Olivia
Di sebuah rumah mewah yang terletak di tengah hutan belantara hiduplah seorang mafia perempuan yang terkenal akan kemalasannya bernama Luna.
Setiap pekerjaan yang dimiliki Luna akan diserahkan pada asisten pribadinya bernama Diego karena Luna terlalu malas menghandle semuanya.
Namun meski begitu Luna adalah salah satu mafia yang paling ditakuti orang - orang karena kekejamannya.
Karena itu banyak orang yang diam - diam merasa bersyukur karena Luna adalah seorang pemalas sehingga banyak orang mendapatkan kesempatan kedua hanya karena Luna malas untuk membunuh mereka.
" Nona tuan Matthew mengirimkan lamaran kerja sama kepada anda " ucap Diego sambil menyerahkan sebuah tumpukan berkas kepada nona mudanya.
" Huh Diego aku terlalu malas untuk mengurus itu semua, kamu saja yang mengerjakannya " jawab Luna sesekali menguap sambil berbaring di kursi santai kesayangannya.
" Baik nona muda " jawab Diego yang seolah - olah sudah terbiasa dengan sifat pemalas Luna.
Kemudian Diego pun melirik jam tangannya yang berkedip menandakan ada sebuah pesan yang masuk.
" Nona kepala koki memberi kabar bahwa dia sudah selesai menyiapkan makanan anda, sekarang anda bisa turun kebawah " ucap Diego sopan
" Sungguh merepotkan saat meja makan terletak di lantai pertama, bukankah lebih mudah jika meja makan terletak di lantai kedua " gumam Luna mengeluh sambil bangkit dari posisinya kemudian berjalan keluar.
Saat menuruni anak tangga tanpa sengaja Luna tersandung kakinya sendiri dan jatuh berguling - guling dari lantai dua rumahnya.
.
Di sebuah istana kerajaan berbaring seorang putri yang masih tidak sadarkan diri setelah gagal bunuh diri.
' Eughhh ' lenguh gadis di atas tempat tidur dan perlahan - lahan membuka matanya.
" Dimana aku ? " gumam gadis itu sambil mengusap pelan dahinya yang di perban.
" Tuan putri anda sudah sadar ? Apakah anda tahu siapa hamba ? " tanya gadis lain yang terlihat masih sangat muda dengan pakaian khas pelayan pada abad pertengahan.
" Siapa kamu ? " tanya gadis itu sambil mengerutkan keningnya.
" Tuan putri Olivia apakah anda melupakan hamba ? " tanya gadis pelayan itu sambil berderai air mata.
" Siapa Olivia ? Aku adalah Luna " jawab gadis itu. Ya gadis itu adalah Luna yang secara tidak sengaja bertransmigrasi dan masuk kedalam tubuh Olivia Orleans.
" Tuan putri tunggu sebentar hamba akan memanggilkan tabib " ucap gadis pelayan itu kemudian berlari keluar dari kamar.
Sebelum Luna sepenuhnya mencerna apa yang terjadi tiba - tiba saja kepalanya terasa sangat sakit dan ingatan - ingatan yang bukan miliknya membanjiri pikirannya yang membuatnya sedikit merasa kewalahan.
" Apa - apaan ini, jadi aku bertransmigrasi dan masuk kedalam tubuh gadis pengecut bernama Olivia de Orleans " ucap Luna merasa syok di dalam hatinya.
Tak berselang lama pelayan kecil itu kembali datang diikuti oleh seorang pria paruh baya di belakangnya.
" Tuan putri Olivia, hamba akan memeriksa kondisi tubuh anda terlebih dahulu " ucap pria paruh baya tersebut sambil memegang pergelangan tangan Olivia.
Setelah beberapa saat pria paruh baya itu kembali berkata " tuan putri anda sudah baik - baik saja sekarang, namun anda harus istirahat total selama beberapa hari lagi agar kondisi anda lebih stabil " ucap pria paruh baya tersebut sambil menulis sesuatu diatas kertas dan menyerahkannya kepada gadis pelayan yang sejak tadi menatap Olivia dengan pandangan mata khawatir.
Setelah kepergian sang tabib gadis pelayan tersebut pun akhirnya menangis tersedu - sedu di samping Olivia.
" huuuhuuuu tuan putri kenapa anda begitu nekat, jika anda pergi bagaimana dengan hamba " ucap gadis pelayan tersebut sambil menangis dan berlutut di samping tempat tidur Olivia.
" Sudahlah tidak apa - apa, bukankah aku baik - baik saja sekarang ? " ucap Olivia sambil menepuk - nepuk kepala gadis pelayan itu dengan canggung.
Menurut ingatannya gadis pelayan ini bernama Daisy, Daisy sudah bersama pemilik tubuh yang asli sejak berusia lima tahun dan hanya Daisy lah satu - satunya orang yang selalu ada di samping pemilik tubuh asli sehingga dia sangat menyayangi Daisy.
" Tuan putri anda belum makan apapun sejak anda jatuh koma, anda harus makan sesuatu terlebih dahulu " ucap Daisy tiba - tiba sambil bangkit dari posisi berlututnya.
Kemudian Daisy pun berjalan kearah meja dan mengambil semangkuk bubur dan secara perlahan - lahan menyuapkan bubur itu kepada Olivia.
Namun begitu bubur itu masuk ke mulut Olivia dia pun langsung memuntahkannya yang membuat Daisy terkejut.
" Bubur apa itu ? Apakah kamu yakin itu bubur dan bukan jus nasi ? Bagaimana bubur bisa se encer itu " ucap Olivia sambil mengerutkan keningnya.
" Tuan putri apakah anda lupa bahwa anggaran istana putri akan di korupsi setiap tahunnya oleh para pekerja sehingga kita tidak mempunyai dana yang cukup " ucap Daisy pelan.
" Apakah kamu tidak melaporkannya kepada raja ? " tanya Olivia sambil mengerutkan keningnya yang membuat Daisy terdiam seolah menutupi sesuatu.
" Katakan ada apa " ucap Olivia sambil mengangkat kedua alisnya.
" Tuang putri dua bulan lalu hamba sudah melaporkannya namun yang mulia raja meminta anda untuk mengurus urusan anda sendiri dan jangan mengganggu beliau " jawab Daisy dengan suara yang semakin pelan di akhir.
" Bagus sekali " ucap Olivia dengan nada yang sangat kesal. Karena di kehidupannya yang sebelumnya tidak ada orang yang berani memperlakukannya dengan buruk kecuali mereka sudah lelah untuk hidup.
" Kumpulkan semua pelayan yang ada di kediaman putri ke aula " ucap Olivia memberi perintah kepada Daisy. Pada awalnya Daisy merasa bingung dengan perintah majikannya, namun dia tetap menuruti perintahnya.
Setelah tiga puluh lima menit Daisy kembali dan memberitahukan kepada Olivia bahwa semua pelayan yang ada di kediaman putri sudah berkumpul di Aula.
Dengan langkah yang mantap Olivia pun pergi menuju Aula kediaman putri. Sesampainya di aula Olivia pun langsung membuka pintu dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam aula.
Saat Olivia masuk tidak ada satu orang pelayan pun yang memberi hormat padanya, sebaliknya para pelayan itu menatap Olivia dengan pandangan mencibir dan mencemooh yang sangat intens yang membuat Olivia terkekeh pelan.
" Lihatlah putri bodoh itu sudah datang " ucap salah satu pelayan mencemooh
" Benar, lihatlah bahkan putri pengecut itu tidak berani mengangkat kelopak matanya kearah kita " sahut yang lain membuat semua pelayan yang ada di aula tertawa secara terang - terangan.
Menarik, pikir Olivia. Sudah berapa lama sejak dia terakhir kali diremehkan oleh seseorang dan orang itu berakhir di kuburan massal.
Dengan aura yang tegas dan langkah yang penuh percaya diri Olivia berjalan memasuki aula. Para pelayan yang pada awalnya memandang remeh Olivia dan terang - terangan mencemoohnya tiba - tiba saja menjadi bungkam.
Dan tanpa sadar para pelayan yang memenuhi aula pun terbelah menjadi dua saat Olivia melangkahkan kaki menuju mereka.
Dengan sangat mengesankan Olivia pun duduk di kursi yang paling tinggi yang berada di aula tersebut untuk menunjukkan kedudukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Ira
keren
2024-02-20
1
Diian A. WAthii
bagus
2024-02-19
1
Ayu Dani
Hadir thor semoga critanya bagus y
2024-02-14
1