"Tidak,aku tidak mengijinkan putriku menikah dengan laki laki br*ngsek itu,masa depan putri ku masih panjang,tega kalian menghancurkannya!!" Yanti berteriak teriak pada tamu nya,meluapkan segala kekesalan hatinya.
ibu Rodiyah merangkulnya membawanya masuk ke ruang tengah dan berusaha menenangkannya.
tamu tamu mereka yang merupakan penghulu dan beberapa pria juga wanita perwakilan dari keluarga Yoga,sengaja datang untuk mengantarkan pinangan,namun keluarga Dinda menolak mentah mentah pinangan itu dan ingin agar Dinda segera dikembalikan.
hati orang tua mana yang tak hancur melihat putrinya dihancurkan oleh orang lain,namun tak seharusnya pula mereka menyalahkan,jika putrinya bisa menjaga diri,tentu hal seperti itu gak perlu terjadi.
"bawa anak ku pulang,bawa,kami yang lebih berhak atas masa depan anak kami,bukan kalian!" teriak Yanti dari dalam rumah.
perwakilan keluarga Yoga dan bapak penghulu itu hanya terdiam dan saling pandang,mereka sudah bicara baik baik namun tak mendapat respon yang baik,akhirnya mereka menyelesaikan pertemuan hari itu tanpa adanya titik temu.
***
"Dinda,orang tuamu sama sekali tidak menerima keinginan kalian untuk menikah,sebenarnya bapak pun tidak berhak memaksa,namun bapak ingin memberikan solusi pada kalian" sejenak pria tua itu terdiam beberapa saat.
"Dinda harus membuat surat yang ditujukan kepada orang tuanya untuk meminta ijin menikah dengan ada atau tidak adanya restu" pak penghulu melanjutkan ucapannya
"jadi kita hrus memaksa mereka begitu pak?" tanya Zaida
"kita tidak punya pilihan lain,sebab jika mereka mengambil Dinda dari sini,belum tentu mereka berdua akan dinikahkan,yang saya takutkan adalah,Dinda dibawa orang tuanya pergi jauh kemudian anak di dalam kandungan ini digugurkan,pernah ada kejadian seperti itu" ungkap pak penghulu panjang lebar.
"lalu saya harus bagaimana pak?" akhirnya Dinda membuka suara
"Ida,ambilkan kertas dan pulpen di atas meja bapak" perintah pak penghulu yang biasa dipanggi pak Zen itu
Ida datang kembali dari ruang tengah dan menyerahkan kertas serta pulpen seperti permintaan anaknya
"ini,tulis sesuai apa yang saya katakan" pak Zen menyodorkan pulpen dan kertas itu pada Dinda,Dinda menoleh pada Yoga dan Zaida,keduanya mengangguk setuju.
"baik,tulis sekarang"
Assalamualaikum,
Bu,ini Dinda,saya minta maaf karena terpaksa harus mengirimkan surat ini kepada ibu dan ayah.
saya ingin memberitahu bahwa saya tidak akan pulang dan tetap akan menikah dengan pria pilihan saya,sekalipun tanpa restu.
jika ayah dan ibu tidak ingin menganggap saya sebagai anak lagi,saya akan menerimanya.
sekali lagi saya memohon maaf yang sebesar besarnya pada ayah dan juga ibu
Demikianlah saya buat surat ini tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Semua yang berada disana mengulas senyum setelah surat itu selesai ditulis oleh Dinda,semua berharap masalah ini segera selesai.
***
Yanti menatap nanar selembar surat di tangannya,,dan menyunggingkan senyum miring,
"tega sekali mereka mencuci otak anak ku sampai sebegitunya" ucapnya dengn nada penuh emosi
Wawan yang merupakan saudara jauh Nurdin,ayah Dinda,segera mengambil surat itu dari tangan Yanti dan membacanya seksama
"tidak mungkin surat seformal itu ditulis oleh anak ingusan macam Dinda kan? mereka pasti memaksanya melakukan hal itu" ucap Yanti sambil menangis
Wawan menghela napas pelan,
"kita harus datang kesana kak,kita harus melihat Dinda,jangan mengabaiknnya,sebesar apapun kesalahannya,dia tetap anak kk,bagian dari keluarga kita" Wawan menatap Yanti dan Nurdin bergantian berharap mereka menyetujui keputusannya.
