil Papah pada Pak Lingga tidak terdengar karena sangat lirih.
"Apa?" Nayla terbelalak menatap keduanya, Pak Lingga tidak seperti Papa bagi David tapi lebih terlihat seperti cucu dan kakek.
"Dasar anak tengil, kamu mau ngapain gadis kecil seperti Nayla hah?" Tanya Pak Lingga tajam hingga membuat hati David sedikit sakit.
"Aku gak apa apain dia kok, tadi aku cuma mau bantu dia karena.." belum selesai David mengatakan alasannya tangan Pak Lingga sudah terangkat pertanda David harus diam.
"Kamu sudah keterlaluan David." Ucap Pak Lingga dan memasuki mobil bersama dengan Nayla, dia memerintahkan asistennya yang semula di luar untuk segera melajukan kendaraannya.
"Nayla, Bapak tau kamu gadis baik. Apa jangan jangan kamu pacarnya David?" Tanya Pak Lingga dengan tatapan penuh selidik.
"Ah, tidak tidak. Aku malah baru bertemu dengannya beberapa saat lalu." Jawab Nayla tersenyum.
Hati Nayla merasa tidak tenang di tambah kini dirinya di bawa ke tempat yang cukup ternama karena perumahan elite nya, dia semakin gugup namun bukan Nayla namanya bila dia tidak memasang wajah tenang ya meski hatinya sudah bingung sedari tadi.
Sebuah rumah megah dengan pagar menjulang tinggi yang tak berapa lama kemudian seorang penjaga membukakan pintu gerbang yang besar itu dan menunduk tak kala mobil yang di tumpangi Nayla melintas.
Di dalam rumah itu juga terlihat sangat besar, seperti istana raja saja, pikir Nayla.
"Pak, kenapa kita kemari?" Tanya Nayla bingung, dia menatap seorang pria di sampingnya yang masih duduk dengan tenang.
"Ini rumah saya Nak, kamu tunggu di sini saja dulu, tidak aman berkeliaran di luar rumah." Ucap Pak Lingga membuat Nayla seketika mengerutkan keningnya.
"Aduh, maaf banget Pak, tapi Mama pasti sudah nunggu Nayla di rumah." Ucap Nayla saat pintu mobil terbuka.
"Kenapa buru buru sekali? Apa kamu tidak suka menemani pria tua seperti ku?" Pak Lingga memasang mimik wajah yang sangat kesepian.
Sebuah sepeda motor masuk pelataran rumah megah itu dan menatap ke arah Nayla sekilas sebelum akhirnya memasuki garasi dan menghilang.
"Bukan begitu, dan lihat putra Bapak sudah datang jadi saya boleh pergi kan?" Tanya Nayla masih berusaha tersenyum ramah.
"Pulangnya sama siapa? Disini tidak ada kendaraan umum loh." Nayla kini sadar dirinya tengah di kerjai oleh Pak Lingga.
"Saya telepon Mama dulu." Nayla membuka ponsel yang berada di saku jaket tipisnya dan menelpon sang Mama.
"Nay, tadi kamu sama siapa?" Tanya sang Mama saat sambungan telepon terhubung.
"Bukan siapa siapa Ma, Mama dimana sekarang?" Tanya Nayla berharap bila Mamanya tidak bertanya apa apa lagi.
"Di apartemen, baru aja datang. Kamu dimana?" Tanya balik sang Mama.
Nayla menceritakan keberadaannya dan dengan cepat Mama Nayla mengangguk mengerti dan kembali ke luar apartemennya untuk menjemput Nayla.
"Pak, Mama saya akan kemari jadi saya tunggu di depan saja ya?" Ucap Nayla tidak ingin di tahan lebih lama lagi.
"Loh kok buru buru banget?" Tanya Pak Lingga murung, Nayla yang melihat wajah Pak Lingga merasa tidak tega. Tapi akal sehatnya juga berfikir, kenapa dia di sana? Untuk apa dia disana? Dan sedang apa dia di sana? Semua pertanyaan di otak Nayla itu tidak menemukan jawabannya jadi tidak ada alasan baginya untu berada di sana.
"Maaf Pak, tidak ada alasan bagi saya berada di sini." Ucap Nayla lembut dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya.
Sekali lagi Pak Lingga menatap Nayla dari ujung kaki sampai ujung kepala, Nayla sangat manis dan juga masih sangat muda, bahkan terlalu muda. Pak Lingga menghela nafas tajam saat Nayla akan menuju gerbang.
Pak Lingga mengikuti langkah Nayla hingga mereka sampai di depan gerbang besar itu, Nayla tersenyum kikuk, dia bingung harus bagaimana di tambah Pak Lingga menatapnya dengan begitu aneh dan lagi para penjaga di sana juga terlihat sangat aneh.
"Apa dia calon nyonya kita?" Bisik salah seorang penjaga, mata Nayla membulat saat mendengar itu.
"Mungkin saja, usia Tuan juga sudah matang kan?" Jawab yang lain, Nayla kembali menatap Pak Lingga yang masih menatapnya intens.
Nayla kini benar benar gugup, bagaimana bila pria tua ini benar benar tertarik kepadanya dan desas desus para penjaga itu benar.
'Mati aku!' Keluh batin Nayla hingga akhirnya 20 menit berlalu dan akhirnya Mamanya datang dan senyum kini akhirnya terukir di bibirnya.
"Akhirnya." Nayla menghela nafas lega, dia menatap sang Mama yang kini mendekatinya.
Pak Lingga tersenyum ramah ke arah Mama Nayla, Mimik wajah Mama Nayla nampak serius saat Pak Lingga dan dirinya berhadapan.
Nayla tidak menyangka bila sifat sang Mama yang tenang itu akan membuat Pak Lingga gugup, Nayla bisa melihat itu saat keduanya tidak saling berucap dalam waktu yang cukup lama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Ansye Bora T
lanjut thor...
2023-11-08
1
🐜Six9
kalo aku nggak ringan. tapi ngakak so Hard.
2023-11-04
1
🌺SanTie santi
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰 bagus thor🥰🥰🥰🥰😘
2023-11-01
1