Di sepanjang perjalanan, Rara diam tidak berbicara sepatah kata pun. Rama tahu jika istrinya masih marah, sebelah tangan nya tidak berhenti menggenggam erat tangan Rara dan sebelah lagi memegang kemudi.
Itu adalah bahasa tubuh yang mana seorang pria tidak akan pernah melepaskan wanitanya.
Setibanya di rumah, Rama membukakan pintu mobil untuk Rara. Rara biasa saja, wajahnya tak terbersit senyuman sedikitpun.
Ia melangkah santai masuk ke dalam rumah, dan membalas sapaan pembantu nya dengan ramah.
Rama bertekuk lutut di hadapan Rara saat mereka sudah berada di dalam kamar.
" Maafkan aku sayang" Ucap Rama penuh iba, Rara diam. Ekspresi wajahnya datar meskipun matanya membingkai wajah suaminya.
" Aku mohon maafkan aku" Rama terus merayu.
" Mengucapkan kata maaf itu gampang Mas, tapi memaafkan itu sangat sulit. Sudah berapa lama kamu mengenal gadis itu? " Akhirnya Rara buka suara.
Rama menggelengkan kepalanya.
" Aku baru kenal saat Mama memperlihatkan dia sebagai calon istri" Rama menundukkan kepalanya.
Rara meneguk saliva, jadi benar. Ini semua campur tangan Ibu mertua nya.
" Aku janji sayang, ini hanya sekedar untuk mendapatkan keturunan" Rama mengharapkan Rara bisa mengerti.
Tapi tanpa Rama ketahui jika hal itu sangat lah mustahil, Rara berdecih kecil.
" Kita bisa mengadopsi anak kan " Suara Rara begitu lirih.
" Papa ingin darah daging ku yang akan mewarisi seluruh hartanya. Kau tahu kan sayang, aku hanya anak tunggal" Sekali lagi Rama ingin Rara mengerti.
Rara mengambil nafas sebanyak yang ia bisa, karena dadanya seperti menyempit.
" Baiklah, pertemukan aku dengan nya "
Rara bangkit dari duduknya, ucapan Sang istri membuat Rama kelabakan.
" Ta tapi "
Rara menoleh seketika itu juga.
" Apa dia tidak tahu kamu sudah beristri? "
" Dia akan segera tahu sayang, tapi pelan-pelan dulu "
CIHHHHH
Kembali Rara harus menelan kecewa.
...----------------...
Mariana cemas, berkali kali ia mengecek isi saldo tetap saja tidak bertambah. Kesabarannya sudah habis, ia pun segera menghubungi Hasti untuk menagih janji.
" Assalamualaikum Jeng " Sapa Mariana berbasa-basi.
" Wa'alaikum salam " Balas Hasti .
" Gimana kabarnya pengantin baru Jeng? Sukses? "
" Alhamdulillah Jeng Mar, Sampek kalap si Rama hehehehehe"
Mariana tersenyum puas, semua itu adalah idenya memberikan Hasti obat kuat agar diminum Rama .
" Ohya Jeng, saya mau tanya anu... emmm Duh jadi nggak enak"
Hasti sudah paham meskipun Mariana menggantung kalimatnya.
" Jeng, kan Arofah belum hamil. Saya akan bayar Jeng Mariana kalau Arofah sudah positif hamil "
Mariana tercengang, kok jadi begitu perjanjian nya. Padahal yang dijanjikan bukan seperti itu.
Tapi tak apalah, kan Arofah juga sudah hamil. Eh!! Mariana belum tahu Arofah sudah positif hamil berapa bulan. Kalau terlalu lewat bisa berabe.
" Oh baiklah Jeng, saya akan pastikan Arofah segera hamil " Mariana berjanji pasti.
" Harus itu Jeng" Balas Hasti .
" Ya sudah Jeng, saya mau lanjut nyapu dulu. Assalamualaikum"
" Wa'alaikum salam "
Setelah talian terputus, Mariana segera menghubungi Arofah . Anak itu sama sekali tidak membalas pesan nya kemarin. Hanya dibaca saja, benar-benar kur4ang 4** kan?
Pada saat Mariana menelfon, Arofah tengah mengintip media sosial milik Prasetyo . Ia ingin tahu bagaimana kabar pria itu setelah ditinggal nikah. Tapi Arofah sama sekali tidak menemukan apapun yang bisa membuat nya tahu tentang Prasetyo .
TRING
Arofah langsung mengangkat nya.
" Assalamualaikum Bu " sapa Arofah .
" Salam" Mariana menjawab ketus.
" Kamu dimana Fah? "
" Di kamar Bu " Jawab Arofah .
" Sama siapa kamu? "
" Sendirian "
Hemmm baguslah, pikir Mariana .
