Plasshhh, cipratan itu menusuk seluruh wajahku.
Bagai langit jatuh ke bumi,
Aku masih berharap kalau ini semua hanyalah mimpi. Betulan, aku tidak main-main. Tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya, sosok-sosok yang menjadi idolaku sekarang berdiri tepat didepan mata, meremas hancur kepala Pak Sutrisno seperti telur, lantas ia tersungkur ke tanah. Suasana berubah seketika menjadi Kelamnya malam, meski bulan sabit dan bintang-bintang tampak menyinari.
"AAAAAA", teriakan histeris Budi menggelegar di padang rumput yang luas ini, disusul Ardi dan Irfan. Yah, reaksi apalagi memangnya yang akan ditimbulkan oleh anak-anak yang baru saja menyaksikan kejadian mengerikan ini. segera aku mendengar gemuruh kasar bergetar dari rerumputan. Ketiga temanku lari pontang panting dengan segenap kekuatan mereka sembari nangis kejar. Ada yang memanggil ibunya, ayahnya, atau berteriak sehisteris mungkin.
"IBU, IBU TOLOOONG"
"AYAAAAHHHH. TOLONG AKU AYAAAH, AKU TIDAK MAU MELIHAT PULAU LANGIT LAGIII"
"AAAAAAA".
Sementara aku, berdiri mematung. Benar-benar tunduk tak berdaya. Kulihat pak Sutrisno tiduran di tanah tanpa kepala. darah segarnya mengalir mengenai kakiku, setetes demi setetes cipratan yang berada di wajahku jatuh membasahi rumput. Sial, baunya sangat menyengat seperti bau besi. Mataku terbuka selebar-lebarnya sampai ingin keluar. Nafasku sangat tak beraturan seperti orang asma. Ughh isi perutku naik...
Bluuaaarghhh
Setiap malam ketika aku dan ayah tiduran dinaungi bintang-bintang, aku mendengar ceritanya tentang pulau langit dan sebagainya. Dari cerita tersebut ada bagian yang menarik perhatianku, yaitu bahwa makhluk ini menghentikan perang di masa lalu dan membawa perdamaian. lantas aku berfikir, berarti mereka adalah makhluk baik bukan? seperti malaikat. aku bertanya pada ayah, "Mereka ini baik atau jahat Yah?". Ayah terdiam sebentar, ia mengangkat telunjuknya keatas. "Entahlah, Ayahpun tak tahu. Semua yang ayah ceritakan hanyalah cerita dari telinga ke telinga saja, Kita tidak pernah melihat langsung, merasakannnya. ntah rahasia apa yang mereka punya, tapi yang jelas, tidak mengetahui apa-apa terhadap sesuatu hal yang tidak bisa dipahami itu adalah hal yang sangat mengerikan."
Aku tidak sepenuhnya mengerti apa yang dimaksud ayah. Tapi kesimpulanku adalah makhluk-makhluk ini adalah sosok pahlawan yang telah menghentikan peperangan dan membawa perdamaian. Tanpa sadar, aku menjadikan mereka sebagai idolaku dan berharap bahwa suatu saat dapat melihatnya langsung.
Kenyataan baru begitu mengerikan. Gambaran
idolaku hancur berkeping-keping seperti kaca...
Bangsat....
Bangsat....
Seorang Stellarians memergoki Budi dengan kecepatan yang luar biasa. Memblok pergerakannya seperti tembok yang kokoh. tanpa daya, Budi segera terjatuh kebelakang dan memohon ampun,
"Aa-a-ampun Om. Ss-saya Be-b-be-berjanji tidak Akan Mengganggu Om Lagi. Sa-saya Tidak Akan Melihat Pulau Langit Lagi".
