Berpindah ke tempat lain.
Ternyata aku tidak mati.
Chen He telah berpindah tempat, Dia tidak lagi duduk tersungkur di tengah jalan raya. Sekarang Chen He tengah duduk diatas sebuah sofa panjang di dalam ruangan.
Rungan ini nampak tidak asing jika di lihat lebih lanjut. Chen He memandang ke semua arah, pirasatnya mengatakan bahwa Dia tahu dengan jelas tempat ini. Namun Dimana Chen He pernah melihatnya?
"Kemana saja kau pergi? Mengapa jam baru pulang?" Tiba-tiba terdengar amarah kecil dari seorang wanita yang datang untuk mendekat.
Tuk. Tuk.
Suara langkah kakinya yang mendekati ku.
" Bagaimana kau bisa kembali dengan kondisi buruk seperti ini!?" Tanya dengan kesal dari wanita yang cantik, berambut pendek dan wajah yang dirias dengan sederhana.
Dia adalah Hwang Xi Qi. Wanita muda muda berusia 30 tahun. Seorang ibu muda memiliki anak satu.
Hwang Xi Qi adalah bibi dari Hwang Chen He. Di berjalan dari arah dapur, untuk datang mendekat kepada keponakan nya tersebut.
Setibanya di dekat Chen He, dia pun segera duduk berdampingan dengan Hwang Chen He.
"Maap bibi!" Pinta ku memohon dan menunjukan raut wajah memelas padanya.
" Maap!" Jawab kesal bibi Hwang, dan memandang ku dengan mimik ketidak senangan hati.
"Bagaimana bisa aku memaafkan mu! Setiap hari kau selalu seperti ini! Kau pergi dengan kebahagian sebelum pajar datang, dan kembali ketika matahari tepat berada di ubun-ubun kepala dengan kondisi mu yang sangat buruk!" Lanjutnya yang memarahi ku.
Wanita ini adalah bibiku, Dia baik dan penyayang. Walau dia sering memarahiku, tetapi sebenarnya dalam hatinya dia sangat menyayangi ku.
"Tunjukan luka mu!" katanya yang meminta aku untuk mengukurkan tangan yang terdaota ada luka kecil.
Bibi Hwang ini meminta aku untuk mengulurkan tangan kanan ku yang sedikit tergores ini dan mengeluarkan setetes bercak darah. Aku sedikit menahan sejenak tangan ini, tetapi.
Ded.
Di tarik tangan kanan ku dengan cepat, karena aku yang tidak mau mengulurkan tangan ku. lalu Dia mulai membersihkan kotoran yang menempel di lengan ku, dan dengan lembut pula dia mulai mengobati tangan kanan yang sedikit terasa sakit ini.
Tes! Tes!
Di berikan setetes demi setetes obat merah pada goresan kecil yang memerah ini. Aku pun memperhatikan nya. Dia sangat sabar dan lembut saat sedang memberikan obat merah kepada luka ku ini.
Hu. Hu. Hu. Bibirnya yang berwarna merah tebal meniup luka goresan ini agar aku tidak merasakan perih.
Dengan penuh kasih sayang, Bibi ku ini mulai mengobati luka kecil itu, dan perlahan mulai membalut luka ini.
Helai demi helai oerban putih tipis ini menutupi setiap goresan yang yang mewarnai tangan kanan ku tersebut.
Di peganga tangan kanan ku dengan cepat, walau terasa cukup kasar. Namun aku tahu bahwa Dia sangat sayang pada ku, dan tidak ingin Aku terluka seperti ini.
" Setiap pagi kau selalu pergi dengan tersenyum dan penuh dengan harapan besarmu itu. " Kata Bibi dalam membalut luka.
"Tetapi, Mengapa setiap kau pulang selalu pulang dengan kondisi buruk seperti ini! Terluka dan selalu di tempat yang sama. Apa kau tidak bosan selalu seperti itu?" Menggerutunya sambil Mempertanyakan diriku ini.
Walau pun Dia nampak kesal dan menggerutu cenderung memarahi, tetapi aku paham perasaan nya.
"Maaf!" tidak ada kata yang bisa ku ungkapkan, hanya dapat memohon (Maaf) setiap saat, dan selalu membuatnya khawatir setengah mati.
" Sudahlah!" Mengelak, membuang pandangan lalu menyembunyikan wajah dan melepaskan tangan ku.
"Sebaiknya kau beristrirah. Pasti kau sangat lelah. Jadi istrirahat sejenak! Bibir akan pergi ke dapur lagi!" Lanjutnya berkata.
Hwang Xi Qi pun beranjak bangun dari sofa panjang itu. Lalu mulai melangkah pergi meninggalkan Chen He seorang diri lagi di atas sofa.
Luka pun telah di balut oleh perban, Bibi dengan cepat berdiri dari duduknya. Tidak berkata lagi Dia segera beranjak pergi dari sofa panjang ini dan pergi menuju dapur yang berada di araj jam 2.
Setelah bibi pergi, tinggallah aku seorang diri di ruangan yang luas ini.
Ha!
Membuang nafas dalam-dalam, lalu berbaring tubuh ke belakang lalu menekuk kedua tangan dan memandang ke langit-langit rumah.
Kedua tangan di lipat kebelakang dan di jadikan sandaran untuk kepala.
"Apa yang terjadi tadi? Siapakah laki-laki? Seorang laki-laki gagah berani dan hebat yang telah menyelamatkan ku dari maut? Pahlawan seperti Apa yang baru saja aku temui tadi?"
Bertanya-tanya. Aku Mempertanyakan hal yang baru saja terjadi siang tadi, sebelum aku tiba di ruangan ini.
Perasaan ku mengatakan bahwa baru saja diriku yang ingin mengakhiri hidup ini, tiba-tiba di tolong dan di selamat kan oleh seorang laki-laki misterius yang tidak sama sekali ku kenal.
Sosoknya sangat lah asing. Aku tidak melihat wajahnya dengan jelas karena kesadaran ku yang tidak utuh itu. Aku masih setengah tersadar ketika super hero itu membaringkan tubuh ku di atas sofa ini.
Membayangkan pahlawan kesiangan itu membuat ku mengatuk.
"Kahaau!" membuka lebar-lebar mulut ini.
Kedua mata mulai mengantuk, kesadaran mulai melemah. Terasa angin pantai yang sejuk sedang meniupi ku, hingga rasa kantuk ini tidak dapat ku tahan lagi.
Karena mengantuk berat pandangan mulai mengkabur, sebaiknya di pejamkan saja, jangan biarkan rasa lemas ini berlama-lama di biarkan saja dan di pejamkanlah kedua mata ini.
Mulai tertidur dan terbawa dalam alam bawah sadar.
***
:
;
Di tempat yang jauh di sana, di pisahkan ruang dan waktu. Sebuah tempat yang berbeda tidak seperti Zaman sekarang.
Tempat itu masih di kelilingi oleh hutan-hutan lindung yang masih banyak di tumbuhi tanaman-tanaman bambu.
Ukurannya berbeda-beda dan suasana alamnya pun masih sangat alami. Udara yang di hirup pun masih sangat segar seperti suasana di dataran tinggi.
..
"Xiang An! Jangan lari kau!"
Berteriak dari seorang wanita berdandan aneh, pakaian nya seperti pendekar di masa dahulu, lalu dia berlari dengan tergesah-gesah dengan pedang tajam tergenggam erat di kedua tangan nya.
Krek... Krek...
Larinya sangat cepat saat melaju di atas hamparan daun-daun dan batang bambu yang telah kering.
Daun-daun berguguran diatas luasnya tanah ini. Wanita yang bernama Zhuge Liying ini berlari sangat cepat seraya meneriaki seseorang yang berpakaian serba hitam, dan cenderung sangat lebar ukurannya.
Karna terlaru cepat lajunya larinya itu, hingga tubuh Zhuge Liying yang berbalut pakaian berwarna ungu ke biruan itu harus terangakat sedikit keatas. Jadi, jika di lihat Zhuge Liying seakan-akan sedang melayang tidak menginjak tanah.
" Xiang An! Jangan coba-coba untuk kabur dari ku! Akan Ku h*bisi kau!" Tegasnya yang bernada tinggi.
Gadis belia 21 tahun itu meneriaki seseorang berjubah hitam dan bertopeng wajah hewan yang berlari cepat tepat di hadapan nya. Orang itu berusaha untuk lari menjauhi Zhuge Liying yang berada di belakangnya tersebut.
Hub. Hub. Hub.
Dengan jurus peringan tubuh, makhluk berjubah hitam dan bertopeng wajah itu melayang-layang di udara walau pun tadi dia sedang berlari cepat diatas permukaan tanah.
Namun, tubuh itu masih tetap seimbang di udara dengan cara meloncat-loncat ringan di menginbangi tubuh di udara.
Tek. Tek. Tek.
Di laluinya setiap batang bambu, lalu di pijakinya batang-batang bambu yang tumbuh meninggi Itu. Sesekali Dia pergi menoleh untuk melihat kebelakang.
Di lihatinya arah belakangnya. Hanya ingin memastikan seberapa jauh jarak dirinya dengan Zhuge Liying yang sejak tadi mngejarnya itu.
"Seperti Zhuge Liying sudah tidak mengejar ku lagi." Jubah hitam ini berkata setelah memastikan bahwa dia telah menjauh dari gadis belia berbaju Ungu ke biruan itu.
Hub.
Dia melayang semakin tinggi hingga ke puncak batang bambu yang paling besar. Lalu dia terhenti disana, dan kedua kakinya berpijak di antar dua btang bambu.
Ha!
Akhirnya Xiang An bisa bernafas dengan lega.
Diantara dua pijakan itu, dia berdiri dengan gagah dan sangat seimbang disana. Xiang An berpikir bahwa akhirnya dia bisa bernafas lega dan Lolos dari kejaran Zhuge Liying (Wanita yang sejak tadi mengejarnya itu), adalah sebuah keberuntungan dari Dewa untuk nya.
Namun sepertinya dugaan ini hanya bersifat sementara.
(Kau kira Zhuge Liying, selemah itu? Hingga tidak bisa mengejarmu? D*sar Tikus Tanah!).
Tiba-tiba tanpa sepengetahuan sosok berjubah hitam yang bernama Xiang An itu, Zhuge Liying telah berada tempat di belakang dirinya.
Seperti yang dilakukan Xiang An, Liying pun berpijak pada satu batang bambu. Dia berdiri dengan satu kaki di atas sebatang bambu kecil yang berada di belakang Xiang An.
Kedua tangan Liying mengepal erat kedua pedang, Lalu di buat simbol X dari kedua pedang, Dan.
...
Cling...!
Krek...!
Bersambung.
Apa yang terjadi pada Xiang An?
Lalu Apakah pedang Liying mengenai Xiang An?
Pertanyaan nya.
Xiang An Hidup atau mati ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Asih Sunkar
love
2020-09-08
0
1stmutia
semangat Thor....
salam.dari fountain-satu hati 2 jiwa 21+🖤🖤🖤
2020-08-19
0
🐰F͢ɪ͋ᴄ͠ᴀ᪶ ࿐
nyicil dlu ya KK...smngtt
2020-08-18
0