Sudah hampir satu jam
Ara tak kumjung kembali. Ditempatnya, Ellard mulai gelisah. Berulangkali
dia melirik jam tangan miliknya dan menelepon Ara, namun panggilannya
tak kunjung direspon.
"Huh.. Kemana gadis itu. Apa saja yang dikerjakannya di dalam sana!" gumam Ellard menggengam erat ponsel ditangannya.
Tak mau menunngu seperti
orang bodoh, Ellard bangkit melangkahkan kaki panjangnya menujuh toilet
wanita. Tidak jauh dari toilet wanita, Ellard menangkap sosok perempuan
gendut keluar dengan keadaan rambut yang berantakan, pakaian basah dan
jangan lupakan langkahnya yang terseok-seok dipaksa menjauh dari sana.
Ellard memicingkan matanya memandang sosok yang tidak asing itu. Dan
tidak lama satu kata keluar dari mulutnya.
"Ara" panggilnya pelan
Gadis yang dipanggil
mendadak berhenti ditempat namun tidak membalikan tubuhnya. Hingga
membuat Ellard semakin yakin bahwa itu adalah gadisnya. Segera dia menghampiri
namun secepat itu pula Ara hendak kabur. Tidak ingin membiarkan pria
itu melihat dirinya yang kacau.
"Hei, tunggu.. kamu mau kemana?" teriak Ellard setengah berlari menggapai pundak gadis itu dan
Hap!
"Hei, kau sedang tidak berencana kabur dariku, kan?"
Ara tetap diam. Dia semakin menundukkan wajahnya. Ellard dapat merasakan tubuh gadisnya bergetar. Perasaannya mulai tidak enak.
"Ara" panggilnya pelan namun yang dipanggil tetap membisu.
Tidak sabar, Ellard
membalikkan tubuh Ara menghadapnya. Dan alangkah terkejutnya dia ketika
dapat melihat dengan jelas kondisi fisik Ara yang jauh dari kata
baik. Lambat-lambat Ellard meraih dagu Ara, mendongak menatapnya.
Deg!
Darahnya terasa mendidih seketika dan
jantungnya berdentam kuat saat melihat wajah pucat Ara yang penuh
lebam merah dan matanya yang membengkak masih mengeluarkan air mata.
Kemudian sorot mata tajamnya perlahan memindai seluruh bagian tubuh
Ara. Dan ini semakin membuat amarahnya naik ke ubun-ubun. Terlihat dari
rahangnya yang mengeras. Pakaian gadisnya basah dan bau, ada banyak
lebam yang mulai membiru dari tangan sampai kaki.
Brengsek! Siapa yang berani melakukan ini!
"Siapa?" tanyanya rendah namun tersirat aura gelap yang mengancam
Ara menyadari perubahan
nada suara itu. Dan Ara semakin meringis. bukan hanya karna menahan rasa
sakit diseluruh ditubuhnya, kini ditambah lagi tatapan yang sulit
diartikan dari Ellard. Pria itu tidak sesantai seperti tadi saat mereka
dibutik dan tokoh perhiasan. Pria yang berdiri dihadapannya
saat ini terasa sangat berbeda. Gelap dan mengancam.
"Siapa yang melakukan ini?" tanyanya lagi
"Bu, bukan
sia..siapa-siapa. Tad.. tadi aku tidak sengaja terjatuh. Iyah.. begitu"
Ara tergagap. Tidak mungkin kan dia memberitahukan kejadian sebenarnya.
"Jangan membohongiku, Ara" tekan Ellard
"Aku tidak berbohong!" jawabnya cepat.
Ellard tidak merespon.
Dia menatap tajam pada mata coklat madu itu. Ellard tahu gadisnya sedang
berbohong. Cukup lama mereka terdiam.
"Aku mau pulang" lirih Ara "Bisakah kau mengantarku? Ini sakit sekali" sambungnya kemudian menunduk.
Ellard memalingkan
wajahnya ke arah lain. Menghembuskan nafas kasar. Demi apapun, amarahnya sudah
sampai diubun-ubun. Ingin menghabisi siapapun saat ini. Namun terpaksa
harus ditahannya saat ini karna melihat keadaan memprihatinkan gadisnya.
"Bisa jalan?" tanyanya lembut setelah berhasil mengatur emosinya.
Ara mendongak mendengar suara yang berubah lembut itu. Lalu mengangguk pelan.
"Ayo." Ellard megambil sebelah tangan Ara dan mengeratkan pada genggamannya. Ellard akan melangkah namun ditahan oleh Ara.
"Tapi, kita lewat jalur khusus, kan?" tanyanya takut-takut
Gadis ini, dalam keadaan seperti ini pun masih memikirkan penilaian orang lain!
