"Ara, cepatlah turun. Sebentar lagi mereka datang." teriak Andin dari bawah
"Iya mom" sahut Ara
Malam ini adalah pertemuan pertamanya dengan keluarga dari calon suaminya. Sekaligus pertemuan pertama dengan pria yang dijodohkan dengannya. Sejak tadi Ara bergerak gelisah. Berputar-putar didalam kamar dan masih berharap kalau semua ini adalah mimpi. Namun teriakan menggema sang mama berhasil menyadarkan Ara bahwa ini bukanlah mimipi konyol yang dia harapkan melainkan sebuah kenyataan.
"Tuhan, aku harus bagaimana? Aku belum siap. Kalau boleh, bisakah Engkau mengagalkan semua ini?" pintanya dengan pandangan menengada keatas dengan kedua tangan yang terjalin terlipat di depan dada.
"Ara... Cepatlah!" teriak Andin sekali lagi
"Ternyata tidak bisa ya..." lirihnya lesuh
Ara menghembuskan nafasnya kasar lalu berjalan gontai menuruni satu per satu anak tangga. Tepat saat kakinya berpijak diundakan tangga terakhir, tamu yang ditunggu-tunggu sudah muncul didepan pintu. Kedua orangtuanya menyambut ramah sang tamu.
"Ssttt.. Ara sini" panggil Andin, menginstruksi putrinya untuk segera mendekat menyambut tamu mereka.
Dengan gontai Ara mendekat sambil menunduk. Dia tidak terlalu percaya diri untuk menatap calon keluarga barunya tersebut.
"Hei nak, kenapa menunduk begitu?" Holland memulai percakapan
Ara gugup mendengar suara berat pria tua yang masih terlihat gagah diusianya.
"A.. Ma..maaf, Om..." Ara terbata
Holland terkekeh "Tidak perlu meminta maaf. Dan satu lagi, mulai sekarang jangan panggil aku Om tapi Daddy. Karna tidak lama lagi kau akan menjadi putriku juga."
"Ba..baik Om.. eh, Daddy"
"Gadis pintar" Holland tersenyum "astaga, daddy hampir lupa. Perkenalkan pria tampan ini, Ellard O'Neil Miller putraku sekaligus calon suamimu" Holland menepuk bangga punggung tegap putranya.
Ellard tersenyum tipis seraya mengulurkan tangan kehadapan Ara yang masih diam terpaku
"Hai, senang bertemu denganmu" suara baritone Ellard
Ara bergeming. Tanpa sadar matanya meneliti pria dihadapannya. Rahang tegas, mata tajam, alis lebat yang terukir rapih, hidung tinggi, bibir merah tipis, dan jangan lupakan bulu-bulu tipis disekitar rahang yang membuat pria itu terlihat sexy? Tingginya Ara menebak sekitar 190 cm terbukti dari tubuh pendek Ara yang hanya mencapai dada pria itu. Kulit eksotis dan lekukan otot yang sempurna tercetak jelas dari balik kemeja putih yang dikenakannya. Satu kata untuk pria dihadapannya ini Sempurna. Seakan Tuhan sedang tersenyum waktu menciptakan pria ini.
Ara meneguk ludanya. Oh Tuhan... dia terlalu sempurna untuk menjadi pasanganku!
"Ara.." panggil Andin menepuk pelan pundak putrinya yang masih termangu.
"Ha?" cengoh Ara, mengerut kening menatap Andin
"Ellard tungguin tuh" Andin menunjuk dengan dagunya pada uluran tangan ellard yang belum direspon.
"Oh, ma..maaf.. Aku Ara." Ara menjabat canggung uluran tangan Ellard yang masih setia tersenyum.
"Ah, sebaiknya kita lanjutkan perbincangan ini didalam. Silahkan Tuan Holland dan nak Ellard" seru Harris mengajak tamu istimewanya itu masuk kedalam ruang keluarga.
****
Sekali lagi Ara menatap nanar jarum yang terarah pada angka timbangan itu. 86kg! sementara tingginya hanya 165 cm. Rasa frustasi kembali menghampirinya kalah tiba-tiba teringat kembali dengan sosok pria yang akan menjadi pendamping hidupnya dalam kurun waktu yang tidak lama ini.
Kesal, Ara menendang sedikit kasar timbangan yang tidak bersalah itu menjauh darinya. Dia menghampiri ranjang lalu berbaring telentang disana, menegadah menatap langit-langit kamar. Memejamkan mata sebentar, namun sial! Bayangan wajah tampan itu seakan terus mengusiknya.