"baiklah,kita kesana sekarang" sahut Nurdin
"tapi ibu malu yah,malu" sentak Yanti
"ibu memikirkan rasa malu untuk apa lagi? muka kita sudah terlanjur tercoreng,tidak ada lagi yang harus ditutupi" jawab Nurdin tegas membuat Yanti terbungkam
"iya kak,bang Nurdin benar,kasian juga Dinda jika harus ditahan lama lama disana"Wawan menimpali
hingga pada akhirnya Nurdin,Yanti ,Wawan,ketua RT dan beberapa tetangga yang dituakan di kampung mereka sepakat untuk datang melihat kondisi Dinda dan tak membutuhkan waktu lama mereka sampai disana.
Yanti yang begitu melihat anaknya langsung menghambur memeluk Dinda,sungguh,kasih sayang ibu tak berbatas,sekalipun anaknya berbuat kesalahan fatal,tetap cinta seorang ibu tak akan pernah berkurang,baginya seorang anak tetaplah seorang anak,karena darah lebih kental daripada air.
Dinda yang memdapat pelukan sang ibunda hanya bisa terpaku,aneh memang,tak ada sedikitpun merespon kesedihan ibunya,apakah karena dirinya yang memang yg tak mengerti dengan pasti apa yang sebenarnya sedang terjadi.
tak sedikitpun dirinya paham jika saat itu hidupnya sedang berada di ambang kehancuran.
"apa kamu baik baik saja nak?"tanya Yanti dwngn berurai air mata
"Dinda baik baik aja bu" jawabnya sambil tertunduk
Yoga yang semula duduk kemudian beranjak untuk menyalami Yanti,namun Yanti membuang muka begitu melihat Yoga,membuat Yoga merasa tak enak hati dan kembali duduk disamping Zaida.
"silahkan duduk semuanya pak bu,kita bicarakan ini secara baik baik" ucap pak Zen menjadi penengah bagi dua keluarga itu.
"baik,kedayangan kami kemari karena keluarga kami telah sepakat untuk menerima pernikahan anak kami Dinda,tapi kami ingin mengajukan syarat" Wawan selaku paman dari Dinda membuka percakapan.
"kalau kami boleh tau,apa saja syarat yang dimaksud?" perwakilan dari keluarga Yoga menyahut
keluarga Dinda tampak saling pandang sesaat,lalu bapak yang dianggap lebih tua angkat bicara
"kami akan menikahkan Dinda tapi kami minta pernikahan itu diselenggarakan dirumah orang tuanya dan diadakan pesta resepsi,selayaknya pernikahan secara baik baik,karena kami memiliki keluarga besar sekaligus ini sebagai upaya kami untuk menutupi rasa malu" jelas pria tua itu panjang lebar
sesaat kelurga Yoga saling pandang kemudian berbisik bisik
"bagaimana pak bu? apa syarat ini disetujui?" tanya pak Zen
salah satu dari keluarga Yoga akhirnya bicara
"baiklah kami sepakat,selama itu tidak memberatkan pihak kami"
kemudian keluarga Dinda pun tampak berembug membicarakan permintaan daro orang tua Dinda
setelah semua disepakati,akhirnya keluarga Dinda pun pamit undur diri,sementara Dinda tetap berada di sana bersama keluarga Yoga
"bagaimana kak? kita harus secepatnya siapkan semua sesuai permintaan keluarga Dinda" ujar bi Rugai
"baiklah,kita pulang dulu untuk merundingkan ini,dan sekaligus mempersiapkan pengantaran Dinda pulang kerumahnya besok" jawab Zaida
"andai aku melakukan ini untuk gadis yang aku restui,pasti aku akan senang sekali melakukannya" ucapnya sedikit ketus sambil melirik ke arah Dinda
Dinda hanya terdiam sambil menunduk,tak berani menatap wajah Zaida,setengah mati dirinya berusaha menahan air mata,setelah Zaida dan keluarganya pergi,tumpah juga tangisan gadis itu dipelukan Ida.
semua sungguh merasa iba pada keadaan gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments