Satu

"AURORA BEATRIX LOUIS!!!"

Teriakan menggelegar itu sontak membuat seorang yang tengah asik mengunyah satu toples snack potato besar sambil rebahan diatas karpet berbulu menikmati drama percintaan romantis dari laptop dibuat terkejut hingga memekik tersedak dan terbatuk-batuk. Cepat-cepat dia meraih botol mineral disampingnya dan meneguk habis cairan tersebut.

"Mommy... Bisa tidak teriak-teriak??" kesal Aurora

"Mommy tidak akan teriak-teriak begitu kalau kamu langsung menjawab panggilan mommy." sembur wanita parubaya itu masih berkacak pinggang di depan pintu kamar.

"Ada apa sih mom?" Aurora mengalah. Percuma membalas perkataan mamanya itu.

"Cepat turun. Ada yang ingin daddymu katakan."

"Apalagi sih?"

"Mana mommy tahu. Cepetan! Dan apa itu?" Andin mendelik melihat snack yang berhamburan di karpet .

Mati aku!

1

2

3

"Ya ampun Aurora! Berapa kali mommy bilang berhenti mengunyah. Kamu tidak lihat badan kamu yang sebesar gajah itu apa?? Astaga Tuhan anak inii"

Tuhh kan.. Mulai lagi

"Cuma sedikit kok mom."

"Cuma sedikit katamu?? Semua toples snack yang momy simpan dibawah lenyap karna kamu angkut kemari"

"Iishh uda dong, Mom. Mommy kebawah duluan sana. Nanti Ara nyusul setelah beresin ini"

"Gadis ini! Cepat bereskan." gerutu Andin sambil berlalu pergi. Sementara dibelakang Ara mendesah lega lalu bergegas membersihkan kamarnya yang tiba-tiba berantakan akibat terkejut dengan suara membahana sang ratu.

"Ada apa dad?" tanya Ara begitu mendaratkan bokongnya disebelah Alex sang kakak.

"Ara sumpah demi apa? kenapa semakin hari kakak liat badanmu makin bengkak aja?" seru Alex mendramatisir

"Biarin!" ketusnya. Dia sudah biasa mendengar kata-kata menyebalkan Alex.

"Ya elah ini anak, dikasih tahu juga. Diet Ra, diet. Gak malu apa sama teman-teman kamu"

"Nanti!"

"Nantimu itu sama kayak nungguin ayam tumbuh gigi"

"Iissshhh.. Kakak!!" teriak Ara langsung memukuli Alex hingga pria itu terkekeh geli mendapat kebrutalan adiknya.

"kalian ini bisa tidak dalam sehari tidak membuat keributan?" hardik Andin

"Kakak yang diluan, Mom" tuduh Ara sambil kembali ke posisi duduknya semula.

"Kok aku? Kakak kan bilang faktanya kala..."

"Alex" peringat Haris, sang daddy yang sejak tadi diam menggeleng kepala melihat tingkah kedua anaknya. Sementara Ara yang melihat itu memeletkan lidahnya mengejek Alex.

"Kamu juga, Ara. Ada hal penting yang ingin Daddy sampaikan."

"Apa itu, Dad?"

"Ara, daddy akan segera menikahkanmu dengan anak teman Daddy."

"Are you serious, Dad????" Pekik Aurora. Tersentak mendengar kalimat santai itu dari Ayahnya.

"More than serious dear. And your wedding will be held next month."

"Oho.. Ara gak mau! Ara masih mau fokus kuliah."

"Setelah menikah kamu juga masih bisa meneruskan kuliahmu."

"But dad i..."

"Just do it. I don't want to hear your complain anymore!" tutup Haris segera beranjak pergi dari ruangan itu.

"Mom..." rengeknya dengan mata yang sudah berkaca-kaca "Ara gak mau"

Andin mendesah melihat putrinya yang sudah menangis. Wanita parubaya itu lalu beranjak mendekati tempat duduk Ara dan langsung memberikan pelukan.

"Mommy sudah bicara sama daddymu sebelumnya, tapi kamu tahu kan daddymu itu juga tidak bisa diibantah."