Meski yang didepannya adalah anak-anak, dia memelintir tangan Budi sampai pada batas dan mematahkan setiap jarinya. jeritan Budi pecah menusuk udara. Ardi dan Irfan lebih parah nasibnya, dipukul hingga mati
"Tasta sanakuni ga uifrun hahaha"
Tertawa, para Stellarians itu tertawa.
brutalnya memakan ketiga temanku itu dengan tamak. Aku melihat Usus-usus teman sejawatku berjuntaian. Darah-darah segar mengalir menghujami tanah diselingi Jeritan demi jeritan yang bergantian. kenapa jadi seperti ini. Kepala bertudung mereka membidik kearahku.
Sial, sial, sial
pasti sekarang giliranku. tap.....sampailah didepanku. Ia menatap rendah, sementara Aku mendongak membalas tatapannya.
Sreettt...
Arrghhh, rambutku dijambak kuat, ia lalu mengangkatku paksa setara kepalanya. Sakit sekali, aku meronta-ronta memegangi rambutku. Dari balik kerudung lebar, mulutnya ternganga seperti gerbang yang siap menelan orang. Ukhhh, ukhhh, Sembari terisak-isak, tanganku melayang-layang memukul tangan besarnya. Tamatlah sudah, dia perlahan mengantarkanku ke gerbang mulutnya. Arghh licin, aku tergelincir masuk kedalam kerongkongannya, tanganku mengais-ngais ke lidahnya namun apa daya, aku terus tersedot kedalam...
"SOKASATTE, ARU TASTA!!!"
(TUNGGU, JANGAN MAKAN DIA!!!)
"Bluaarrghhh"
Segera dIa tersedak-sedak setelah tiba-tiba mengeluarkanku dari kerongkongannya
" ARTA? AKORUSHI KA TASTA? JARU KA TASTA I O MU"
(APAAN? KENAPA MELARANGKU MEMAKANNYA? AKU MAU MAKAN DIA)
"Noliku, Jaru gares tasta sai ko mu. Yara pariko, gahip arad urami sakamat fikukari"
(Noliku, aku tau kau mau makan dia. Tapi coba kau rasakan, anak ini mempunyai aura yang mirip dengan seseorang)
Aku sama sekali tidak punya ide apa yang mereka bicarakan. Yang jelas satu lenganku sudah melawan jalurnya. Membuatku semakin meringis kesakitan. Lutut saling seret menyeret seperti kain lap. Walau hanya dua-tiga senti, tapi kucoba curi-curi kesempatan disaat mereka berdebat.
Maafkan aku ibu, maafkan aku, ini semua salahku. Nenek Aci ternyata benar, kalau insting orang tua itu sangatlah kuat.
Sreettt...
sialan, Stellarians ini kembali menjerat rambutku, lalu dengan paksa menyetarakan dengan dadanya.
"Sai!! Sakamat gahip uraka, Ugum so emeah. Ugum Sa busga saci vaindur paingun ga dainda. Waka Emeah Sa dirha mundian. Bikunaka Sa mungitkan ga fikukari?"
(Lihat!! aura seperti apa anak ini, ungu dan merah. Ungu bagai bunga suci Lavender di lapangan luas. Dan merah adalah darah yang memandikannya. Bukankah itu mengingatkanmu dengan seseorang?)
"Mungitkan ga riatu permat? Yara ga mistula. Riatu sa menhila sulima nambas thun. Sa Bikuna ga akatan martu"
(Mungkinkah sang ratu terhormat? tapi itu tidak mungkin. Ratu sudah menghilang selama enam belas tahun. Dia bahkan sudah dinyatakan mati)
"Sa baiunur. Yara, bikunaka ga siandai salik to ukani riatu ma menhila ga kani bakatan? Sa sibanura Sa riatu ga ngagipa kuinatak go pas"
(Itu benar. Tapi, bukankah kalau seandainya kita berhasil menemukan ratu yang sudah lama menghilang itu akan membuat kita naik jabatan? walau sebenarnya sang ratu sudah dianggap pengkhianat pastinya)
"Tiagu.Barta gahip ga gahip rma Sa riatu, waka mu ga runguh su nountan tiamput"
(Ah, begitu. Berarti anak ini adalah anak haram sang ratu, dan kita bisa menyuruhnya untuk menuntun menemui ratu)
"..... "
"..... "
Mereka berhenti bicara? ditambah saling berpandang-pandangan. keadaan menjadi sangat hening seketika, sementara aku masih berontak di udara. Leher ketiga Stellarians ini berputar cepat kearahku, membuat terkejut setengah mati. Apa lagi yang mereka inginkan? kenapa aku belum dimakan seperti Budi dan temanku yang lain? daripada harus disiksa seperti ini.