Ellard memejamkan mata
menahan kekesalannya. Setelah itu dia kembali menatap Ara yang masih
menunggu jawaban. Ellard mengangguk disusul senyum tipis Ara. Mereka
kembali meneruskan perjalanan dengan Ellard yang tidak pernah melepaskan
genggamannya. Ia sabar menuntun langkah Ara yang lambat akibat rasa
sakit pada kedua kakinya.
Dalam hati Ellard
berjanji akan menemukan siapa manusia berengsek yang berani menyakiti
gadisnya sampai terluka parah begini. Mereka harus ditemukan dalam waktu
24 jam. Dia akan membalaskan semua perbuatan orang-orang itu jauh lebih
kejam. Orang-orang itu salah besar jika berani bermain-main
dengannya. Apalagi ini menyangkut gadisnya. Ellard pastikan mereka tidak
akan selamat dengan muda dari tangannya.
****
Seminggu setelah
kejadian itu, Ara belum pernah keluar rumah. Bahkan dia tidak diijinkan
masuk kuliah sebelum keadaannya benar-benar pulih. Andin sampai
berkali-kali menangis saat pertama kali melihat keadaan babak belur
putri bungsunya tersebut. Tidak terima melihat perlakuaan buruk terhadap
putrinya. Dia dan suaminya saja tidak pernah sekalipun memukul
anak-anak mereka bahkan terlalu menyayangi dan menjaga keduanya bak
putra dan putri raja tanpa kekurangan suatu apapun. Namun kini dia
mendapati keadaan sebaliknya. Terlebih itu pada putrinya. Harris dan
Andin begitu marah. Berulangkali meminta Ara memberitahu siapa pelakunya
namun Ara terus berdalih menutupi semua kebenaran. Hingga membuat kedua
orangtua itu mengalah dan tidak menayakannya lagi. Ara hanya tidak
ingin kejadian yang menimpahnya ini semakin berkepanjangan dan
melibatkan banyak orang.
Selama dirawat dirumah
Ellard juga hampir setiap hari datang menjenguknya. Pria itu sekalipun
sangat sibuk masih menyempatkan waktu melihatnya. Ntah itu satu atau dua
jam dia akan tinggal. Seperti saat ini, dia menyuapi Ara makan
sekalipun sudah berulangkali Ara menolaknya namun siapa sangka ternyata
pria ini pun juga sangat keras kepala.
"Sudah." tolak Ara kesekian kali
"Masih ada setengah lagi" jawabnya tak mau kalah
"Tapi aku sudah kenyang"
"Ck, kenyang dari mana? Yang masuk kemulutmu saja masih sedikit. Lihatlah, sekarang kau terlihat kurus"
Ara menaikkan sebelah alis. "Kau mengejekku?"
"Itu fakta. Aku tidak
suka berat badanmu turun. Ayo makan yang banyak lagi. Biar kembali
seperti semula." paksanya menyodorkan kembali suapannya.
"Ha?" ara melongoh
"makan, Ara"
"Ih, gak mau. Uda kenyang. Makan aja sana sendiri" Kesal Ara menutup mulutnya dengan telapak tangan
Ellard membuang nafas
pelan. Dia merapikan kembali peralatan makan itu dan meletakkannya di
atas nakas. Tatapannya beralih kepada Ara, sebelum kemudian tangannya
mengusap sudut bibir Ara yang tersisa sedikit makanan. Kontan Ara langsung
memundurkan kepalanya.
"Kau ini badanmu saja yang
besar, sementara makan pun masih belepotan seperti bocah," cibir Ellard
sambil terus mengusap lembut sudut bibir tersebut. Mata Ara mengerjap.
Dia dapat merasakan dengan jelas hembusan nafas Ellard dari jarak
sedekat ini.
"Ellard"
"Hm"
"Ada yang ingin kutanyakan"
"Apa?"
"Kenapa kau mau begitu saja menerima perjodohan ini?"
"Karna aku suka" jawabnya ringan sambil menarik kembali tangannya.
"Ha?" jawaban pria itu kelewat santai.
Ellard mengedikkan bahu "Ada yang salah?"
"Ma..maksudku kau, kau
kan tahu aku seperti apa. Ak..aku tidak cantik, gendut, pendek, bodoh,
tidak tahu gaya seperti gadis-gadis diluar sana. Sementara ka.. kau
hampir mendekati kata sempurna."
"Lalu?" Ellard berusaha menahan senyum
"Ka, kau bisa
mendapatkan gadis-gadis cantik dan luar biasa diluar sana. Lagipula
pasti banyak perempuan yang memujamu. Bukan aku."
"Bagaimana kalau aku tetap memilihmu?"
"apa?"
"Ak—"
"ARAAAAAA"
Brakk
Perkataan Ellard terpotong karena kemunculan heboh Angel yang masuk begitu saja dengan suara cemprengnya yang menggelegar.
