Eps 3. Perjalanan waktu.

Sebelumnya. Dua pendekar sakti mandara guna yang dapat terbang dengan mudah diudara sedang berdiri ringan berpijak pada sebatang pohon bambu. Zhuge Liying dan Xiang An Keduanya sama-sama berpijak pada sebuah tanaman bambu, yang tinggi nya hampir 20 meter.

Xiang An berdiri membelakangi Zhuge Liying, tetapi dirinya tidak tahu bahwa Zhuge Liying telah berdiri tepat di belakangnya, dan diantara kedua tangan Zhuge Liying Dia menggenggam erat Dua buah pedang yang sangat tajam dan juga panjang.

Kedua pedang itu membentuk Simbol X yang saling berdempetan. Ujung tajam kedua pedang tersebut siap untuk Menebas Habis kepala Xiang An dari lehernya.

Kepala Liying tertunduk kebawah dan penuh api kemarahan. Dia datang tidak bersuara, desir nafasnya pun tidak terdengar, dan tetak jantung nya pun tidak dapat di rasakan, kedatangan nya begitu sepi hingga membuat siapa pun tidak dapat merasakan kehadiran nya, termasuk yang di rasakan Xiang An.

Wajahnya Xiang An yang tertutup topeng bergambarkan hewan itu menoleh ke seluruh arah, untuk memastikan bahwa Zhuge Liying sudah tidak mengejar dirinya, tapi dia tidak menyadari bahwa Zhuge Liying yang dirinya cari telah berada di belakangnya.

"Xiang An! Mati Kau!" kata kebencian yang terucap dari bibir tebal Liying, terhadap Xiang An, marahnya yang sudah tidak tertahan pada sosok laki-laki yang menyembunyiakn wajahnya dari balik sebuah topeng.

Cling! Beradu kedua pedang itu. Kedua mata tajam pedang nya di adukan tepat di belakang Xiang An.

Krek! Terlepas lolos dari sasaran.

Namun sayang meleset bidikan tersebut. Hab! Xiang An telah pergi dan meloncat cepat ke batang bambu yang lain.

Xiang An telah menyadari bahwa Zhuge Liying telah berada di belakang tubuhnya. Jika dirinya tidak langsung pergi menghindar dengan cepat, maka tidak akan tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

Karena kedua pedang milik Zhuge Liying tersebut sangatlah terkenal dengan ketajaman dan kehebatan nya.

*Kedua senjata andalan untuk mempertahan kan diri dari musuh milik Zhuge Liying adalah dua pasang pedang yang sangat menglegenda.

Hanya pendekar tingkat Dewa seperti Zhuge Liying ini yang bisa memiliki sepasang pedang tersebut*.

" S*al!". Pekik Liying. Dia menanggah keatas melihat Xiang An yang meloncat kesana. Wajah ayunya terlihat kesal, dia mengkerutkan dahinya sangat dalam. Dia menyesal karena tidak bisa memenggal kepala Xiang An itu.

Tidak mau siam saja. Satu kali lolos bukan berarti dia akan selalu lolos.

Hub! Berpintah kembali kebatang bambu yang lain mengikuti kemana Xiang An pergi. Raut Liying sangat marah garis bawah matanya memerah kelabu akibat menahan marah.

Liying tidak terima bahwa mangsanya tersebut lepas dari tangannya. Karena bagi Zhuge Liying. Jika dia berkata kau Mati maka harus mati.

Jadi walau pun Xiang An pergi dan bersembunyi di ujung dunia sekali pun, maka Zhuge Liying akan mengejarnya sampai dirinya mendapatkan apa yang dimaunya.

"Liying. Liying!" Kata Xiang An yang tersamar oleh topeng wajah itu, seraya menggeleng kepalanya.

"Kau kira aku sebodoh itu!. Apa kau menganggap aku ini tidak bisa merasakan beradaan mu itu?"

"Sungguh pemikiran mu yang sungguh pendek!" Ungkapan darinya.

" Its..." terdengar meremehkan.

"Aku tidak selemah itu!" sombongnya.

ssssttt...

Di tarik pedang panjang miliknya yang terkail indah di pinggul kanan.

Xiang An mengeluarkan pedang miliknya dan Liying pun tidak bisa ambil diam. Ssts. Liying membentangkan kedua pedangnya kesamping, dan posisi siap menerkam mangsa walau sedang melayang di udara.

" Kan ku h*bisi kau, Zhuge Liying! ". Ungkapan yang begitu membara dari Xiang An. Dia tidak akan membuang waktu lagi atau lari kembali, karna ini sudah saat untuk tidak lari.

" Iya!!!" bukan hanya teriakan belaka, amarah telah memuncak. Dai bukan laki-laki lemah yang takut terhadap serangan dari seorang wanita.

Xiang An melayang dan meloncat dari batang bambu yang ada di sana. Lalu dia mengayunkan dan memberikan sedikit tenaga dalam nya kepada pedangnya tersebut.

"Hm!" Liying menahan senyumnya, Dia amat memandang sepeleh serangan ini. Ssst! Di kibaskan kedua pedang perak dan emasnya itu.

Liying pun mengikuti jejak Xiang An, dia meloncat dan melayang meringankan tubuhnya dari batang bambu yang sedang di pijaknya itu.

Haa!!!

Keduanya akan saling bertemu di titik tertengah dan sama-sama saling menggenggam erat pedang di tangan masing-masing.

... Cling ...!!!

Saling beradu pedang mereka di tengah-tengah hutan bambu ini dan sama-sama melayang ringan di udara.

Saling membentur kedua senjata tajam yang sangat berkuasa itu. Suara keras pun terdengar dari hantaman kedua senjata tajam tersebut.

Dan...

...Haa!.