"Kyaaa..." teriaknya frustasi dan kembali terduduk menghembuskan nafasnya kasar.
"Tuhan.. kenapa Engkau terlalu baik padaku. Memberikan pria sesempurna itu. Aku tidak siap Tuhan. Lebih baik aku hidup sendiri selamanya." rengek Ara bak bocah
Sepanjang pertemuan tadi, kedua keluarga hanya membahas prihal persiapan pernikahan mereka. Sementara yang banyak bicara adalah kedua orangtua mereka. Sedang pihak yang akan menikah hanya diam lalu sesekali tersenyum merespon layaknya pendengar budiman. Namun ditengah percakapan, Ara mulai bereaksi ketika mendengar bahwa pernikahan mereka akan digelar sangat meriah dan mengundang para media untuk meliput.
Tidak! Untuk ide yang satu ini Ara tidak setujuh. Dia belum siap ditunjukkan kepada publik melangsungkan prenikahan bersama pria muda yang baru-baru ini Ia ketahui ternyata sangat kaya dan memiliki pengaruh yang besar dalam dunia bisnis diberbagai Negara. What the hell! Dia sudah biasa dipermalukan dan diejek. Tapi bagaimana dengan pria itu? Pria itu mungkin sudah biasa disanjung dan dipuja-puja. Bagaimana pula kalau tiba-tiba berita penayangan pernikahan keduanya tersorot lalu menampilkan dirinya yang jauh dari kata sempurna bersanding dengan pria sempurna dan tak bercacat celah itu. Kesannya seperti Beauty and The Beast. Mereka pasti dihujat pada waktu itu. Membayangkannya saja membuat bulu kuduk Ara bergidik ngeri.
Oleh karna itu, Ara langsung mengatakan apa yang bersarang dikepalanya. Permintaannya itu sempat ditentang. Sehingga membuat Ara terpaksa mengeluarkan jurus terakhirnya, yaitu dia akan membatalkan pernikahan ini jika permintaannya tidak dituruti. Alhasil karna ancaman itu, pihak keluarga terpaksa menyetujui.
Dalam hati Ara merasa sedikit legah. Namun ketika matanya bertabrakan dengan mata elang itu, Ara merasa tidak nyaman. Tatapan Ellard seakan-akan dapat membunuhnya. Ntah apa yang membuat air muka pria itu mendadak berubah tidak senang. Mungkinkah karna permintaannya tadi? ah, itu tidak mungkin. Secara dia melakukan hal ini supaya nama baik pria itu tidak menjadi buruk, bukan?
"Atau haruskah aku kabur? Ah tidak...tidak. Itu akan semakin menimbulkan masalah yang lebih besar lagi! Daddy dan mommy akan marah besar. Arrgghhhhhh" Ara mengacak-acak rambutnya frustasi.
Tidak ada jalan lain. Suka atau tidak suka dia harus belajar menerimanya. Semoga saja Tuhan melindunginya kelak.
Ting
Bunyi dari ponsel Ara berhasil mengalihkan pikirannya yang sedang kacau. Sebuah pesan dari nomor asing. Alis ara naik sebelah.
+16469759377
Sudah tidur?
Ara
Siapa ya?
+16469759377
Ellard
Mata ara membulat sempurna membaca nama itu.
Ara
Oh, ada apa?
+16469759377
Besok pagi aku jemput. Kita fiting baju dan beli cincin
Ara
Tidak bisa. Besok pagi aku ada kelas
+16469759377
Aku sudah bilang om Beny kamu besok tidak bisa masuk. Besok aku jemput jam 8. Jangan telat dan buat aku menunggu. Have a good sleep my big baby ;)
What the fu...??
Ara tidak sanggup melanjutkan umpatannya. Mengangah tak percaya akan balasan terakhir pria itu. Ara menarik ucapannya kalau pria itu adalah pria terperfect! Lihatlah, baru sebaris pesan telah berhasil membuatnya kesal. Dia bilang apa tadi? My big baby? Woah daebak... Pria Bossy ini!
Tidak ingin terlarut dalam kedongkolannya, Ara menghempaskan kembali tubuhnya lalu menarik kesal selimut hingga menutupi seluruh tubuh. Dia harus mengumpulkan banyak tenaga untuk menghadapi pria yang dicapnya Bossy itu.
****
Sepanjang fiting baju, Ellard mati-matian menahan emosinya karna ulah calon istrinya tersebut. Bagaiman tidak? Gadis itu baru akan mau fiting kalau tidak ada pengunjung di butik itu selain dari pada mereka. kemudian saat pemilihan cincin pun sama. Ara bersikeras tidak mau ada yang melihat mereka bersama. Semua harus dilakukan secara tersembunyi.