"Tapi kenapa harus, Ara? Kenapa gak kak Alex aja. Kan dia yang sudah tua."

"Hellow adek beruang kakak, kalo kamu lupa kakak juga uda punya tunangan oke! Sementara kamu? Lah, dari dulu pacar aja gak ada. Seharusnya kamu bersyukur ada yang mau samamu." celetuk Alex dengan santainya

"Mommy.. Kak Alex jahatt" teriak Ara semakin menguatkan tangisannya.

"Alex sekali lagi kamu bicara mommy bakal lempar sendal ini ke kepalamu." ancam Andin

"Yaudahlah terima aja dek. Kakak kenal kok siapa laki-laki itu. Gak bakal nyesal deh"

"Ara tetap gak mau! Lagian dia gila apa? Mau sama perempuan kayak aku. Diluar sana banyak yang cantik dan sexy."

"Bener sih dek," Alex manggut-manggut, "tapi kan yang unik kayak kamu langka dek. Bulat"

"Mommy!!!" tangis Ara didalam pelukan Andin semakin membahana. Dan hal itu sukses membuat Alex terbahak karna berhasil menggoda sang adik. Sebelum Andin hendak melepas sendalnya, Alex sudah berlari kabur dengan tawa renyahnya.

Andin memijit kening menahan kesal melihat tingkah Alex yang gemar sekali menggoda Ara. Setelah kepergian putranya, Andin melerai pelukannya lalu nenghapus air mata dipipi chubby putrinya.

"Ara, dengarkan mommy, apapun yang daddymu putuskan percayalah itu semua demi kebaikanmu. Belajarlah menerima perjodohan ini. Mommy yakin semua akan baik-baik saja, hm"

"Tapi mom.."

"Ara, selama ini mommy dan daddy selalu memberikan apapun yang kamu inginkan dan tidak pernah meminta apapun darimu. Tapi untuk sekali ini saja sayang, cobalah penuhi permintaan daddy ya" bujuk Andin menatap sayang putrinya.

Melihat binar penuh harap dimata sang mommy membuat Ara menjadi tidak tega untuk membantah lagi. Lalu dengan lambat Ara mengangguk mengiyakan.

"Terimakasih sayang" Andin mengecup kening Ara dan kembali memeluk hangat putri bungsunya.

****

"Demi apa, Ra?? Kamu bilang nikah??" tanpa sadar Angel menggebrak meja dengan kuatnya sampai kelas yang tadinya riuh mendadak hening menatapnya heran. Ara yang melihat itu menutup wajahnya dengan telapak tangan menahan malu.

"ehe.. maaf ya.." Angel nyengir menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Setelah itu kelas kembali riuh seperti sebelumnya.

"Ra, kamu serius? Gak main-main kan?" kejar Angel kali ini dengan nada suara yang sudah normal.

"Aku juga berharap ini permainan daddy." Sahut Ara menunduk lemas

"Woahhh.. selamat, Ra! Aku turut bahagia." Seru Angel dengan semangatnya langsung memeluk leher berlipat sang sahabat dengan eratnya. "akhirnya sahabatku laku jugaa" sambungnya mengoncang-goncang tubuh Ara.

Ara melongoh dengan respon yang tidak disangka-sangkahnya dari Angel. Dia berpikir Angel akan turut bersedih atau menangis dengannya namun yang terjadi malah sebaliknya. Gadis bertubuh ramping itu justru memekik senang.

"iih, apaan sih. Kok kamu jadi kayak ikut ngedukung gitu" sungut Ara melepas pelukan Angel.

"Lah, jadi mau apa lagi kalo gak dukung?" Angel mengernyit

"Angel, aku dipaksa daddy. Bukan karna kemauanku." Mata Ara mulai berkaca-kaca.

Melihat itu angel memutar matanya malas. Sahabatnya ini tergolong gadis cengeng. Angel menaruh kedua tangannya pada sisi pundak Ara.

"Ara, kamu tahu kenapa aku bahagia dengar kabar ini?"

Ara menggeleng

"Aku senang akhirnya kamu menikah. Itu artinya dia menerima kamu apa adanya tanpa melihat fisik. Dan aku yakin Om Haris juga pasti sudah tahu kalau dia adalah yang terbaik untukmu"

"Sekalipun tanpa cinta?"

"Cinta bisa tumbuh saat kalian sering bersama nanti. Ayolah Ra, kamu pasti bisa. Lagian mau sampai kapan kamu mau sendiri begini?"

Ara tidak menjawab. Dia menunduk lesuh mencerna setiap perkataan sahabatnya itu,

Benar. Selama ini tidak ada pria yang meliriknya sedikitpun. Sejak dulu dia sering dibully dan diejek karna berat badannya yang overweight. Hanya Angel yang mau menerima dan bersahabat baik dengannya sejak sekolah menengah pertama. Kalau melihat dari penampilan, Angel adalah gadis cantik dan sejak dulu sangat populer mulai dari mereka di sekolah menengah pertama sampai kuliah. Tubuh gadis itu bak gitar spanyol, kulitnya eksotis terkesan sexy, matanya bulat, hidung mancung, alis tebal dan jangan lupakan otaknya juga pintar. Dimata Ara, Angel adalah gadis yang sempurna dan walaupun begitu Angel tidak pernah merendahkan atau menjauhinya sedikitpun seperti yang lain. Sekalipun cerewet, Ara bisa merasakan bahwa Angel murni menyayanginya sebagai sahabat.

"Ara" Angel menggamit dagu Ara, mendongak menatapnya.

"Percaya samaku, kamu sebenarnya sangat cantik. Hanya butuh sedikit usaha untuk membuatmu menjelma seperti bidadari. Tapi kalau kamu berubah menjadi cantik hanya agar dicintai, itu namanya persyaratan. Kamu tidak akan bisa melihat mana yang tulus, mana yang tidak. Jadi menurutku pria yang dijodohkan Om denganmu adalah yang terbaik. Menerimamu tanpa melihat penampilan."

"Angel.." rengek Ara, tersentuh dengan nasihat Angel. Dia memeluk erat sang sahabat "Terimakasih." Lirihnya

Angel mengangguk tersenyum. Mengusap punggung Ara ssolah memberi ketenangan.

****

"Bagaimana, Dad?"

"Harris menerimanya." Sahut seorang pria parubaya berkaca mata yang sedang duduk bersilang kaki disofa dengan sebuah surat kabar yang baru saja dibacanya

"Thank you, Dad" seru pria muda itu yang langsung saja memeluk dari belakang leher sang ayah dengan senangnya. Senyumnya tidak pernah pudar.

Holland tersenyum mendapat respon anak satu-satunya itu.

"Duduklah. Kau membuat leherku mau patah." candanya

Pria muda itu terkekeh kemudian mengambil tempat duduk di single sofa depan ayahnya.

"Kau yakin akan menjadikannya istrimu?"

"Tentu saja." masih tersenyum

"Tapi sepertinya para pengangummu diluar sana akan sangat kecewa begitu mengetahui bagaimana gadis yang akan kau nikahi nanti."

"Aku tidak peduli, Dad. Yang penting dia akan segera menjadi milikku."

"Sepertinya obsesimu terhadap gadis kecil itu semakin besar saja."

"Ralat dad, bukan obsesi tapi cinta yang harus kumiliki."

"Yah, terserah kau saja." putus Holland segera beranjak dari duduknya, berniat meninggalkan putranya yang sedang dimabuk cinta masa kecilnya itu. Namun sebelum langkahnya semakin jauh dia berhenti. Melirik dari bahu putranya yang sedang menyesap kopi.

"Oya, Pastikan kau berhasil mengakuisisi group emerald! Tikus kecil itu begitu mengganggu."

Pemuda itu menyeringai "Pasti, Dad. Besok daddy akan menerima kabar kejatuhan mereka."

"I'll wait son." sahut Holland, kembali meneruskan langkahnya.

To be continued...

Terpopuler

Comments

manda_

manda_

nyimak

2022-11-21

0

Ririn Satkwantono

Ririn Satkwantono

smg. .. ini jg menarik kyk jordan yah kk😊😊

2021-07-01

1

Shanty Ghalang

Shanty Ghalang

lanjut baca lagi

2020-09-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!