...Tuhan, ku beranikan diri untuk memulai, semoga hatiku tidak lagi patah terkulai......
...🌻🌻🌻...
"Sorry ya lama, macet tadi."
Tiffany mendudukkan tubuhnya ke kursi yang berhadapan langsung dengan seorang lelaki berperawakan asing.
Tinggi yang diatas normal laki-laki indonesia biasanya. Kulit yang putih bersih. Warna mata yang cantik. Dan rupa yang antik. Tiffany seperti melihat sebuah guci mahal yang langka di pasar loak.
Laki-laki yang ditatap Tiffany hanya mengangguk singkat. Melirik Tiffany sebentar dan kembali fokus ke ponsel yang digenggamnya.
Mencoba untuk menghilangkan rasa gugup. Tiffany pun berdehem beberapa kali. Demi tuhan, laki-laki satu ini sepertinya bukan manusia.
Menggambarkan bak dewa Yunani saja rasanya masih kurang. Benar-benar barang antik.
"Oh iya, kenalin", Tiffany mengulurkan tangannya dengan senyuman manis yang menghiasi wajah mungilnya yang sudah dipoles make-up, "Tiffany", lanjutnya menyebutkan nama depannya.
Laki-laki itu mengangguk dan menjawab tanpa membalas uluran tangan Tiffany, "Levino."
Dengan perasaan yang kecewa sekaligus malu. Tiffany menarik kembali tangannya. Ganteng sih, tapi nyebelin. Lebih baik Bayu nya–. Oke skip.
"Kamu mau pesen apa Levi?", tanya Tiffany hati-hati. Karena sepertinya Levino ini tipe cowok yang dingin-dingin menusuk gitu.
Auranya terlalu mencekam untuk Tiffany.
"Terserah lo aja", balas Levi cuek. Tanpa memandang kearah Tiffany sedikitpun. Membuat calon ibu itu hanya bisa memasang senyum sungkan. Sepertinya ini semua akan berjalan seperti rencananya.
"Oke", Tiffany melambaikan tangannya memanggil waiters. Lalu seorang lelaki berkemeja kotak-kotak itu datang menghampiri meja mereka. Mencatat setiap menu yang dipesan Tiffany. Persetan, kalau Levi tidak menyukainya. Siapa suruh terserah akan dirinya. Jadinya, ya suka-suka Tiffany dong.
Setelah waiters itu pergi dengan catatan pesanannya. Dua anak manusia itu sama-sama terdiam. Seolah bibir mereka ada lem yang merekat dengan sangat kuat. Hanya terdengar helaan nafas masing-masing. Ditambah dengan suasana restoran yang sepi. Lengkap sudah kebisuan ini.
"Kamu kayaknya lebih muda dari aku ya", Tiffany yang merasa masih waras pun mengalah. Dan mencoba untuk membuka topik obrolan. Jika menunggu Levino, sepertinya sampai terdengar takbiran lebaran pun laki-laki itu tidak akan berbicara.
Akhirnya Levi mengangkat pandangannya dan menatap Tiffany dengan datar. Mengangkat bahunya acuh, Levi menjawab, "Maybe."
Lagi-lagi Tiffany hanya bisa tersenyum profesional. Benar-benar menyebalkan. Inikah yang disebut Papa nya dengan suami yang potensial?. Material husband?. Wajah Levi tuh yang hampir mirip dengan bahan-bahan material bangunan.
"Kamu tau tujuan kita dipertemukan disini bukan?", capek berbasa-basi. Tanpa tedeng aling-aling lagi Tiffany pun langsung saja pada intinya.
Levino bukan tipe orang yang bisa diajak beramah-tamah. Kekagumannya akan visual cowok itu pun seketika lenyap ke permukaan.
"Lo setuju?."
"Ha?", Tiffany benar-benar dibuat kaget dengan pertanyaan Levi yang to the point. Ditambah dengan seringaian tipis yang tersungging di bibir anak teman Papa nya itu.
"Gue denger lo salah satu siswi akselerasi terbaik dulu. Salah?."
Sialan. Tiffany menekuk mukanya saat mendengar sindiran halus yang dilontarkan oleh Levi. Dirinya kaget, bukan bodoh.
"Saya juga denger kalau kamu ini siswa terbaik yang memilih mengulang kembali satu tahun sekolah. Salah?", Tiffany menaikkan sebelah alisnya seraya tersenyum miring. Enak saja, dirinya juga bisa sindir-menyindir seperti itu. Jangan lupa, Tiffany ini perempuan loh.
Levi mengangkat bahunya acuh dengan masih menyeringai. Melipat tangan di dada dan menoleh kearah samping. Menatap jalanan dari kaca jendela yang menampilkan suasana diluar.
"Kamu kan tadi nanya saya setuju?, sepertinya pertanyaan itu lebih cocok buat kamu", ujar Tiffany memandang lurus kearah Levi yang memalingkan wajah. Dari samping saja laki-laki itu sudah sangat luar biasa. Ya ampun.
"Gue gak punya pilihan."
Tiffany yang sedari tadi sibuk mengagumi bagaimana visual Levi bisa sebegitu menawannya. Padahal bagi Tiffany Bayu itu sudah sangat ganteng, tapi sepertinya ia salah. Dibuat tersentak kaget kala mendengar suara Levi yang melirih.
Walaupun tidak banyak, Tiffany bisa melihat kalau ekspresi wajah Levi tiba-tiba berubah menjadi sendu.
