Eps 4. Perjanjian.

"Nona Chen He!" kata seorang pelayang yang akhirnya datang juga menghampiri Chen He di ruang tamu.

Di atas sofa itu Leng Xie bayi berusia 9(Sembilan) bulan sedang menangis kencang di atas pangkuan Chen He, dengan sekujur pakaian nya telah terlumur kotorannya sendiri.

Chen He yang memangkunya hanya dapat diam tak bergerak, mungkin Chen He tidak tahu harus berbuat apa dalam situasi ini, dia hanya dapat diam menunggu pertolongan dari seseorang.

Wajahnya yang ayu telah putih memucat. Mungkin jika bisa berterial maka Chen He ingin sekali berteriak sekeras-kerasnya. Namun, jika dirinya berteriak maka dia akan membuat Leng Xie semakin tidak nyaman.

" Nona. Kau tidak Apa-apa? " Mengambil cepat Leng Xie dari pangkuan Chen He lalu menggendongnya dalam dekapan nya untuk memberi kesan menenangkan bagi Leng Xie.

"Apakah kau baik-baik? Maaf kan saya, saya tidak mendengar teriakan dari Nona Chen He!"

Disaat di gendeong oleh Bi Chu, Leng Xie masih saja menangis dengan keras, mungkin saja karena dia sudah merasa tidak nyaman dan gelisah dengan keadaan ini.

" Hm!" Jawaban ku hanya bergumam, aku bingung harus apa? Apakah aku harus marah atau tidak? Aku sendiri tidak tahu bagaimana cara mengexpresikan ini semua?

Leng Xie sudah tidak ada lagi di pangkuanku. Kini giliran ku beranjak pergi dari sofa panjang ini. Kondisi ku tidak baik dan tidak sedap di pandang, semua kotoran Leng Xie menodai pakaian ku.

Aku berjalan cepat dan tergesah-gesah menuju kamar kecil yang ada di ujung lorong sana.

Berjalan menulusuri ruangan, akhirnya sampai di ruangan dapur.

Suasana dapur sangat tidak rapih, banyak piring dan peralatan makan lainnya masih berserakan di lantai. Mungkin Bi Chu belum selesai mengerjakan ini semua. Pikir ku.

Tidak ingin basa-basi aku berjalan kembali menuju pintu kamar kecil yang berada di sudut sana, terletak di samping kiri dari dapur.

Aku bergegas kesana. Namun karna kurang hati-hati dan di tambah banyak piring yang berserakan di lantai, tanpa sengaja aku menendang sebuah piring kaca berwarna coklat bercorak bunga sakura.

**Brakk... Brak...

Piring tersebut terguling dan terlempar hingga masuk kedalam kamar mandi.

Brekk...

Membentur keras ke sudut dinding dan hancur berkeping-keping dab berserakan di dalam kamar mandi sana**.

"Astaga Chen He! Apa yang kau lakukan pada piring yang tak berdosa itu??" kata ku untuk menyesali.

"Jika Bibi mengetahui pasti dia akan marah padamu Hwang Chen He?" Menggerutu kesal, pada diri sendiri.

Baiklah. Tanpa pikir panjang aku bergegas masuk kedalam sana, untuk membereskan kekacauan yang baru saja ku buat itu.

Mulai menginjak lantai pertama setelah melewati pintu masuk kamar mandi.

Jelll...

Tidak hati-hati dan terlalu ceroboh. Kaki kanan ku terpeleset di langkah awal. Aku tidak tahu bahwa lantai ini sangat licin.

Brak...

Tubuh tak seimbang karna kedua kaki yang bergoyang, lalu dahi terbentur dingin pintu.

Pada akhirnya Aku jatuh dan tidak bisa bangkit lagi. Aku jatuh terlentak di perbatasan. Kepala hingga ke perut berada di luar kamar mandi, lalu dari perut bawah hingga ke kaki berada di dalam.

Kepala ku berputar putar, terasa Dunia sedang mengelilingi ku. Lalu mengapa ada bintang di atas kepala ku? Bukankah mereka ada di langit sana.

Semakin cepat saja berputarnya, lalu mulai mengkabur pangandang semuanya mulai menjadi hitam tersamar, dan cahaya lampu mulai memudar.

 Ini lah akhir dari rentetan ke sialan ku. Aku berakhir di kamar mandi ini, terjatuh tidak bisa bangkit lagi. Dunia memanglah tidak adil, tidak ada segenggam kebahagiaan yang bisa kucicipi. Hanya ada nasib buruk yang selalu saja menimpa hidup ku.

 

Sudahlah. Akhiri ini semua. Ku memejamkan mata ini dan berharap aku tidak akan terbangn lagi. Namun jika pun aku harus terbangun maka aku ingin nasib buruk ku hilang, dan menjadi kebahagianku yang selama ini tertunda**.

***

"Chen He!" Suara yanga terdengar sedang memanggil.

" Chen He! "

Apa benar ini sudah akhir dari perjalanan hidup ku?

" Chen He! "

Apa kah itu suara Dewa kematian yang akan menjemputku ke Alam Atas (Neraka atau Surga)?

" Chen He! Bangun lah!" Suara itu semakin bergema saja di telinga ku.

"Bangun dan sadar lah!".Terdengar berteriak keras.

" Bangun Hwang Chen He! "

Tek.

Teriakan yang terakhir tadi telah membangunkan ku. Kedua mata berwarna coklat ke biruan ini terbuka kembali.

Namun ketika terbangun aku bukan lah berada di rumah Bibi atau di Alam Atas, tetapi ini sangat gelap tidak ada apa-apa di sini.

Terasa pengap dengan sedikitnya udara. Aku merasa sesak nafas. Jantung ku pun berdegub cukup pelan karena tidak mempompa dengan baik

Dum.

Tiba-tiba cahaya terang bersinar dan membuat suasa gelap menjadi terang. Dari mana cahaya emas ini datang? Bukan kah sejak tadi tempat ini gelap gulita, tapi mengapa tiba-tiba menjadi terang seperti di surga?

Ini bukan lah Surga mau pun Neraga. Tempat yang sangat asing ini adalah sebuah tempat yang menghubungkan antar dimensi. Atau lebih tempat ini adalah ruang hampa antar dimensi.

Tidak ada satu pun manusia yang bisa memasuki ruang hampa ini, hanya manusia yang mengalami perjalan waktu saja. Dalam kata lain saat ini Hwang Chen He sedang mengalami Time Travel.

" Hwang Chen He! " Suara itu terdengar lagi, dan terdengar pula langkah kaki yang seakan-akan semakin mendekat pada diriku.

" Chen He! "

Tek.

Aku terkejut dan kali ini aku benar-benar terkejut, karena tiba-tiba saja seorang wanita cantik bergaun panjang berwarna ungu ke biruan datang secara misterius ke hadapan ku.

" Hwang Chen He!" Dia berdiri di sana jarak kami tidak jauh, dan suaranya begitu lembut syahdu. Jika dia mengikuti ajang bernyanyi, maka dia akan menagang menjadi juaranya karena suaranya yang berdu dan istimewa itu.

Dengan tersamarnya cahaya aku belum dapat melihat dengan jelas Wajahnya. Namun aku berpikir sepertinya dia sangat cantik nan menawan, karena dari suaranya sudah dapat digambarkan bagaimana rupa dan wujudnya.

Tidak seperti aku yang jelek dan berlumur kotoran bayi. Aku terlihat sangat buruk, sampai-sampai aku sendiri tidak mengakui diriku sendiri, dan aku pun enggan menampakkan rupa ku kepada orang lain.

Tuk.

Dirinya sudah terlihat dengan jelas oleh mataku, tetapi, " Apa?" Aku syok bukan main. Wajahnya itu? Mengapa sangat mirip dengan ku?

"Si-siapa Kau?" Aku meneriaki nya dengan gugup. Aku tidak percaya bahwa aku memiliki kembaran dari tempat lain.

Dari sudut matanya sama persis dengan ku. Lengkungan bibirnya pun serupa dengan punyaku. Bentuk tubuhnya pun sama kecilnya dengan tubuh ku.

Aku bisa mengatakan 99% dia mirip dengan ku. Apakah kami bersaudara? Tetapi itu tidak mungkin, karena dalam silsila keluar aku adalah anak tunggal.

Ayah dan ibu ku dalam riwayatnya tidak pernah memiliki anak selain diriku. Mungkinkah dia hanya bayangan ku? Tetapi jika itu bayangan, mengapa pakaian kami berbeda.

Dia mengenakan pakaian yang bagus dan indah. Terlihat pakaian nya itu berbahan sutra halus, tidak seperti baju ku yang bau dan murahan ini.

" Zhuge Liying! Nama ku Zhuge Liying! " kata wanita yang berdiri disana.

Ternyata dia adalah Zhuge Liying, pendekar hebat dari kota perbatasan. Apa hubungan dirinya dengan Hwang Chen He, sampai-sampai wajah dan rupanya mirip dan sama persis dengan Hwang Chen He itu sendiri.

Zhuge Liying berasal dari masa lalu lbih tepatnya pada masa kerajaan Ming dan Yuan, tapi mengapa secara mengejutkan dia berada di tempat yang hampa ini.

Mungkinkah dia pun menjalani perjalanan antar waktu seperti yang terjadi pada Hwang Chen He?

...

" Mengapa wajah mu, sangat mirip dengan ku? Siapa kau? Bagaimana bisa kau berada di tempat seperti ini? Sebenarnya tempat apa ini? Mengapa aku pun bisa berada di tempat yang pengap ini? "

Hwang Chen He mengajukan banyak pertanyaan kepada Zhuge Liying, sambil jari telunjuk nya itu menunjuk-nunjuk diri sendiri.

