tok,,tok,,tok
pintu kamar diketuk kencang dari luar,untungnya Yoga dan Dinda telah menyelesaikan perbuatan mereka sejak tadi hingga tak menyisakan jejak apapun.
kriettt,
pintu pun dibukakan oleh Yoga
"lagi ngapain kalian?"tanya Zaida sambil melongokkan kepalanya ke dalam kamar
"apaan sih bu? orang gak ngapa ngapain juga" jawab Yoga ketus
"terus itu kenapa pintu pake dikunci segala?" sahut Zaida tak begitu saja mempercayai ucapan putranya
"barusan Yoga sakit kepala terus tiduran,males aja kalo ada yang gangguin" jawab Yoga lagi sekenanya dengan mengulum senyum
"awas kamu macam macam ya" Zaida memelototkan matanya
"macam macam juga gk papa kali,lagian kan udah jadi juga" sahutnya santai sambil melirik sekilas ke arah perut Dinda
Zaida mendelik tak suka dengan jawaban putranya kemudian mengalihkan pandangannya pada Dinda
"sekarang kalian berdua siap siap,kita pergi kerumah orang yang akan menikahkan kalian berdua"
"apa?!" Dinda dan Yoga serempak terlonjak kaget
"koq buru buru sih bu?" baru juga dikasih tau semalem
"hei Yoga,kalo ngomong itu dipikir pake otak,kamu itu sudah menghamili anak orang,apalagi dia ini masih anak sekolah,kalau kita kembalikan dia ke orang tuanya,pasti kamu akan dilaporkan ke polisi dengan tuduhan pemerkosaan,mau kamu masuk penjara lagi?" jelas Zaida panjang lebar
Yoga bergidik ngeri,pengalaman dipenjara adalah pengalaman paling pahit selama hidupnya.
dirinya pernah dipenjara karena kasus tawuran saat dia masih bersekolah,kasusnya menjadi berat karena dirinya kedapatan membawa senjata tajam di dalam tasnya,hingga dia harus menerima hukuman yang lebih lama dibandingkan teman temannya,beruntung sang ibu begitu menyayanginya hingga rel menghabiskan uang jutaan rupiah demi membebaskan dirinya dari hukuman lalu karena hal itulah dirinya enggan untuk meneruskan sekolah lagi.
"tapi,Dinda masih sekolah bu" jawab Dinda dengan tertunduk
"lalu,kamu tetap mau sekolah dengan perut yang besar karena hamil nantinya?"jawab Zaida dengan nada mengejek
Dinda menggeleng pelan,
"kalian nurut ajalah,jangan banyak omong" ucap Zaida
"ayo ikut ibu" Zaida keluar kamar lebih dahulu,diikuti oleh Yoga dan Dinda
dikuar kamar sudah ada bi Rugai,adik ipar Zaida yang juga akan mengantarkan mereka ke tempat yang sudah disepakati berdasarkan hasil rembukan bersama Zaida dan adiknya yang tinggalnya di belakang rumah mereka.
dengan langkah pasti mereka berempat berjalan menuju jalan raya untuk menaiki mobil mereka yang dititip di garasi dekat jalan raya karena akses jalan perkampungan menuju rumah mereka sangat kecil sehingga tidak memungkinkan menyimpan mobil dirumah,hanya sepeda motor yang bisa masuk kerumah,sementara mobil dititipkan di garasi garasi yang sengaja di bangun di pinggir jalan raya untuk memudahkan warga sekitar dan tentu saja dengan imbalan untuk biaya penitipan dan penjagaan.
dengan menaiki mobil pribadi milik keluarganya,Zaida melajukan kendaraan roda empat itu menuju ke kampung sebelah.
sampai di tujuan mereka berempat pun turun,kemudian melanjutkan perjalanan lagi menuju rumah seseorang.
Sampai di sebuah rumah panggung yang di depannya terpampang plang P3N mereka pin berhenti.