Ketika mereka yang bertarung di masa lalu. Che He tersadar dari mimpinya di masa depan.

Dia terbangun dari tidurnya dan langsung terduduk cepat ketika tersadar.

Tidak ada lagi kantuk di mata, yang ada hanya detakan jantung yang berdegub kencang dan begitu hebat.

" Mimpi buruk apa itu? Apa yang baru saja ku lihat tadi? dan siapa mereka itu? Mengapa bisa hadir dalam mimpi ku?" Ungkapan yang penuh dengan pertanyaan.

"Nampak seperti nyata!" Chen He mencoba menjernihkan pikiran nya tersebut. Dia berusaha untuk sadar dengan seutuhnya.

Plak. Che He menampar sendiri pipi kanannya. Au! Lalu Dia berteriak kesakitan.

" Ah! Itu hanya mimpi!" dan Dia bernafas Lega sesudah tamparan itu.

Mengelus dada. Dalam benak itu memang seperti nyata. Namun itu hanyalah mimpi.

"Chen He!"

Itu teriakan bibi.

" Iya. Bi!" dan aku menyahuti panghilannya. Namun tetap duduk di sofa panjang ini.

"Tolong jaga Leng Xie!" Bibi Chen He sedang menggendong Bayi dari arah sana, dan sekarang bayi itu berpindah tangan kepada Chen He.

Bruk. Aku yg terduduk itu langsung memangku seorang Bayi berusia 9 (Sembilan) bulan, yang sedang Aktif-aktifnya ini.

" Jaga Dia baik-baik. Bibi ingin pergi kepasar membeli bahan pangan. Jadi Leng Xie ku titip kan padamu." Pesan Bibi kepada ku agar aku menjaga anak tunggalnya ini.

Aku tidak bisa menolak atau membentak, yang bisa aku lakukan hanya diam dan menerima keponakan ku itu.

"Tolong jaga Leng Xie sebentar, Ya." Pinta Bibi. "Baik Bi." Setujuh tanpa banyak kata.

Ya sudah, mau bagaimana lagi. Tidak bisa di tolak karna dia anak bibi. Jadi terima saja walau malas rasanya untuk menjaga seorang bayi.

Jika di suruh memilih, maka aku lebih baik mengurus anak kecil yang nakalnya minta amput itu, dari pada harus menjaga anak bayi yang belum bisa apa-apa ini.

Jika saja boleh terus menggerutu, maka aku ingin terus menggerutu kesal. Namun jika itu di lanjutkan, maka aku akan kesal nantinya pada Leng Xie yang tidak berdosa ini. Jadi aku menyudahinya dan menerima keponakan kecil ku dalam pangkuan ini.

Di dalam pangkuan ku.

" Ciluk. Ba!"

Aku pun bermain menutup wajah dengan tangan bersama Leng Xie, dan bermain permainan sederhana lainnya. Seperti beretepuk tangan, dan bernyanyi lagu anak-anak lalu tertawa bersama-sama.

Walau aku tidak tahu mengerti banya tentang bahasa bayi, tetapi aku yakin Leng Xie sangat nyaman di pangkuan ku ini, karna dari dia yang tertawa lepas saat di pangku oleh ku itu.

5( Lima ) menit awal berjalan dengan lancar dan bahagia, tetapi di 5( Lima) menit selanjutnya Leng Xie membuatku Jengkel dan kesal.

Pup!.

Tanpa rasa bersalah.

Dia buang air besar tepat di pangkuanku.

"Leng Xie!" Aku meneriakinya dengan kesal. Iiu! Semua kotorannya memenuhi seluruh pakaian ku.

" Bi Chu!" Aku bereteriak kesal memanggil pembantu yang bekerja di rumah ini.

"Iiuu! Menjijikan!" Aku memandang jijik kotoran Leng Xie ini. Aku sudah tidak tahan lagi, hidung ini sudah ku tutup dengan tangan ku. Namun tetap saja masih tercium bau nya.

" Bi!" Aku berteriak dengan begitu keras, agar pembantu itu dapat mendengar suaraku ini.

"Bi Chu Leng Xie buang Air besar!".

Namun sepertinya teriakan ku ini terlalu berhebihan, hingga membuat Leng Xie manangis keras.

" Eeeeee!!!." Tangisan bayi 9( Sembilan) bulan itu di pangkuan Chen He, dengan keadaan dirinya yang sedang buang Air besar, dan di tambah teriakan dari Tante Chen He yang membuat Leng Xie semakin tidak nyaman saja.

"Cup. cup. cup.! Anak manis jangan menangis!". Aku mencoba menenangkan nya.

" Eeeeeeee!".Namun tangisan Leng Xie semakin kencang saja.

"Bagaimana ini?" Kepanikan melanda.

" Bi!" Berteriak kembali. "Eeeeeeee!".Dan teriakan kencang Ini membuatnya semakin kencang saja menangisnya.

" Tidaaaaaakkkkkkkkk!!!!!"

Meneriaki langit.

Aku sudah tidak kuat lagi menahannya. Pening kepala ku ini, terasa ingin pecah saja kepala ku.

Mencoba untuk Melamar perkerjaan aku, tetapi selalu saja mendapatkan penolakan, hinaan dan cacian.

Lalu berusaha mengakhiri hidup. Namun tetap saja tidak bisa. Mengapa aku tidak mati saja saat, ketika mobil besar itu ingin menabrakku?. Mengapa aku harus di selamatkan jika aku harus menjalani hidup yang tidak pernah adil ini?.

... Bersambung.

Terpopuler

Comments

Asih Sunkar

Asih Sunkar

like lagi

2020-09-08

0

Mia Poei

Mia Poei

Semangat terus kakak

2020-09-07

0

WiddyJutex 🌠

WiddyJutex 🌠

Semangat thorr ☺

2020-08-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!