"Omoo... kesayanganku,
ada apa denganmu? Kenapa bisa begini, ha?" Angel nyosor begitu saja,
memeluk lalu menangkup pipi bulat Ara yang masih ternganga melihat
kemunculannya yang tiba-tiba
"Katakan siapa? biar kuhajar orang itu" emosi Angel
"Ih, aku sudah tidak
apa-apa. Cuma gak sengaja jatuh ditoilet" balasnya jengah. Sahabatnya
yang satu ini memang selalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu.
"Jatuh?" mata Angel
memicing tak percaya. "oh c'mon Ara, kau tidak bisa membohongiku dengan
dramamu itu. Siapa? apa kali ini ulah si mak lampir itu juga?"
"Aiishh.. kau ini bicara apa. Jangan menuduh orang sembarangan. "
"Memang benar kan. Mak lampir dan antek-anteknya itu yang selalu melakukan ini padamu."
"Selalu?" beo Ellard yang sejak tadi diam
Angel berjengit begitu
menyadari tidak hanya mereka berdua dikamar itu. Matanya membulat
diikuti mulutnya yang tanpa sadar terbuka begitu meneliti sosok
dihadapannya.
Daebak.. Perfecto!
"Si..siapa, Ra?" tanyanya menyenggol-nyenggol tangan Ara
"Ellard O'Neill Miller. Calon suami Ara." Tanpa disuruh Ellard mengulurkan tangan memperkenalkan diri
"Ha? Oh.. Angel sahabat tercantik Ara" balasnya nyengir lebar
"Kamu bilang tadi ada orang yang sering bully Ara?" ungkit Ellard
"Ha? Itu—"
"Jangan dengarkan dia. Dia memang suka melebih-lebihkan" potong Ara cepat
"Aku tidak bertanya padamu." tekan Ellard menatap dingin
Angel berdehem
mencairkan suasana tegang diantara mereka. Pasalnya kini kedua pasang
mahluk itu tengah menatap dingin satu dengan yang lain.
"Ah, mengenai itu
dikampus memang ada dulu kakak senior yang pernah membully Ara. Tapi gak
selalu sih. Hehehe, Ara benar mungkin aku yang terlalu berlebihan karna
menuduh sembarangan hanya karna mereka pernah membully Ara. Yah..
mungkin aja benar Ara jatuh sendiri ditoilet." Ucap Angel berusaha
berdalih. Dia baru ingat akan janjinya pada Ara bahwa ia selalu tidak
ingin ada keluarga dan orang-orang terdekatnya yang tahu dia sering
menjadi korban bullyan. Cukup hanya Ara dan dirinya yang tahu.
Ellard masih terdiam.
Tidak merespon penjelasan Angel yang menurutnya sama saja dengan ara
yang masih saling menutupi kejadian yang sebenarnya. Ellard tahu kedua
gadis itu sama-sama berbohong. Ayolah, seorang Ellard tidak dapat
dibohongi dengan mudah. Didunia bisnis dia sudah terlebih biasa dapat
membaca dan mengetahui mimik wajah seseorang yang berdalih. Dengan mudah
dia dapat tahu. Hanya saja dia menginginkan kejujuran yang keluar dari
mulut gadisnya. Tapi sepertinya sampai kapan pun gadis malaikatnya itu
tidak akan pernah memberitahunya. Cih, kalo sudah begini dia yang
benar-benar kesal sendiri. Tanpa mereka sadari dari balik saku celananya
Ellard mengepalkan tangannya kuat.
"Ara"
Alunan suara rendah itu
mengalihkan perhatian ketiganya kepada sosok pria yang berdiri didekat
pintu. Pria itu memakai jaket denin hitam, kaos putih dan jeans hitam
serta sepatu snaker putih. Ranselnya yang bergantungan sebelah. Dia
memiliki garis wajah yang tampan, hidung mancung, bibir tipis dan rambut
hitam berponi mirip seperti bintang pria korea. Dan jangan lupakan
kedua lesung pipi yang muncul ketika dia tersenyum seperti saat ini. Oh my God! Pria itu... Axel Leonard!
Pria yang dua bulan ini sangat dihindari Ara mati-matian demi menyelamatkan hatinya. Axel Leonard sahabat kecilnya, Axcel leonard pelindungnya, Axcel Leonard Cinta pertamanya, kini ada dalam jarak sepuluh langkah darinya.
Tersenyum dengan gurat kekahwatiran yang begitu kentara. Pria itu
melangkah pelan menghampirinya tanpa mengalihkan sedikitpun
pandangan kearah lain sampai berdiri tepat dihadapannya yang masih diam
membeku.
"Ara..."
"Ka—kak leo..."
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Efan Zega
ara gendut gitu banyak cogan yg suka gimana kalo kurus bakal jd rebutan nih
2021-03-30
0
Shanty Ghalang
suka
2020-09-06
0
Pendekar Tanpa Nama
lanjutkan ya
jangan lupa mmpir
2020-07-31
0