"Assalamualaikum" Zaida mengucapkan salam
tak lama kemudian terdengar jawaban seorang wanita dari dalam rumah
"Waalaikumsalam" jawabnya sambil membukakan pintu
sejenak ibu itu hanya terdiam memperhatikan ke empat tamu yang tampak asing di matanya namun saat matanya tertumpu pada Yoga dan Dinda,raut wajahnya pun berubah ramah kembali
"cari bapak ya? silahkan masuk,bapak ada di dalam" ajaknya sambil mempersilahkan tamu tamunya untuk masuk.
ke empat tamu itu pun masuk mengikuti langkah wanita tadi
tak lama keluarlah seorang pria berumur setelah wanita yang menyambut tamu tadi menghilang dibalik pintu
"ada perlu apa ini?" tanya bapak itu setelah bersalaman dengn para tamunya
"begini pak,kami ingin menikahkan anak anak kami ini,tapi orang tua anak perempuan tidak menyetujui keputusan kami" jelas Zaida
bi Rugai menganggukkan kepalanya membenarkan sementara Yoga dan Dinda terdiam dengan kening berkerut,tak mengerti apa maksdu dan tujuan dari ucapan Zaida barusan.
lelaki tua itu kemudian mengangguk anggukan kepalanya mengerti
"berapa usia anak perempuan dan laki laki ini?" tanya nya kemudian
"yang laki laki anak saya umurnya 22 tahun pak dan yang perempuan ini umurnya 17 tahun" jelas Zaida lagi
"17 tahun?" ulang bapak itu
Zaida mengangguk meyakinkan
"umur 17 tahun sebenarnya belum boleh kalau dia terhitung masih sekolah,tapi karena ini mendesak dan ingin disegerakan daripada terjadi hal yang tidak tidak,maka sebaiknya kita segerakan" ucap pria tua itu lagi.
Zaida bernapas lega
"lalu bagaimana selanjutnya pak" tanya Zaida lagi
"baiklah,besok perwakilan dari calon mempelai pria ikut saya untuk menemui orang tua wanita dirumahnya" jelas pria itu
"bawa yang perlu kalian bawa sebagai pinangan" jelasnya lagi
"dan untuk sementara waktu,gadis ini tinggal disini sampai keluarganya menyetujui pernikahan mereka" ucap pria itu lagi
Zaida dan bi Rugai mengangguk angguk tanpa banyak bertanya lagi lalu segera pamit untuk pulang.
tinggal Dinda juga Yoga yang hanya planga plongo tak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi.
mereka tak tahu jika saat ini yang mereka datangi adalah petugas P3N atau yang biasa disebut penghulu,,di satu daerah di Sumatera,tradisi ini sudah lumayan lumrah sejak jaman nenek moyang mereka,jika sepasang muda mudi ingin menikah tetapi terhalang restu orang tua maka jalan tengahnya mereka akan naik ke rumah P3N untuk menjadi juru bicara mereka pada keluarga sekaligus meminta untuk di nikahkan secepatnya.
ini sama hal nya dengan istilah kawin lari,namun bedanya mereka dijalan yang tepat yaitu mendatangi rumah penghulu secara baik baik dan meminta sang penghulu untuk mengurusi ijab qabul mereka nanti saat penghulu sudah mendatangi keluarga mereka dan tanggal pernikahan sudah disepakati kedua belah pihak.
sepeninggal Yoga,Zaida dan bi Rugai,Dinda terdiam membisu,tenggelam dalam kebingungan,tak mengerti apa yang harus diperbuat dirumah itu,terlebih dirinya pun tak mengerti mengapa dia bisa berada dirumah itu,sungguh kepolosan yang hakiki.
"sini dek,malam ini kamu tidur sama kakak ya" ucap Ida,putri dari si bapak penghulu,gadis yang usianya di atas Dinda itu menyodorkan baju ganti pad Dinda yang sejak tadi berdiri dengan tatapan kosong.
seolah mengerti kegundahan gadis belia di hadapannya itu,Ida menuntunnya duduk di atas ranjang miliknya.
"kamu sedang hamil ya?" tanya Ida yang membuat Dinda tersentak,lalu kemudian menunduk malu
"gak papa,ini sudah sering terjadi tapi kayanya kamu masih sekolah ya?" tanya Ida lagi
Dinda hanya mengangguk pelan mengiyakan,
"ya udah gak papa,udah terlanjur,itu memang salah tapi nanti kamu bisa perbaiki,berdoa saja orang tuamu merestui dan memudahkan jalanmu untuk menikah ya" ucap Ida sambil menepuk pelan bahu Dinda
Dinda terdiam kemudian terisak pelan,membuat Ida merasakan iba,Ida seperti sedang melihat adiknya,lalu dengan penuh kelembutan Ida memeluknya untuk memberikan ketenangan.
Dinda merasa ada yang melindunginya saat ini,pelukan seorang kakak perempuan yang tidak pernah dirasakannya selama ini karena yang dimilikinya adalah seorang kakak laki laki yang tidak begitu dekat dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Ataru Moroboshi
Kirimkan segera next chapter nya
2023-10-25
1