Ellard terpaksa mengalah dan mengikuti semua keinginan gadis itu karna lagi-lagi ancamannya adalah membatalkan pernikahan. Alasan lainnya yang paling membuat Ellard kesal adalah gadis itu tidak ingin karna menikah dengan dirinya yang buruk rupa, akan memperburuk nama baiknya. Padahal tidak tahukah Ara? Dia tidak peduli dengan itu semua. Dia tulus menjadikan gadis itu menjadi pendamping hidupnya tanpa mempermasalahkan rupa dan bentuk tubuhnya.
Seperti saat ini, Ellard sengaja mendiamkannya. Ara menyadari hal itu. Mereka sedang menunggu pesanan makan siang mereka datang di sebuah privat room pada salah satu restaurant yang cukup mewah. Tempat tersembunyi ini pun Ara yang memintanya. Saat sedang menunggu pesanan mereka datang, Ara pamit pergi ke toilet.
Didalam toilet, saat Ara tengah merapikan pakaiannya, tiga gadis muncul tiba-tiba dihadapannya dengan pakaian mereka yang super ketat hingga menampilkan lekuk tubuh molek mereka. Dan jangan lupakan dandanan ketiganya yang selalu terlihat menor bagi Ara.
Mereka adalah Elsa, Nadine dan Cerry. Senior dikampus yang sering membullynya.
"Woahh... gak nyangka ketemu si kuda Nil ini disini" cemooh Elsa. Ketua dari ketiganya.
Ara diam membeku. Tanpa sadar tangannya mengepal kuat. Alarm bawah sadarnya memberi signal agar segera keluar dari sana.
" Ma..maaf kak, saya harus pergi." Baru saja Ara hendak melewati mereka, Cerry dan Nadine mencekal masing-masing tangannya kemudian mendorongnya kuat hingga membentur dinding, membuat Ara langsung meringis kesakitan.
"Arrrggghhhhh...ssshhh.."
"Mau kabur, hm?" Elsa mendekat dan langsung menggamit kuat dagu Ara.
"Hajar aja, Sa" seru Nadine
"Iya sa, uda lama kita gak main-main dengannya" sambung Cerry
Ara menggeleng ketakutan. Air matanya sudah jatuh.
"Ja..jangan kak.." mohonnya
"Uhh.. maaf sayang, kali ini aku sedang dalam keadaan mood yang buruk. Jadi kau harus membantu mengembalikan mood baikku, hm" seringainya dengan mata yang berkilat.
Selanjutnya terjadilah hal-hal buruk yang selalu diterima Ara. Tanpa belas kasihan Elsa, menampar kuat kedua pipih bulat Ara dengan kuatnya, menjambak rambutnya hingga merontokkan beberapa helai , menendang dan terakhir menyiram tubuh besar Ara dengan air bekas pakai hingga membuat seluruh tubuhnya menjadi basah dan berbau.
"Hahaha... dasar cengeng! Ayo cabut" ucap Elsa puas.
Ketiganya pun pergi keluar begitu saja tanpa mempedulikan keadaan korbannya yang sangat kacau. Ara menangis pilu. Dia menggigit bajunya kuat meredam isakannya yang keras. Wajahnya memerah dan pedih karna bekas tamparan, kepalanya pening, belum lagi kakinya yang luar biasa sakit akibat beberapa kali di tendangan kuat hingga membuatnya kesulitan berjalan. Bajunya juga sangat bau.
Ara menenggelamkan wajahnya pada lutut dan kembali menangis sejadi-jadinya. Sejak dulu perlakuan buruk selalu menimpahnya hanya karna dia lemah dan gendut. Padahal dia tidak pernah mengganggu atau pun merugikan orang-orang itu. Ingin sekali mengaduhkan semua hal buruk yang diterimanya pada orangtua dan kakaknya, namun sekali lagi Ara tidak ingin membuat keluarganya itu menjadi kepikiran dan terbebani. Maka dari itu Ara kerap kali harus menutup mulutnya dan berkata semua baik-baik saja.
"Daddy.. momy,, kakak,,, hikss... tolong Ara" isaknya "mereka jahat sama Ara.. hikss.."
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Ririn Satkwantono
ayo semangat buat langsing
2021-07-01
0
Efan Zega
masih mending big baby ara dr pd pig baby😁😁😁
2021-03-30
0
Sarie Darmansyah
ayo ara.. seamangat.. jadikan bullyng sbg motivasi...
2020-09-25
0