"Iya. Kau titisan ku di masa depan! Hwang Chen He!" Jawabnya untuk sekedar penjelasan singkat.

" Masa depan?Apa maksudmu? "Semakin bingung saja ku di buatnya. Jari telunjuk kanan ini menggaruk di kepala.

" Penjelasan nya nanti saja. Aku datang padamu hanya untuk meminta tolong! " katanya untuk sekedar meminta tolong.

" Meminta tolong? Pada ku?"

Aku semakin di buat bingung, menggelenglah kepalaku ini.

"Pinjamkan jiwa mu kepada ku! Sebagai imbalannya kau akan mendapatkan kebahagian yang selama ini tidak pernah kau rasakan."

" Ets Tunggu!" Di potong kata-kata Zhuge Liying itu "Apa maksudmu meminjamkan Jiwa? Aku bukan lah tempat untuk meminjam atau menjual jiwa? Terheran-heran dirinya.

Zhuge Liying pun terdiam di sana, wajahnya ayunya mendatar saat kata-katanya itu terpotong. Dahinya mengkerut dalam. Liying tidak akan menyangka bahwa kata-kata pentingnya akan terpotong begitu saja, oleh gadia biasa seperti Hwang Chen He ini.

" Aku tahu, pasti kau tidak akan mau meminjamkannya padaku, tetapi kali ini semuanya tidak ada yang gratis. Semua ini ada bayarannya" Ungkapan dari Zhuge Liying untuk menjelaskan dan mencoba untuk bernegosiasi.

"Bayaran!" Mendengar kata itu, aku langsung tergiur, pasti bayaran yang bisa di dapat kan sangatlah besar.

Namun, Tunggu dahulu!.

" Tidak mau!" Menggangkat telapak tangannya.

"Aku tidak mau menjual atau meminjamkan Jiwa ku ini!"

Aku harus menolaknya dengan keras. Memang Dia kira aku ini siapa?. yang mau saja menjual jiwanya kepada orang lain.

Zhuge Liying tetdiam tidak berkata satu kata pun untuk memotong kata-kata dari Chen He itu. Dia mendengarkan yang di keluhkan wanita berambut merah tersebut.

" Walau bayaran yang ku dapatkan sangat mahal sekali pun!" Ini adalah jalan yang benar.

"Aku tetap tidak mau!" Cukup penolakan sampai disini. Semoga Dia tidak akan berbuat macam-macam pada ku.

" Baik. Jika itu keputisan mu" Liying mulai berkata.

"Baru saja ku katakan bahwa ku akan memberikan mu banyak keuntungan dengan membayar jiwa mu itu, dengan sebuah kebahagian yang belum pernah kau rasakan. $

" Tetapi kau sudah menolaknya. Jadi Mau tidak mau, suka atau tidak suka. Rela atau tidak, aku akan tetap mengambil jiwa mu itu, untuk ku masukan kedalam raga ku ini!" Serius katanya.

Wanita yang bernama Liying tetap kekeh dengan pendiriannya dan dia itu menatap tajam kepada ku, lalu dari tatapan itu kedua matanya menyala menjadi merah terang, dan dia yang sangat memkasa ku tiba-tiba dengan hebatnya melayang cepat di udara menuju ke arah ku, dan!

" Tidaaaakkk!!!"

Tanpa ancang-ancang dan persiappan mantap, dia langsung, ???

**Tek.

Seperti Ruh tanpa raga. Wanita bergaun itu masuk dengan mudah ke dalam tubuh ku.

Seperti bayangan dia tak beraga dan tidak dapat si rasa. Dia masuk dengan cepat ke raga ku seperti angin saja.

Jika angin yang masuk maka dapat di keluarkan kembali, tetapi berbeda dengan Dia, wanita yang bergaun aneh tersebut. Setelah Dirinya masuk, mengapa aku meras berbeda?

Mataku kembali terpejam!

**Aneh .Mengapa selalu saja membuat adegan kedua matanya terpejam? Kenapa tidak membuat adengan atau alur aku yang membuka mata, lalu di hadapkan dengan seorang pangeran, dan karna saling cinta kami pun menikah.

Mengapa tidak alur seperti itu yang harus ku buat?

Bersambung**.

Terpopuler

Comments

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Bom like mendarat kak, salam dari Princess Swan's Love, semangat 😊

2020-11-04

0

Asih Sunkar

Asih Sunkar

kk aku mampir bawa buah jari berupa like rate dan komen mampirlah juga ke karyaku ya kk 🙏🙏🙏🙏

TERPAKSA MENIKAHI WANITA JANDA TERPAKSA MENIKAHI WANITA JANDA

2020-09-08

0

i'ot💕

i'ot💕

kok aq masih bingung yha, padahal udah sampai chapter ini 😭😭😭

2020-09-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!