Riuh suara ibu ibu tetangga yang berkumpul dirumah Dinda bergotong royong menyiapkan jamuan untuk menyambut kepulangan Dinda yang akan diantar oleh keluarga Yoga sore itu.
Semua anggota keluarga bersuka cita,hanya Yanti yang justru terlihat tidak bersemangat,hatinya masih terasa begitu sakit untuk menerima pernikahan yang mendadak itu.
Tak dipungkiri,selama ini Dinda selalu menjadi anak yang selalu dibanggakannya ke semua teman maupun kerabat,karena Dinda terbilang cantik dikampungnya,dengan wajah oriental menurun dari Yanti,rambut hitam yang panjang dan lebat,serta kulitnya yang putih bersih makin terlihat menarik dengan bulu bulu halus di sekujur tubuhnya,tinggi semampai dengan bentuk tubuh yang ideal tentu tak akan membuat pemuda manapun sanggup menolaknya.
Besar sekali harapan Yanti melihat kesuksesan Dinda sehingga mampu memiliki suami yang mapan dan tampan,namun dalam sekejap mata,semua impiannya kandas dan sirna,mau tidak mau dirinya harus ikhlas menerima jika ternyata jodoh Dinda sangat jauh dari harapan.
***
"Kak,mereka sudah datang" bi Rodiah masjk kamar untuk memanggil Yanti.
"iya" hanya itu jawaban yang keluar dari bibir Yanti
rasanya enggan sekali menghadapi mereka,namun Yanti tetap harus keluar menemui mereka.
Begitu melihat Dinda diluar seketika tangisnya kembali pecah membuat Dinda merasa kebingungan,bu Rodiyah memanggilnya untuk mendekat agar menenangkan ibunya.
Yanti tak sedikitpun menoleh ke arah para pengantar itu,jemarinya hanya sibuk menggenggam jemari Dinda erat seolah tak ingin dipisahkan dari putri kesayangannya itu,sementara Dinda hanya terdiam dan menunduk dalam,ada rasa penyesalan dihatinya,namun semua sudah terlanjur terjadi,tak dapat diubah lagi.
acara berlangsung khidmat,dengan satu orang dari keluarga Yoga sebagai pembicara dan bi Rodiyah sebagai pembicara dari keluarga Dinda.
merekapun menyerahkan beberapa barang yang disebut sebagai permohonan maaf dari keluarga besar Yoga.
Namun tak sedikitpun Yanti mengalihkan pandangannya ke arah tempat berlangsungnya acara yang digelar di ruang tamu rumah mereka,hatinya telah penuh diselimuti rasa benci,hingga akhirnya keluarga Yoga pun pamit,Yanti tetap tak bergeming.
Ada banyak tetangga maupin saudara yang menasehatiny,namun Yanti sedang tak ingin mendengar apapun selain kata hatinya,setelh acara selesai,segera dia bangkit dan berjalan gontai menuju kamar.
Dinda yang terpaku di tempatnya tak mampu berkata apa apa,rasa bersalah nya begitu besar,air matanya tak mampu dibendung lagi,di kelilingi kekuarga Dinda menanhis tersedu sambil mengungkapkan penyesalan dan maaf dari lubuk hatinya yang terdalam.
Semua memaklumi walau ada satu atau dua orang yang mencibir,tapi tak sedikitpun mematahkan semangatnya untuk terus maju hingga hari pernikahan tiba.
Pranggg..
suara benda pecah terdengn dari kamar Yanti disusul suara teriakan yang cukup kencang,sepertinya Yanti sedang mengamuk,mungkin untuk meluapkan kekesalannya yang selama beberapa hri ini dipendamnya seorang diri.
Dimda mendekat ke pintu kamar Yanti,saat ingin mengetuk,bi Rodiyah menahannya,bi Rodiyah adalah tetangga sekaligus saudara jauh ayahnya Dinda,namun walaupun terbilang saudara jauh tapi hubungannya dengan keluarga Dinda sangatlah dekat,lebih dekat daripada saudara kandung mereka sendiri.
