Tiga

Sudah hampir satu jam

Ara tak kumjung kembali. Ditempatnya, Ellard mulai gelisah. Berulangkali

dia melirik jam tangan miliknya dan menelepon Ara, namun panggilannya

tak kunjung direspon.

"Huh.. Kemana gadis itu. Apa saja yang dikerjakannya di dalam sana!" gumam Ellard menggengam erat ponsel ditangannya.

Tak mau menunngu seperti

orang bodoh, Ellard bangkit melangkahkan kaki panjangnya menujuh toilet

wanita. Tidak jauh dari toilet wanita, Ellard menangkap sosok perempuan

gendut keluar dengan keadaan rambut yang berantakan, pakaian basah dan

jangan lupakan langkahnya yang terseok-seok dipaksa menjauh dari sana.

Ellard memicingkan matanya memandang sosok yang tidak asing itu. Dan

tidak lama satu kata keluar dari mulutnya.

"Ara" panggilnya pelan

Gadis yang dipanggil

mendadak berhenti ditempat namun tidak membalikan tubuhnya. Hingga

membuat Ellard semakin yakin bahwa itu adalah gadisnya. Segera dia menghampiri

namun secepat itu pula Ara hendak kabur. Tidak ingin membiarkan pria

itu melihat dirinya yang kacau.

"Hei, tunggu.. kamu mau kemana?" teriak Ellard setengah berlari menggapai pundak gadis itu dan

Hap!

"Hei, kau sedang tidak berencana kabur dariku, kan?"

Ara tetap diam. Dia semakin menundukkan wajahnya. Ellard dapat merasakan tubuh gadisnya bergetar. Perasaannya mulai tidak enak.

"Ara" panggilnya pelan namun yang dipanggil tetap membisu.

Tidak sabar, Ellard

membalikkan tubuh Ara menghadapnya. Dan alangkah terkejutnya dia ketika

dapat melihat dengan jelas kondisi fisik Ara yang jauh dari kata

baik. Lambat-lambat Ellard meraih dagu Ara, mendongak menatapnya.

Deg!

Darahnya terasa mendidih seketika dan

jantungnya berdentam kuat saat melihat wajah pucat Ara yang penuh

lebam merah dan matanya yang membengkak masih mengeluarkan air mata.

Kemudian sorot mata tajamnya perlahan memindai seluruh bagian tubuh

Ara. Dan ini semakin membuat amarahnya naik ke ubun-ubun. Terlihat dari

rahangnya yang mengeras. Pakaian gadisnya basah dan bau, ada banyak

lebam yang mulai membiru dari tangan sampai kaki.

Brengsek! Siapa yang berani melakukan ini!

"Siapa?" tanyanya rendah namun tersirat aura gelap yang mengancam

Ara menyadari perubahan

nada suara itu. Dan Ara semakin meringis. bukan hanya karna menahan rasa

sakit diseluruh ditubuhnya, kini ditambah lagi tatapan yang sulit

diartikan dari Ellard. Pria itu tidak sesantai seperti tadi saat mereka

dibutik dan tokoh perhiasan. Pria yang berdiri dihadapannya

saat ini terasa sangat berbeda. Gelap dan mengancam.

"Siapa yang melakukan ini?" tanyanya lagi

"Bu, bukan

sia..siapa-siapa. Tad.. tadi aku tidak sengaja terjatuh. Iyah.. begitu"

Ara tergagap. Tidak mungkin kan dia memberitahukan kejadian sebenarnya.

"Jangan membohongiku, Ara" tekan Ellard

"Aku tidak berbohong!" jawabnya cepat.

Ellard tidak merespon.

Dia menatap tajam pada mata coklat madu itu. Ellard tahu gadisnya sedang

berbohong. Cukup lama mereka terdiam.

"Aku mau pulang" lirih Ara "Bisakah kau mengantarku? Ini sakit sekali" sambungnya kemudian menunduk.

Ellard memalingkan

wajahnya ke arah lain. Menghembuskan nafas kasar. Demi apapun, amarahnya sudah

sampai diubun-ubun. Ingin menghabisi siapapun saat ini. Namun terpaksa

harus ditahannya saat ini karna melihat keadaan memprihatinkan gadisnya.

"Bisa jalan?" tanyanya lembut setelah berhasil mengatur emosinya.

Ara mendongak mendengar suara yang berubah lembut itu. Lalu mengangguk pelan.

"Ayo." Ellard megambil sebelah tangan Ara dan mengeratkan pada genggamannya. Ellard akan melangkah namun ditahan oleh Ara.

"Tapi, kita lewat jalur khusus, kan?" tanyanya takut-takut

Gadis ini, dalam keadaan seperti ini pun masih memikirkan penilaian orang lain!

Ellard memejamkan mata

menahan kekesalannya. Setelah itu dia kembali menatap Ara yang masih

menunggu jawaban. Ellard mengangguk disusul senyum tipis Ara. Mereka

kembali meneruskan perjalanan dengan Ellard yang tidak pernah melepaskan

genggamannya. Ia sabar menuntun langkah Ara yang lambat akibat rasa

sakit pada kedua kakinya.

Dalam hati Ellard

berjanji akan menemukan siapa manusia berengsek yang berani menyakiti

gadisnya sampai terluka parah begini. Mereka harus ditemukan dalam waktu

24 jam. Dia akan membalaskan semua perbuatan orang-orang itu jauh lebih

kejam. Orang-orang itu salah besar jika berani bermain-main

dengannya. Apalagi ini menyangkut gadisnya. Ellard pastikan mereka tidak

akan selamat dengan muda dari tangannya.

****

Seminggu setelah

kejadian itu, Ara belum pernah keluar rumah. Bahkan dia tidak diijinkan

masuk kuliah sebelum keadaannya benar-benar pulih. Andin sampai

berkali-kali menangis saat pertama kali melihat keadaan babak belur

putri bungsunya tersebut. Tidak terima melihat perlakuaan buruk terhadap

putrinya. Dia dan suaminya saja tidak pernah sekalipun memukul

anak-anak mereka bahkan terlalu menyayangi dan menjaga keduanya bak

putra dan putri raja tanpa kekurangan suatu apapun. Namun kini dia

mendapati keadaan sebaliknya. Terlebih itu pada putrinya. Harris dan

Andin begitu marah. Berulangkali meminta Ara memberitahu siapa pelakunya

namun Ara terus berdalih menutupi semua kebenaran. Hingga membuat kedua

orangtua itu mengalah dan tidak menayakannya lagi. Ara hanya tidak

ingin kejadian yang menimpahnya ini semakin berkepanjangan dan

melibatkan banyak orang.

Selama dirawat dirumah

Ellard juga hampir setiap hari datang menjenguknya. Pria itu sekalipun

sangat sibuk masih menyempatkan waktu melihatnya. Ntah itu satu atau dua

jam dia akan tinggal. Seperti saat ini, dia menyuapi Ara makan

sekalipun sudah berulangkali Ara menolaknya namun siapa sangka ternyata

pria ini pun juga sangat keras kepala.

"Sudah." tolak Ara kesekian kali

"Masih ada setengah lagi" jawabnya tak mau kalah

"Tapi aku sudah kenyang"

"Ck, kenyang dari mana? Yang masuk kemulutmu saja masih sedikit. Lihatlah, sekarang kau terlihat kurus"

Ara menaikkan sebelah alis. "Kau mengejekku?"

"Itu fakta. Aku tidak

suka berat badanmu turun. Ayo makan yang banyak lagi. Biar kembali

seperti semula." paksanya menyodorkan kembali suapannya.

"Ha?" ara melongoh

"makan, Ara"

"Ih, gak mau. Uda kenyang. Makan aja sana sendiri" Kesal Ara menutup mulutnya dengan telapak tangan

Ellard membuang nafas

pelan. Dia merapikan kembali peralatan makan itu dan meletakkannya di

atas nakas. Tatapannya beralih kepada Ara, sebelum kemudian tangannya

mengusap sudut bibir Ara yang tersisa sedikit makanan. Kontan Ara langsung

memundurkan kepalanya.

"Kau ini badanmu saja yang

besar, sementara makan pun masih belepotan seperti bocah," cibir Ellard

sambil terus mengusap lembut sudut bibir tersebut. Mata Ara mengerjap.

Dia dapat merasakan dengan jelas hembusan nafas Ellard dari jarak

sedekat ini.

"Ellard"

"Hm"

"Ada yang ingin kutanyakan"

"Apa?"

"Kenapa kau mau begitu saja menerima perjodohan ini?"

"Karna aku suka" jawabnya ringan sambil menarik kembali tangannya.

"Ha?" jawaban pria itu kelewat santai.

Ellard mengedikkan bahu "Ada yang salah?"

"Ma..maksudku kau, kau

kan tahu aku seperti apa. Ak..aku tidak cantik, gendut, pendek, bodoh,

tidak tahu gaya seperti gadis-gadis diluar sana. Sementara ka.. kau

hampir mendekati kata sempurna."

"Lalu?" Ellard berusaha menahan senyum

"Ka, kau bisa

mendapatkan gadis-gadis cantik dan luar biasa diluar sana. Lagipula

pasti banyak perempuan yang memujamu. Bukan aku."

"Bagaimana kalau aku tetap memilihmu?"

"apa?"

"Ak—"

"ARAAAAAA"

Brakk

Perkataan Ellard terpotong karena kemunculan heboh Angel yang masuk begitu saja dengan suara cemprengnya yang menggelegar.

"Omoo... kesayanganku,

ada apa denganmu? Kenapa bisa begini, ha?" Angel nyosor begitu saja,

memeluk lalu menangkup pipi bulat Ara yang masih ternganga melihat

kemunculannya yang tiba-tiba

"Katakan siapa? biar kuhajar orang itu" emosi Angel

"Ih, aku sudah tidak

apa-apa. Cuma gak sengaja jatuh ditoilet" balasnya jengah. Sahabatnya

yang satu ini memang selalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu.

"Jatuh?" mata Angel

memicing tak percaya. "oh c'mon Ara, kau tidak bisa membohongiku dengan

dramamu itu. Siapa? apa kali ini ulah si mak lampir itu juga?"

"Aiishh.. kau ini bicara apa. Jangan menuduh orang sembarangan. "

"Memang benar kan. Mak lampir dan antek-anteknya itu yang selalu melakukan ini padamu."

"Selalu?" beo Ellard yang sejak tadi diam

Angel berjengit begitu

menyadari tidak hanya mereka berdua dikamar itu. Matanya membulat

diikuti mulutnya yang tanpa sadar terbuka begitu meneliti sosok

dihadapannya.

Daebak.. Perfecto!

"Si..siapa, Ra?" tanyanya menyenggol-nyenggol tangan Ara

"Ellard O'Neill Miller. Calon suami Ara." Tanpa disuruh Ellard mengulurkan tangan memperkenalkan diri

"Ha? Oh.. Angel sahabat tercantik Ara" balasnya nyengir lebar

"Kamu bilang tadi ada orang yang sering bully Ara?" ungkit Ellard

"Ha? Itu—"

"Jangan dengarkan dia. Dia memang suka melebih-lebihkan" potong Ara cepat

"Aku tidak bertanya padamu." tekan Ellard menatap dingin

Angel berdehem

mencairkan suasana tegang diantara mereka. Pasalnya kini kedua pasang

mahluk itu tengah menatap dingin satu dengan yang lain.

"Ah, mengenai itu

dikampus memang ada dulu kakak senior yang pernah membully Ara. Tapi gak

selalu sih. Hehehe, Ara benar mungkin aku yang terlalu berlebihan karna

menuduh sembarangan hanya karna mereka pernah membully Ara. Yah..

mungkin aja benar Ara jatuh sendiri ditoilet." Ucap Angel berusaha

berdalih. Dia baru ingat akan janjinya pada Ara bahwa ia selalu tidak

ingin ada keluarga dan orang-orang terdekatnya yang tahu dia sering

menjadi korban bullyan. Cukup hanya Ara dan dirinya yang tahu.

Ellard masih terdiam.

Tidak merespon penjelasan Angel yang menurutnya sama saja dengan ara

yang masih saling menutupi kejadian yang sebenarnya. Ellard tahu kedua

gadis itu sama-sama berbohong. Ayolah, seorang Ellard tidak dapat

dibohongi dengan mudah. Didunia bisnis dia sudah terlebih biasa dapat

membaca dan mengetahui mimik wajah seseorang yang berdalih. Dengan mudah

dia dapat tahu. Hanya saja dia menginginkan kejujuran yang keluar dari

mulut gadisnya. Tapi sepertinya sampai kapan pun gadis malaikatnya itu

tidak akan pernah memberitahunya. Cih, kalo sudah begini dia yang

benar-benar kesal sendiri. Tanpa mereka sadari dari balik saku celananya

Ellard mengepalkan tangannya kuat.

"Ara"

Alunan suara rendah itu

mengalihkan perhatian ketiganya kepada sosok pria yang berdiri didekat

pintu. Pria itu memakai jaket denin hitam, kaos putih dan jeans hitam

serta sepatu snaker putih. Ranselnya yang bergantungan sebelah. Dia

memiliki garis wajah yang tampan, hidung mancung, bibir tipis dan rambut

hitam berponi mirip seperti bintang pria korea. Dan jangan lupakan

kedua lesung pipi yang muncul ketika dia tersenyum seperti saat ini. Oh my God! Pria itu... Axel Leonard!

Pria yang dua bulan ini sangat dihindari Ara mati-matian demi menyelamatkan hatinya. Axel Leonard sahabat kecilnya, Axcel leonard pelindungnya, Axcel Leonard Cinta pertamanya, kini ada dalam jarak sepuluh langkah darinya.

Tersenyum dengan gurat kekahwatiran yang begitu kentara. Pria itu

melangkah pelan menghampirinya tanpa mengalihkan sedikitpun

pandangan kearah lain sampai berdiri tepat dihadapannya yang masih diam

membeku.

"Ara..."

"Ka—kak leo..."

To be continued

Terpopuler

Comments

Efan Zega

Efan Zega

ara gendut gitu banyak cogan yg suka gimana kalo kurus bakal jd rebutan nih

2021-03-30

0

Shanty Ghalang

Shanty Ghalang

suka

2020-09-06

0

Pendekar Tanpa Nama

Pendekar Tanpa Nama

lanjutkan ya
jangan lupa mmpir

2020-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!