Tak disangka, cengkeraman kuatnya justru dilepas dari rambutku, membuat badan lunglaiku mendarat dan akhirnya jatuh terduduk. Apa mereka membebaskanku? tapi itu tidak mungkin, apa mereka ingin menjadikanku mainan? menyuruhku lari lalu berlomba untuk mengejarku? apa, apa, apa...
Pikiranku kalut tak karuan, seolah sudah tidak bisa berpikir lagi. Dadaku sesak sekali, nafas menjadi tak tentu. Ketiga makhluk ini mengepungku tiba-tiba seperti mendapati seorang maling tertekuk. Mereka perlahan berlutut, menyamakan ukuran lalu menatap lekat-lekat dari balik tudungnya.
Seolah ingin menjelaskan sesuatu, gesture tangan mereka berayun kesana kemari. Berulang kali mereka menjelaskan, berulang kali pula aku menggelengkan kepala. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang mereka maksud. Merasa geram, mereka sesekali menggaruk-garuk tudungnya.
Setelah menjelaskan cukup lama, aku sedikit mengerti maksudnya. Singkatnya begini:
Mereka ingin aku untuk memandu jalan menuju desa. Kalau aku melakukannya, mereka berjanji untuk melepaskanku.
Tapi tentu saja itu sebuah pilihan sulit. Aku rasa kalau kuturuti justru akan membahayakan orang desa. Tapi dengan bodohnya malah kusetujui....
***
Desa Bukit Bintang, kediaman keluarga Surya, Jam 02.13
dor, dor, dor
Pintu kayu berukiran alami itu sedikit terguncang. penahan pintu yang hanya berbasis kayu panjang berbentuk petak menahan habis-habisan. Segera seseorang dari dalam rumah tergopoh-gopoh mencapainya yang mana merupakan bu Surya. tangan lemah nan lembut mengangkatkan kayu pengunci kemudian menekan gagang pintu yang berminyak.
Cklekk...
"Ah, pak Herman. Ada apa ya kemari malam-malam?"
Dari balik pintu, terdapat seseorang bapak-bapak berkumis. Keningnya berkerut-kerut tak karuan seperti sungai berliku. Dengan muka merah padam, ia bertanya
"Maaf mengganggu waktunya buk Surya. Saya ingin bertanya, apakah Surya sudah kembali ke rumah?"
Lantas terkejut, bu Surya ikut mengkerutkan jidatnya
"Surya? Apa yang bapak maksud? dia tidak ada pergi keluar dari siang tadi. Hanya meram di kamarnya saja"
"Begitu, sepertinya Surya tidak bilang kalau dia akan pergi melihat pulau langit"
"Apa? melihat pulau langit?"
"Iya, dia bersama Budi dan teman-temannya pergi melihat pulau langit. Namun saya menyuruhnya untuk pulang paling lama jam satu. Sekarang sudah jam dua lewat dan mereka belum balik. Saya juga sudah mendatangi rumah buk Ardi dan buk Irfan"
Penjelasan itu sontak membuat bu Surya terkejut bukan main. kebenaran pernyataan itu masih menyangsikan. Tanpa pikir panjang, ditinggalkannya pak Herman ternganga didepan pintu lalu berlari menuju kamar anaknya.
tok, tok, tok
"SURYA!!, BUKA PINTUNYA!!",
teriaknya merasuki seluruh rumah, membuat suaminya terloncat dari kasur di kamar sebelah
" SURYA!! "
Pak Surya yang setengah sadar kemudian menginterupsi,
"Ada apa ma?",
" Ini pa. Bapaknya Budi, Pak Herman datang dan bilang kalau Surya pergi melihat pulau langit bersama teman-temannya"
"Apa? Surya saja tidak nampak membuka pintunya dari siang tadi"
Bu Surya tidak membalas. Ia dengan mantap memposisikan badannya menyamping dan bersiap-siap seperti banteng melihat kain merah, 1..2..3...lalu menghantamnya.