Dengan tersenyum Tiffany menyahut, "Gak usah dipaksa. Saya juga nggak akan memaksa. Senyaman kamu aja."
Levi menoleh, menatap perempuan yang tersenyum santai kepadanya. Sepertinya Tiffany juga sudah menunggu kalimat itu keluar dari mulutnya.
Belum sempat Levi membalas, waiters datang menyajikan pesanan mereka.
Setelah tersaji, dan para waiters itu pergi. Levi pun kembali membuka suara, "Lo akan membuat semua ini mudah?."
"Of course, jika kamu menginginkannya", Tiffany tersenyum dan mengaduk minuman yang ia pesan. Sadar diri, Tiffany tidak ingin merusak masa depan orang lain hanya karena masa depannya yang terancam.
Levino mengangguk dua kali, "Gue gak punya pilihan. Dan lo gak memberi masukan. So, jalanin dulu aja."
"Whatever you say", balas Tiffany dengan enteng. Jika laki-laki itu ingin mencobanya. Baiklah, Tiffany juga sudah mempersiapkan hati untuk mencoba lagi. Vira benar, hidupnya terus berjalan dan ia tak bisa terus berada di titik yang sama.
Jika ditanya sudah melupakan Bayu?. Dengan cepat Tiffany akan menjawab, tentu saja belum. Bahkan sudah mati-matian Tiffany berusaha untuk membenci. Justru cintanya semakin terpupuk. Benar-benar sebuah kesialan.
Lalu keduanya menikmati hidangan dalam hening tanpa terlibat pembicaraan apapun lagi.
...🌻🌻🌻...
"Gimana?."
Tiffany menatap sang Mama yang memandangnya dengan penuh harap. Tanpa perlu dijelaskan lebih rinci, Tiffany paham akan maksud pertanyaan Mama nya.
Tersenyum manis, Tiffany menjawab, "Not bad."
"Kamu suka?."
"Pa...", rengek Tiffany kepada Andreas yang barusan bertanya dengan tak kalah antusiasnya. Belum cukupkah dengan Tiffany memenuhi permintaan Papa nya untuk bertemu dengan Levino hari ini. Haruskah pertanyaan itu dilontarkan?.
Berbicara tentang perasaan, itu terlalu cepat.
Andreas menepuk pelan puncak kepala anak perempuannya, "Nggak apa-apa. Papa yakin kamu pasti bakalan jatuh cinta dengan Levi. Orang ganteng banget gitu."
Tiffany hanya bisa menghela nafas pendek. Papa nya ini terlalu optimis dengan hubungan yang baru saja dimulai. Sedangkan dirinya dengan Levi saja merasa ragu-ragu.
Tak ingin kembali jatuh ke dalam lubang yang sama. Tiffany sudah melatih hatinya untuk tidak berharap banyak kepada siapa dan apapun. Tak terkecuali dengan hubungannya bersama Levino.
Tinggal menunggu hari, pernikahan antar dua anak generasi penerus perusahaan yang legendaris di Indonesia ini akan segera dilangsungkan. Keduanya tampak serasi ketika–
Belum sempat pembawa acara berita itu merampungkan kalimatnya. Andreas langsung mengambil remote dan mengganti ke siaran yang lain.
"Kehabisan berita banget kayaknya negara kita ini. Sampai berita pernikahan orang juga diliput di tv", gerutu Andreas membuat Tiffany dan Lui saling tatap.
"Banyak orang yang juga nikah, tapi gak pernah tuh ditayangkan. Belagu banget", tambah Andreas lagi. Susah emang kalau benci itu udah mendarah daging.
Tiffany menghela nafas panjang. Tinggal menghitung hari. Cepat sekali. Dirinya disini saja masih mencoba untuk menata hati. Tapi yang disana sudah mau resepsi. Sungguh miris.
"Besok pernikahan kamu sama Levi, Papa masukkan juga ke tv internasional kalau perlu", rupanya belum selesai. Papanya masih sensi dan iri.
"Terlalu cepat untuk bahas pernikahan Pa", sahut Tiffany dengan pandangan lurus ke arah benda yang menampilkan siaran tentang politik.
Andreas menatap putrinya hendak protes namun Lui mendahuluinya, "Udah Pa. Jangan diburu anaknya", ujar wanita berhijab itu seraya memegang lengan suaminya.
Mengalah, Andreas pun bungkam dan menatap kearah layar televisi yang besar itu.
Lui menggelengkan kepalanya. Jika dilihat begini, ayah dan anak itu benar-benar mirip. Buah jatuh memang tidak pernah jauh dari pohonnya.
...🌻🌻🌻...
Ayo dong berikan masukan, kira-kira cerita barukuu ada yang berminatttt?. Aku udh punya 6 bab di note ku. Tapi masih ragu-ragu buat publish🥹. Covernya juga udah ke bikin😭. Katanya ga baik melakukan sesuatu itu dgn penuh keraguan kan🫠. Blurb sinopsisnya ada di chapter sebelumnya ya👈
Luv u all ❤️
...~Rilansun🖤....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Jol Palembang
aku baru nemu novel ini,dan aku suka alur cerita nya dan tulisan nya bagus banget..aku suka❤️ terima kasih tor.. salam kenal.. semangat 💪😀
2024-06-06
0
irish gia
minat bacaa lah aku
2024-05-29
0
Edah J
semangat💪💪💪
selalu like yang banyak buat kak author😘
2024-05-08
0