" Fah, aku mau tanya, kamu hamil berapa bulan? "
Arofah terdiam, ia tidak tahu berapa usia kehamilan nya. Karena dia tidak melakukan pemeriksaan kepada Dokter, hanya melalui test pack saja.
" Kurang tahu Bu "
" Loh gimana sih? Emang kamu terakhir menstruasi kapan ? "
" Arofah bingung Bu, tapi Arofah cuma melakukan nya sekali aja. Itu pun dua Minggu yang lalu "
Hemmm baguslah, berarti masih dini. Tanpa berkata apapun lagi , Mariana langsung memutuskan talian.
Arofah menautkan kedua alisnya, ia tidak mengerti apa maksud Ibunya menanyakan hal itu.
Via menghampiri Ibunya, ia ingin menagih janji yang akan memberikan nya uang untuk melakukan operasi.
" Bu "
Mariana mendengus kesal, kedatangan putri nya sudah bisa ia terka mau apa?
Via tersenyum tipis, ia merapatkan tubuhnya kepada sang Ibu.
" Nggak usah cengengesan, Ibu belum dapetin uangnya" Cetus Mariana .
" Loh kok gitu Bu, kan Arofah udah nikah sama Rama " bantah Via .
Mariana menghela nafas kasar.
" Arofah belum hamil, mangkanya belum dikasih uangnya "
" Hah? kan sudah ham.... "
Mariana cepat menutup mulut Via , guna menghentikan Via bicara.
Emmmm emmm Via dengan kasar melepaskan diri dari cekalan Ibunya.
" Apa-apaan sih Bu? Hampir saja Via mati kehabisan nafas" Gerutu Via kesal.
Mariana menarik tangan Via masuk ke dalam kamar nya. Disana ia memberi tahu kesalahan Via yang bicara sembarangan.
" Kalau tetangga denger gimana? Hah? Kau tahu, seluruh dinding di rumah ini mempunyai telinga, Paham!! "
Via merengut kesal, padahal ia yakin tidak ada siapapun yang akan menguping pembicaraan mereka. Menurut Via Ibunya hanya terlalu paranoid saja.
Mariana pergi sembari membanting pintu, ada ada saja sikap Via yang selalu membuat nya kesal.
Sudah lah tidak mau membantu mengurus rumah, tahunya cuma minta uang saja. Hufffff
___
Jam menunjuk kan pukul sembilan malam, tapi Arofah tidak menemukan tanda-tanda suaminya pulang.
Apakah memang selalu larut malam pulang nya? Itulah monolog Arofah dalam hati.
Kecemasan itu juga dirasakan oleh Hasti, ia sudah berkali-kali menghubungi Rama tapi tidak diangkat.
" Pasti dia ada di rumah nya " Pikir Hasti semakin membuat nya bertambah kesal. Wicaksono diam, pria memang begitu tapi sebenarnya banyak pikiran yang membebani.
Permasalahan rumah tangga putranya sedikit banyak berimbas kepada perusahaan. Bagaimana tidak? Keluarga Rara adalah salah satu pemilik saham di perusahaan . Jadi oleh sebab itu mereka tidak menganjurkan untuk berpisah, agar dampaknya tidak terlalu berlebihan kepada saham perusahaan.
Sekitar jam sebelas, deru mobil terdengar. Hasti langsung bangkit untuk membukakan pintu.
Rama sedikit terkejut melihat Ibunya sudah berdiri di ambang pintu. Namun ia mencoba bersikap tenang dengan menyalami sang Ibu.
" Dari mana saja kamu Rama ? Jam segini baru pulang? "
" Emmm Rama mengajak Rara makan malam Ma " Rama menjawab jujur.
" Rara lagi Rara lagi, seharusnya kamu lebih perhatian kepada Arofah . Dia akan menjadi Ibu dari anak-anak mu Rama " Tegas Hasti .
Rama tidak menyahut, ia justru meminta diri untuk masuk ke dalam. Hasti semakin kesal, tapi karena menghindari keributan ia menahan diri untuk mengomel.
Arofah tersenyum tipis menyambut kedatangan suami, ia menyalami Rama kemudian mengambil alih tas yang ditenteng oleh Rama .
" Apa Mas sudah makan? " Tanya Arofah lembut, Rama tersenyum.
" Sudah, maaf ya Mas pulang terlambat " Rama mengusap pucuk kepala Arofah , gadis itu mengangguk mengerti.
Tanpa banyak bicara Arofah langsung masuk ke dalam kamar mandi menyiapkan air panas untuk Rama . Ia juga membantu Rama membuka dasi, Jas, dan sepatu.
Pelayanan yang diberikan oleh Arofah tidak ia dapatkan dari Rara selama ini. Dari dulu Rama melakukannya sendiri, Karena Rara terbiasa dilayani sebagai seorang putri semata wayang keluarga Widarto.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Bagus Arofah, dekati hatinya Rama 🤗👍
2023-11-06
0