Brakk....
Pintu kayunya merebah tak berdaya, sekalian ditimpa bu Surya yang terjatuh. Segera mata menyasari setiap sudut ruangan.
Kosong~
Tidak ada siapa-siapa disana. Hanya sebuah kasur berdipan kayu, meja belajar dengan setumpuk bukunya....
Disaat itu pula insting bu Surya menyadari sesuatu. Wajahnya putih pucat, matanya terbelangah.
"TOLOOOONNGGGGG"
tiba-tiba Teriakan bak petir menyambar satu desa. Lampu demi lampu rumah menyala bergantian, rumah demi rumah berurutan mengeluarkan isinya. Ada yang membawa parang, celurit dan sajam-sajam lainnya. Begitu pula Ibu dan pak Surya, keduanya sontak berlari keluar rumah, terlihat pak Herman di depan pintu membelakangi mereka.
"Ada apa ini pak Herman?",
" Tidak tau juga pak Surya", pak Herman yang tampak garang juga menjadi sedikit memucat, bahasa tubuhnya memasuki mode bertahan.
Bersama-sama, lamat-lamat menatap kedepan. Sayup-sayup suara meminta tolong menggatali telinga, membuat bulu kuduk berdiri. Pemandangan begitu mengerikan menyambut pupil mata. Dari balik bayang-bayang gelap dan rimbun pepohonan, nek Aci muncul memegangi tangannya yang putus. Rambut putihnya tergerai berantakan, beberapa helai masuk kedalam mulut. Bajunya compang camping dengan bercak-bercak merah, kaki mungilnya menjalani jejak darah. wajahnya tampak kalut tak karuan.
"tolooong, to-Hah... hah.. tolooong", ia menegakkan kepalanya menatap kedepan "Herman, Surya. Tolong aku, to-tolong. Makhluk bintang itu...". Suara nek Aci serak-serak bercampur pecah.
Pak Herman dan Pak Surya terbelangah, tak tau merespon bagaimana. Saat hendak menghampiri nek Aci, seketika darah kehitaman menciprat wajah mereka berdua. Tubuhnya tersungkur perlahan, tangannya yang putus menjilati baju Pak Surya.
" Bluarrghhh", Pak Herman meledakkan isi perutnya keluar... Sementara pak Surya begitu shock, telinganya berdenging kuat, dalam keadaan itu, dia melirikkan bola matanya, tampak orang-orang desa mulai beramai-ramai datang, membawa obor dan sajam. Diliriknya lagi ke arah yang berbeda, dari bayang kegelapan pepohonan, seperti ada yang akan datang.
"Ngiiinnggg", cukup lama dengingan itu di kepalanya, hingga Pak Surya kembali sadar, dengan cepat ia menaikkan kepalanya dan berteriak...
"LARII SEMUANYAAAA... LARIIIIII. MAKHLUK BINTANG ITU DATANG, PARA STELLARIANS DATANG HENDAK MEMBUNUH KITA SEMUAAAAA"
Teriakannya pecah, merambat ke seluruh telinga orang di desa. Dirasa belum cukup dengan sekali teriakan, pak Surya kembali berteriak
"KUBILANG LARIII.... LARIIII, STELLARIANS SUDAH MEMBUNUH NEK ACI, SEBENTAR LAGI GILIRAN KITA SEMUA"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Vergil bin ucok
jir brutal bat tbtb /Skull/
2023-11-20
3