Bi Rodiyah menggeleng pelan ke arah Dinda
"Biarkan ibumu menenangkan dirinya dahulu,jangan diganggu" ucapnya
"tapi bi,Dinda ingin meminta maaf sama ibu" lirih Dinda
"ada saatnya Din,tapi tidak sekarang coba untuk mengerti ya,ada waktunya nanti untuk kamu bicara" sahut Bi Rodiyah lembut
Disty mengangguk paham
"sekarang masuk ke kamarmu,ganti baju dan istirahat,biar bibi yang bantu bantu beresin rumah" bi Rodiyah mengusap usap ounggung Dinda mencoba menenangkannya juga
perlahan Dinda berbalik dan melangkah menuju kamarnya,masih terdengar di telinganya isak tangis pilu dari sang ibu.
gegas Dinda membuka pintu kamarnya dan dengan cepat menutupnya kembali lalu menguncinya,Dinda menghempaskan tubuhnya ke atas kasur,meluapkan perasaan hatinya yang tak terungkap
"besar sekali dosaku Ya Allah,sudah membuat ibuku meneteskan air mata pilu,besar sekali dosaku Ya Allah yang sudah menggoreskan luk di hati ibu,ampuni aku Ya Allah,tolong ampuni aku" Dinda terus tergugu meratapi kebodohannya,hingga dirinya merasa begitu lelah dan akhirnya tertidur.
***
"hah harus repot repot begini,kalau saja tidak menyangkut keselamatan anak ku,tidak akan sudi aku melakukan semua ini" Zaida terus saja menggerutu,
membuat Rugai yang berada disampingnya merasa jengah.
"sudahlah kak,ini kan tanggung jawab kakak sebagai orang tua,suka tidak suka mau tidak mau tetap kakak harus terima" ucapnya
"dan satu lagi pesanku,kakak jangan pernah berpikir berniat jahat pada istri Yoga nanti,ingat kakak juga memiliki anak perempua,jangan sampai nanti saat menikah,Ria pun diperlakukan tidak baik oleh mertuanya"
"ingat hukum tabur tuai kak" bi Rugai mengakhiri ucapannya
Zaida terdiam seribu bahasa,,dalam hatinya membenarkan ucapan adik iparnya barusan,karena itu dia tidak sedikitpun menjawab apalagi membantah.
Ria adalah anak perempuannya satu satunya,tentu saja dirinya tidak mau hal buruk yang sama menimpa putri kesayangannya itu, Zaida ingin Ria bisa menjadi sesuai dengan harapannya.
Zaida bergegas menemui kakak iparnya untuk menanyakan apa saja yang akan dilakukan dan dibutuhkan untuk acara pernikahan Yoga nanti.
Rugai tersenyum memandang tingkah laku kakak iparnya itu,dalam hatinya berkata
"semoga kau benar benar mendengarkan aku kak,karena perlakuanmu nanti akan menjadi bumerang untuk dirimu sendiri"
Sementara itu,Yoga berdiam diri di kamarnya sejak pagi,tak tahu apa yang harus dilakukannya
"sebentar lagi aku akan menikah?" gumamnya
"tapi kenapa ya aku masih merasa sanksi kalau itu adalah anak ku?"
"coba saja kalau Dinda berani membohongiku,tidak akan pernah ku ampuni dia"
Yoga terus saja bergumam sendiri sampai datang saudara sepupunya,Beny, memecahkan suasana hening di kamarnya.
"calon penganten ngapain ngelamun?ntar kesambet kunti" goda Beny sambil terkekeh membuat Yoga mencebik kesal
"Ben,koq gue sanksi ya kalo itu anak gue" Yoga berterus terang membuat Beny sedikit terhenyak
"Astaghfirullah'adzim" ucap Beny spontan
"istighfar lu Ga,jangan ngomong sembarangan,gue ngeliat Dinda bukan cewek gampangan kaya gitu" bela Beny
"alah bro,lu bilang gitu karena lu dulu kan naksir Dinda,iya kan? jadinya tetep bagus aja dimata lu"
"padahal lu gak tau dalemnya gimana"lanjut Yoga
"Ga,terserah lu mau nilai gue kaya gimana,gue gak peduli,yang penting lu jangan ngomong sembarangan soal Dinda apalagi nhomkngin soal calon anaknya,gue aja yakin kalo itu anak lu ,Ga" jelas Beny panjang lebar
"gue gak peduli Ben,yang jelas nanti kalo kebukti itu bukan anak gue,langsung gue cerai dia" Yoga berucap dengan nada angkuh
berkali kali Beny mengucap istighfar,semoga hati Yoga dibukakan,pinta Beny dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments